Minggu, 12 Agustus 2012

PERMINTAAN DAGING SAPI MENINGKAT MENJELANG LEBARAN

KOMPAS/HERU SRI KUMORO
JAKARTA, KOMPAS.com - Harga sejumlah bahan kebutuhan pokok di Jakarta diperkirakan akan merangkak naik hingga menjelang Lebaran. Untuk itulah dibutuhkan kepastian pasokan komoditas agar kenaikan harga bisa dikendalikan. Pantauan di sejumlah pasar tradisional di Jakarta dan sekitarnya, Rabu (8/8), harga daging sapi dan daging ayam tetap tinggi.
Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima meminta pemerintah agar mengawasi permainan monopoli atau kartel dalam perdagangan kebutuhan bahan pokok. Langkah ini diperlukan supaya kenaikan harga bahan kebutuhan pokok, terutama menjelang Lebaran, tidak bergerak liar tanpa kendali sehingga tak terjangkau oleh rakyat.
”Kalau memang harga masih relatif dalam batas kewajaran dan dinikmati peternak, itu no problem,” kata Aria Bima saat bersama rombongan Komisi VI DPR mengunjungi Pasar Anyar, Kota Tangerang, Banten, Rabu (8/8/2012).
Aria menuturkan, permainan kartel biasanya dapat ditengarai dari kenaikan harga yang terjadi secara tiba-tiba dengan memanfaatkan momentum Lebaran saat kebutuhan meningkat. Pedagang kartel pun memanfaatkan dengan menjadikan tingginya kebutuhan sebagai alasan naiknya harga. ”Saya kira peran Menteri Perdagangan di tingkat pusat sampai dengan dinas terkait di setiap daerah perlu mengawasi permainan monopoli atau kartel dalam kebutuhan bahan pokok ini,” kata Aria.
Eceran
Harga eceran daging sapi di sejumlah pasar di Jakarta Barat dan Jakarta Utara dalam sepekan ini mencapai Rp 80.000 hingga Rp 85.000 per kilogram (kg). Harga ini lebih tinggi dibandingkan dengan pada pertengahan bulan puasa tahun lalu yang hanya berkisar Rp 75.000 per kg.
Jaka, pedagang daging sapi di Pasar Grogol, Jakarta Barat, mengungkapkan, tingginya harga daging sapi saat ini disebabkan harga dari agen sudah tinggi. Padahal, katanya, kalau harganya terlampau tinggi juga menyebabkan pelanggan enggan membeli.
”Kalau harga daging terus merangkak naik, penjualan pun bisa menjadi lesu,” ucap Jaka.
Menurut Memet (48), pedagang daging sapi di Pasar Rawabadak, Jakarta Utara, harga daging sapi saat ini memang masih tinggi. Namun, masih cukup diuntungkan dengan pasokan sapi yang lancar ke pedagang sehingga harganya tak terus naik.
”Sekarang saya bisa mendapatkan pasokan sampai enam ekor sehari. Padahal pada awal puasa kemarin hanya empat atau lima ekor,” katanya.
Selama pasokan daging sapi lancar, kata Memet, harga daging sapi dapat dikendalikan. Paling tidak harganya tak melambung terlampau tinggi pada tiga hari menjelang Lebaran.
”Kalau pasokan daging sapi lancar, paling mendekati Lebaran itu harganya berkisar Rp 90.000 per kg. Kalau tidak, itu harganya bisa sampai Rp 100.000 lebih per kilogramnya,” tutur Memet.
Menurut dia, kenaikan harga daging menjelang Lebaran itu tak hanya disebabkan tingginya harga daging sapi dari pemasok. Namun, itu juga disebabkan adanya kenaikan upah bagi penyembelih dan pemotong ternak selama menjelang Lebaran.
”Misalnya upah penyembelih itu biasanya Rp 70.000. Mendekati Lebaran, upahnya bisa jadi Rp 150.000 per ekor. Itu hitung- hitung untuk tunjangan hari rayanya,” kata Memet.
Sementara itu harga ayam ras per ekor di sejumlah pasar di Jakarta dalam sepekan ini merangkak naik Rp 200 per kg. Dimulai dari Rp 22.000 untuk ayam ukuran kecil, Rp 32.000 untuk ukuran sedang, dan Rp 40.000 untuk ayam berukuran besar.
”Minggu depan mungkin saja naiknya bakal lebih besar,” kata Heru, salah satu pedagang ayam di Kebayoran Lama.
Heru menambahkan, tidak pernah ada masalah soal jumlah pasokan. Ia sendiri biasa menambah pasokan hingga dua hingga tiga kali lipat di banding hari-hari di luar puasa dan tetap bisa dipenuhi oleh pemasok.
”Kalau harga ayam naik karena harga pakannya naik, masak terjadi tiap tahun?” katanya lagi.
Sebaliknya untuk harga telur, selama sepekan cenderung turun. Pada awal bulan puasa lalu harganya mencapai Rp 20.000 per kg, kini menjadi Rp 16.000 hingga Rp 17.000 per kg.
Pasokan lancar
Menanggapi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok ini, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengakui ada beberapa komoditas yang harganya masih merangkak naik. Daging, misalnya, harganya terus merangkak naik sejak awal puasa hingga pertengahan bulan puasa ini.
Namun, menurut Fauzi, Kementerian Pertanian telah men- jamin suplai daging untuk DKI Jakarta hingga Lebaran nanti akan dicukupi.
”Makanya harga daging untuk saat ini relatif stabil meski memang tetap tinggi,” katanya.
Untuk harga telur pun, lanjutnya, juga sudah mulai terkendali. Malah belakangan, harganya mulai turun, dan itu karena suplainya cukup untuk ke Jakarta.
Lebih lanjut Fauzi mengatakan, untuk mengatasi kenaikan harga bahan pokok lainnya akan terus digelar pasar murah di beberapa lokasi di lima wilayah kota hingga menjelang Lebaran nanti, dengan sasaran utama warga miskin.
”Harga paket Rp 50.000 dijual murah seharga Rp 20.000. Ini banyak diminati warga. Ini akan terus dilakukan sampai menjelang Lebaran,” katanya.
Pinggiran
Dalam sepekan terakhir, kenaikan harga daging ayam dan sapi di pasar tradisional dan modern Tangerang Selatan, Banten, dan Depok, pun masih terkendali.
Muhidin, pedagang daging sapi di Pasar Ciputat, mengaku, harga daging sapi tidak mengalami kenaikan setelah sebelumnya naik dari Rp 60.000 per kg menjadi Rp 80.000 per kg.
Di Pasar Kemiri Muka Kota Depok, harga telur dan ayam potong dalam sepekan terakhir malah turun menjadi Rp 16.000 per kg. Padahal, sebelum puasa, harga telur di pasar tradisional terbesar di Depok ini mencapai Rp 21.000 per kg. Turunnya harga telur ayam ini disinyalir karena stoknya cukup banyak. (NEL/FRO/MDN/PIN/NDY/CAS)

Kamis, 02 Agustus 2012

Potensi Peternakan Sapi Potong di Jawa Timur


"Potensi Peternakan Sapi Potong di Jawa Timur"
Terbit 11 Maret 2010 Dibaca 25,188 kali Komentar 36 Komentar Kategori: Berita-Info Bisnis, Potensi Bisnis Daerah Ide Bisnis: , , , , , , ,
sapi potong 300x224 Potensi Peternakan Sapi Potong di Jawa TimurSebagai gambaran Pentingnya peternakan sapi di Indonesia adalah masih tergantungnya dari suplai Luar Negeri. Untuk memenuhi kebutuhan daging serta sapi bakalan yang akan digemukkan oleh feedloter sampai saat ini masih tergantung pada impor. Data Asosiasi Produsen Daging dan Feedloter Indonesia (APFINDO) menunjukkan bahwa tidak kurang dari 200.000 ekor sapi bakalan per tahun diimpor dari luar negeri, bahkan sumber lain menyebutkan sampai mencapai 400.000 ekor per tahun. Dengan asumsi harga sapi Rp 3.000.000,- per ekor maka setiap tahun Indonesia harus membayar sebesar Rp 600 milyard sampai Rp 1,2 trilyun untuk pembelian sapi bakalan tersebut.
Pola Pemerintah mengenai agribisnis sapi potong yang dipusatkan kepada masyarakat sebagai pemilik ternak dengan dibimbing oleh Pemerintah sampai saat ini belum mampu menjawab tantangan penyediaan bibit sapi bakalan, pemenuhan kebutuhan daging serta yang lebih penting lagi adalah belum adanya perbaikan mutu genetik ternak secara kontinyu. Sehingga kualitas sapi potong yang ada bukannya meningkat dari tahun ke tahun, namun justru dalam keadaan sebaliknya yaitu mengalami degradasi mutu genetik dan performans. Hal ini disebabkan bahwa sapi-sapi keturunan hasil persilangan melalui kawin suntik (F-1) pada umumnya dipilih oleh peternak untuk dipasarkan dan dipotong, karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada bukan hasil kawin suntik (bukan persilangan).
Propinsi Jawa Timur
Secara geografis total luas lahan sawah irigasi di Jawa Timur pada tahun 2007 sekitar 1.159.592 ha.(BPS,2008), yang mana pada lahan tersebut sebagian besar ditanami padi dalam setahun 2 kali tanam, bahkan ada yang dapat ditanami 3 kali setahun. Disamping penggunaan lahan beririgasi, wilayah Jawa Timur juga terdapat lahan kering yang potensial untuk mendukung pengembangan ternak sapi potong. Total dari berbagai bentuk jenis lahan kering (Tegal/kebun, Ladang, dan padang penggembalaan) pada tahun 2007 ada sekitar 1.225.104 juta Ha. Melihat keadaan lahan kering yang relatif luas, maka sangat potensial bagi ketersediaan limbah pertanian, dengan kata lain bahwa Propinsi Jawa Timur disamping merupakan lumbung pertanian juga merupakan lumbung ternak secara nasional. Hal ini terlihat dampak positifnya, bahwa usaha pengembangan ternak sapi potong dimasyarakat berkembang pesat, disisi lain juga mampu memberikan peluang usaha dan pendapatan sebagian masyarakat pedesaan, serta dapat menyumbangkan devisa yang tidak sedikit.
Di kabupaten Blitar saat ini telah dilaksanakan program pengembangan ternak sapi dengan sistem SIPT. Dimana program tersebut dilaksanaan sejak tahun 2002. di Blitar daerah yang dialokasikan di kecamatan Wlingi desa Klemunan. Dan mulai pada tahun 2003 dikembangkan di desa Siraman kecamatan Kesamben.yang melibatkan dua kelompok ternak sapi (Dinas Peternakan Kabupaten Blitar, 2003)
Aspek lainnya seperti pembinaan perlu ditingkatkan, karena peternak yang ikut kegiatan SIPT merupakan peternak pemula, otomatis ini membutuhkan bimbingan teknis secara terpadu, yang selama ini terkesan kurang adanya koordinasi antara kelompok dan dinas terkait. Berbeda halnya di kabupaten Magetan bahwa kebanyakan peternak berminat pada sapi yang digemukkan yakni jenis sapi peranakan Boss Taurus seperti Simental, Limausin dan jenis Brangus. Alasannya adalah selain pesat pertumbuhannya juga mudah
dalam pencarian ternak
Di kabupaten Pasuruan dengan ketersediaan lahan potensi pertanian yang tersedia cukup baik dan sangat potensial untuk dikembangkan ternak sapi potong. Namun yang perlu mendapat perhatian bahwa dengan kondisi perkembangan areal tanaman komoditas padi dan palawija, nampaknya wilayah Pasuruan sudah mengalami stagnasi , maka apabila wilayah ini dijadikan areal pengembangan sapi potong perlu diperhatikan adanya kontinuitas ketersediaan pakan. Lebih-lebih dalam pengembangan ternak sapi potong yang sepenuhnya mengandalkan limbah pertanian dimasa mendatang dan tentu perlu dipertimbangkan adanya “Buffer Stock” kebutuhan pakan.
Teknis Budidaya
I. Persyaratan Lokasi

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
II. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
III. Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Diolah dari berbagai macam sumber
Sumber gambar:

http://portalagribisnis.deptan.go.id/images/_res/sapi%20potong%28tmg%29.JPG