Kamis, 29 Desember 2011

TEKNOLOGI PEMBUAT PAKAN SAPI POTONG

Teknologi Pembuatan Silase Jagung Untuk Pakan Sapi Potong PDF Cetak E-mail
Oleh Administrator   
Selasa, 13 April 2010 12:46
Pemanfaatan sumber daya pertanian tanaman pangan dalam bentuk limbah sebagai sumber pakan ternak merupakan langkah effisiensi mengatasi kekurangan produksi rumput. Limbah pertanian termasuk sumber hijauan in-situ yakni tersedia dalam jumlah melimpah dan mudah diperoleh. Sebagian besar limbah pertanian dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak sapi. Dari bermacam-macam limbah pertanian yang mempunyai potensi besar sebagai sumber hijauan adalah jerami jagung. 

Jerami jagung merupakan hasil ikutan bertanam jagung dengan tingkat produksi mencapai 4-5 ton/ha. Kandungan nutrisi jerami jagung diantaranya protein 5,56%, serat kasar 33,58%, lemak kasar 1,25, abu 7,28 dan BETN 52,32%. Dengan demikian, karakterisitik jerami jagung sebagai pakan ternak tergolong hijauan bermutu rendah dan penggunaannya dalam bentuk segar tidak menguntungkan secara ekonomis. Selain itu, jerami jagung memiliki kandungan serat kasar tinggi sehingga daya cernanya rendah. 

Kualitas jerami jagung sebagai pakan ternak dapat ditingkatkan dengan teknologi silase yaitu proses fermentasi yang dibantu jasad renik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Teknologi silase dapat mengubah jerami jagung dari sumber pakan berkualitas rendah menjadi pakan berkualitas tinggi serta sumber energi bagi ternak. 

Bangunan Dan Peralatan 

Tempat pembuatan silase jagung disebut Silo. Bentuk silo berupa bangunan berbentuk silinder atau bunker yang dapat ditutup rapat. Cara lain pembuatan silase yaitu dengan membuat lubang seperti sumur yang diberi alas plastik. Selain itu dapat juga digunakan drum yang terbuat dari plastik. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan silase antara lain alat pencacah hijauan, plastik atau bahan lain yang kedap udara. 

Bahan Baku 

Pembuatan Silase Bahan baku utama yaitu jerami jagung 1 ton (kadar air 60-70%) sedangkan bahan pencampur terdiri dari urea 2,5 kg, gula saka/molases 4 kg dan dedak halus 5 kg. 

Proses Pembuatan Silase Jagung 

Proses pembuatan silase dilaksankan beberapa tahap yaitu tahap fermentasi, pengeringan dan penyimpanan. 
  1. Tahap Fermentasi 
  • Jerami jagung yang telah dilayukan kadar air 60-70% dipotong-potong 3-5 cm 
  • Gula tebu dilarutkan dengan 12 liter air dengan cara diaduk atau direbus 
  • Jerami jagung yang telah dipotong dimasukkan kedalam tempat pembuatan dengan cara ditumpuk dan dipadatkan 
  • Pemberian urea, dedak halus dan larutan gula tebu dilakukan secara bertahap dan berlapis. 
  • Setiap ketebalan tumpukan berkisar 20 cm urea, dedak dan larutan gula tebu ditaburkan dan disiram secara merata. Demikian seterusnya sampai proses penumpukan selesai. 
  • Tumpukan kemudian ditutup rapat dengan menggunakan plastik atau bahan kedap udara dan tidak rembes air lalu diberikan beban diatasnya dengan menggunakan ban bekas atau karung berisi pasir 
  • Selama proses fermentasi tumpukan tidak perlu dibalik dan lindungi dari hujan dan sinar matahari langsung 
  • Proses pembuatan silase akan selesai 21 hari setelah proses penutupan. 
 2.  Tahap pengeringan

  • Tumpukan silase yang telah mengalami proses fermentasi, dikeringkan disinar matahari dan diangin-anginkan sehingga cukup kering sebelum disimpan pada gudang penyimpanan 
  • Setelah kering silase jerami jagung dapat diberikan pada sapi sebagai pakan substitusi rumput segar 
Ciri-ciri Silase Yang Baik 

Silase jagung berkualitas baik bila proses pembuatan dilakukan secara tepat dan benar. Ciri-ciri silase yang baik adalah :
  • Berbau harum agak kemanis-manisan 
  • Tidak berjamur 
  • Tidak menggumpal 
  • Berwarna kehijau-hijauan 
  • pH berkisar antara 4 sampai 4,5 
Keunggulan 

1. Mempunyai daya tahan simpan 
2. Menghemat waktu penyediaan hijauan makanan ternak 
3. Mengurangi polusi 
4. Disukai ternak 

Hak Cipta © 2011 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jl. Padang-Solok Km 40, Sukarami, kabupaten Solok, Sumatera Barat, Indonesia
Telp. (0755) 21054, 31122 fax. (0755) 31138   e-mail: sumbar_bptp@yahoo.com

Kamis, 15 Desember 2011

SAPI BISA MENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYRAKAT

Sapi Perah Untuk Mengentas Kemiskinan
Syamsul Hadi | Robert Adhi Ksp | Kamis, 15 Desember 2011 | 22:12 WIB

|
Share:
KOMPAS/HERU SRI KUMOR ILustrasi sapi perah
JEMBER, KOMPAS.com - Untuk mengurangi jumlah keluarga miskin yang banyak tersebar di daerah perkebunan, Pemerintah Kabupaten Jember mengajak PTPN XII dan Bank Indonesia memberdayakan masyarakat melalui program sapi perah. Untuk itu, Bank Indonesia Jember masih akan mencari pola yang cocok untuk penyaluran sapi perah kepada keluarga kurang mampu.

Sebab jumlah keluarga miskin di Jember sampai saat ini tergolong nomer tiga paling banyak di antara daerah kabupaten dan kota se Jawa T imur. Untuk itu, perlu pola untuk mengentas kemiskinan melalui bantuan atau program kemitraan antara antara pemerintah daerah, PTPN dan Bank Indonesia.

Hal ini diungkapkan Bupati Jember MZA Djalal kepada wartawan di Jember, Jawa Timur, Kamis (15/12/2011). "BI punya litbang yang juga berpartisipasi dengan kebijakan-kebijakan mikronya, melalui kajian sampai pada perencanaan bisnisnya," kata Djalal.

"Selama ini program pengentasan keluarga miskin banyak melalui bantuan ternak untuk penggemukan, ternyata banyak yang gagal karena banyak yang dijual. Ini berbeda kalau peternak memperoleh bantuan modal atau hibah dalam bentuk peningkatan produksi susu," kata MZA Djalal.

Sementara itu, julah rumah tangga miskin di Jember yang dapat bantuan raskin sebanyak 273.700 kepala keluarga. Ini kalau tidak diatasi secara nyata dengan pemberdayaan ekonmi kerakyatan, mereka akan terus terpuruk dan tak berdaya.

"Kami di sini punya potensi alam sangat memadai untuk pengembangan sapi perah. Ini bisa kerja sama dengan perusahaan susu Nestle atau Dancow. Pemda Jember siap jadi penjamin untuik mendapatkan kredit bagi peternak yang sungguh-sunggu, kalau PTPN dan BI ikut terlibat, maka beban pemda kan jadi ringan," kata Djalal.

Pemimpin Bank Indonesia Jember Pimpinan Bank Indonesia Jember Nur Zaenuddin mengaku, siap membantu untuk pengentasan kemiskinan dengan program pengembangan sapi perah.
"Kami sedang upayakan untuik membuat proposal mengenai pengentasan kemiskinan dengan program pengembangan sapi perah," kata Nur Zaenuddin

Senin, 12 Desember 2011

HARGA DAGING SAPI NAIK 20%

KONTAN/MURADI Ilustrasi
LANGKAT, KOMPAS.com — Harga daging sapi di pasar Stabat, Tanjungpura, Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, mengalami kenaikan Rp 10.000 per kilogram, dari semula Rp 70.000 per kilogram menjadi Rp 80.000 per kilogram.
"Daging sapi naik hari ini, dari Rp 70.000 menjadi Rp 80.000 per kilogramnya. Harga ini terus mengalami kenaikan hingga besok pagi," kata salah seorang pedagang daging sapi, Adril Husni Lubis, di Stabat, Minggu (28/8/2011).
Ia mengatakan, jumlah permintaan daging sapi juga mengalami lonjakan tiga kali lipat dibandingkan hari-hari biasanya. Jumlah permintaan daging juga terus mengalami kenaikan karena masyarakat saat Lebaran ingin menyuguhkan makanan yang istimewa.
"Jumlah permintaan daging hari biasa sebanyak 50 kilogram, menjelang Lebaran ini permintaan meningkat menjadi 150 kilogram per hari. Permintaan ini belum termasuk jumlah pesanan," katanya.
Sementara pedagang daging ayam potong di Pasar Stabat, Nardi, mengatakan, daging ayam potong sudah mencapai Rp 28.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 26.000 per kilogram.
"Harga daging ayam potong terus mengalami kenaikan yang biasanya Rp 26.000 per kilogram, sejak Minggu naik Rp 2.000 menjadi Rp 28.000 per kilogram," katanya.
Menurut dia, harga daging ayam akan terus mengalami kenaikan hingga H-1 Lebaran. Diperkirakan harga daging ayam akan mencapai Rp 30.000 per kilogram.
"Jumlah permintaan daging ayam terus meningkat. Biasanya setiap harinya sebanyak 50 kilogram, sekarang mencapai 100 kilogram setiap hari. Kenaikan permintaan tersebut belum termasuk dengan permintaan pesanan," katanya.
Nardi juga menjelaskan, daging ayam kampung juga mengalami dari Rp 48.000 per kilogram menjadi Rp 50.000 per kilogram. Ada kenaikan sebesar Rp 2.000 per kilogram untuk daging ayam kampung.
"Harga daging ayam kampung juga akan terus mengalami kenaikan hingga Lebaran. Jika permintaan sangat banyak, harga daging ayam kampung bisa mencapai Rp 60.000 per kilogram satu hari menjelang Lebaran," katanya.
Sementara itu, seorang pembeli, ibu Nasbah Mufida, menjelaskan bahwa harga-harga yang mulai bergerak naik tidak hanya daging sapi, ayam ras, ataupun ayam kampong, tetapi juga sayur-mayur. "Kenaikan harga juga terjadi pada sayur-mayur, seperti kentang, tomat, wortel, dan juga bawang merah," katanya.
Sumber :
ANT
Ada 0 Komentar Untuk Artikel Ini.
     
 

Kamis, 01 Desember 2011

BUDIDAYA RUMPUT GAJAH

RUMPUT GAJAH

Sebuah informasi yang semoga bermanfaat bagi para pembaca Blog sekalian: RUMPUT GAJAH. Selain mengandalkan pasokan rumput dari masyarakat sekitar, lahan yang ada di Villa Domba tetap juga berupaya dimanfaatkan sebagai area tanam berbagai macam jenis varietas rumput yang antara lain adalah Rumput Gajah (Pennisetum pupureum):


Tampak gambar di atas adalah lahan Rumput Gajah di Villa Domba yang juga diikuti dengan penanaman pohon Mahoni dan pohon Jati. Awalnya dahulu lahan ini tandus dan tidak termanfaatkan. Bersumber dari web.http://gasibu.wordpress.com/: Salah satu jenis tanaman penutup tanah adalah rumput. Rumput biasanya merupakan jenis tanaman penutup yang terakhir ditanam. Seberapa pun sisa lahan, bila ditanami rumput akan memberi kesan luas dan menyejukkan. Namun, untuk menanam tanaman ini harus memastikan apakah lahan tersebut memperoleh sinar matahari selama 6–8 jam sehari. Karena hampir semua jenis rumput membutuhkan sinar matahari. Hamparan rumput sebagai elemen pembentuk bidang areal terbuka mampu mendatangkan kegairahan sekaligus kegembiraan orang yang berada di areal tersebut. Sebelum menanam jenis rumput yang cocok untuk hunian kita, sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lahan dan lingkungan sekitar.”Karena tidak semua jenis rumput cocok untuk semua tempat,” kata Nirwono Yoga, arsitek dan konsultan eksterior dan interior. Jenis rumput terbagi dalam tiga kelas, yakni murah, sedang,dan mahal. Kelas murah dikenal dengan jenis rumput gajah. Rumput ini paling bandel karena selain mudah pengerjaannya juga mudah dalam pemeliharaannya. Bersumber dari web.http://www.astudio.id.or.id/: Rumput Gajah sangat mudah perawatannya dan 'tahan banting' karena bandel dan tidak mudah mati. Cara menanamnya pun cukup mudah, yaitu dengan menempelkannya pada tanah, yang sebelumnya sudah dibersihkan, digemburkan dan diberi pupuk.

Tampak pada gambar di atas salah satu pekerja senior di Villa Domba sedang menyiapkan bibit Rumput Gajah. Bibit rumput diperoleh dari hasil stek rumput yang sudah dipanen sebelumnya. Informasi menarik dari web. http://manglayang.blogsome.com/: Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek, dengan fotoperiode kritis antara 13-12 jam. Namun kelangsungan hidup serbuk sari sangat kurang sehingga menjadi penyebab utama dari penentuan biji yang lazimnya buruk. Disamping itu, kecambahnya lemah dan lambat. Oleh karenanya rumput ini secara umum ditanam dan diperbanyak secara vegetatif. Bila ditanam pada kondisi yang baik, bibit vegetatif tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ketinggian sampai 2-3 meter dalam waktu 2 bulan. Rumput gajah ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. Akan tetapi rumput ini tidak tahan hidup di daerah hujan yang terus menerus. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di sepanjang pinggiran hutan. Perkembang biakan vegetatif dilakukan baik dengan cara membagi rumpun akar dan bonggol maupun dengan stek batang (minimal 3 ruas, 2 ruas terbenam di tanah). Hal ini dapat dilakukan dengan tangan atau dengan peralatan seperti yang dilakukan pada penanaman tebu. Jarak antar barisan berkisar antara 50 – 200 cm. di daerah yang lebih kering jaraknya lebih lebar. Jarak dalam barisan bervariasi mulai dari 50 – 100 cm. penanaman yang dicampur dengan tanaman lain semisal ubi kayu dan pisang sering dilakukan di kebun rumah. Untuk mendapatkan hasil dan ketahanan tinggi, rumput ini ditanam dengan pengairan yang teratur dan pemupukan yang cukup. Pemupukan yang banyak diterapkan biasanya bila rumput sering dipotong / dipanen. Kandungan nutrien setiap ton bahan kering adalah N:10-30 kg; P:2-3 kg; K:30-50 kg; Ca:3-6 kg; Mg dan S:2-3 kg. dengan hasil bahan kering tiap tahun 20-40 ton/Ha, karenanya banyak zat diserap dari tanah. Jika tidak dipupuk hasilnya akan segera menurun drastis dan gulma akan menyerang. Walaupun rumput gajah jarang ditanam dengan polong-polongan (legume), namun tetap dapat dikombinasikan dengan baik. Penyakit yang biasa menyerang yaitu kutu Helminthosporium sacchari. Tindakan yang paling baik untuk mencegahnya adalah dengan menggunakan kultivar yang tahan penyakit tersebut. Namun demikian secara umum kami tidak menemukan serangan hama pada rumput gajah yang ditanam. Kebanyakan hanya merupakan serangan belalang dan ulat yang masih bisa di tolerir. Rumput gajah dapat dipanen sepanjang tahun. Biasanya rumput ini diberikan dalam bentuk segar, tetapi dapat juga diawetkan sebagai silase. Hasil bahan kering setiap tahun diharapkan berkisar 2 - 10 ton/hektar untuk tanaman yang tidak dipupuk atau dengan pupuk yang sedikit, tetapi yang menggunakan banyak pupuk N dan P hasilnya berkisar antara 6 - 40 ton/hektar. Prospek rumput gajah cukup baik bila dilakukan pemupukan yang baik pula. Dengan memanen pada pertumbuhan yang masih muda atau dengan menggunakan kultivar yang baik akan mencapai nilai pakan yang tinggi. Keuntungan dari jenis ini adalah kemampuannya berproduksi, dapat ditanam dalam jumlah besar atau kecil, dan dapat diusahakan secara mekanis atau juga untuk pertanian/peternakan skala kecil.