Jumat, 08 Februari 2013

TIPS BIBIT SAPI TERBAIK

Pembibitan Sapi Potong

Pembibitan Sapi Potong
pembibitan sapi
pembibitan sapi
Pengembangan pembibitan ternak sapi saat ini mulai diarahkan pada peningkatan mutu genetik ternak, sumber daya ternak, daya dukung wilayah, pengawasan mutu dan penguasaan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas ternak. Untuk mendapatkan bibit sapi potong yang berkualitas, perlu dilakukan pengawasan mutu bibit sesuai dengan standar pemilihan dan penilaian sapi potong. Seleksi atau pemilihan sapi yang akan dipelihara merupakan salah satu faktor penentu dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging sehingga diperlukan upaya pengembangan pembibitan sapi potong secara berkelanjutan.
Kriteria Pemilihan
Pemilihan ternak sapi untuk dipelihara atau sebagai calon pengganti bibit memerlukan keterampilan khusus terutama untuk melatih pandangan serta penilaian
akurat. Keberhasilan pemilihan ternak sapi yang akan dipelihara akan sangat menentukan keberhasilan usaha ternak walaupun semua bangsa dan tipe sapi bisa
dijadikan bibit pengganti. Agar diperoleh bibit sapi potong yang baik, diperlukan bangsa dan tipe sapi tertentu yang laju pertumbuhannya cukup dan mutunyapun bagus serta mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Sehubungan dengan pemilihan calon bibit ternak sapi potong, maka perlu mengetahui kriteria dalam aspek pemilihan bibit dan pengukuran sapi. Hal ini penting, mengingat pada saat peternak melakukan pemilihan diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup di antaranya adalah :
1. Bangsa dan sifat genetik
Setiap peternak yang akan memelihara dan membesarkan ternak untuk dijadikan calon bibit pertama-tama harus memilih bangsa sapi yang paling disukai atau telah populer, baik dari jenis sapi impor maupun lokal. Kita telah mengetahui bahwa setiap bangsa sapi memiliki sifat genetik yang berbeda antara satu dengan lainnya baik kemampuannya dalam berproduksi (menghasilkan daging) maupun daya adaptasinya terhadap lingkungan hidup terutama terhadap iklim dan pakan.
2. Kesehatan
Sapi yang akan dijadikan sebagai calon bibit haruslah memiliki kesehatan yang baik. Untuk mengetahui kesehatan sapi secara umum, peternak bisa memperhatikan kondisi tubuh (tubuh bulat berisi, tidak ada eksternal parasit); sikap dan tingkah laku (tegap,keempat kaki memperoleh titik berat sama); pernafasan (bernafas dengan tenang dan teratur); pencernaan (dapat memamahbiak dengan tenang, pembuangan feses dan urine berjalan lancar) dan pandangan sapi (mata cerah dan tajam).
3. Seleksi calon bibit berdasarkan pengamatan/penampilan fisik Bentuk atau ciri luar sapi berkorelasi positif terhadap faktor genetik seperti laju pertumbuhan, mutu dan hasil akhir (daging). Bentuk atau ciri bibit sapi potong yang baik adalah sebagai berikut :
  • (i) ukuran badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh panjang yang memungkinkan sapi mampu menampung jumlah pakan yang banyak;
  • (ii) bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah dan belakang serasi serta garis badan bagian atas dan bawah sejajar;
  • (iii) paha sampai pergelangan penuh berisi daging;
  • (iv) dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan serta
  • (v) kaki besar, pendek dan kokoh.
Pembibitan Sapi Potong “Model Grati”
Pembibitan sapi potong sebagian besar diusahakan oleh peternak dalam skala usaha kecil (1-4 ekor) sesuai dengan kemampuan modal dan tenaga kerja keluarga terutama dalam mencari pakan (rumput) sehingga belum memberikan peningkatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya. Upaya untuk meningkatkan efisiensi usaha sapi potong skala kecil di peternakan rakyat diperlukan peningkatan skala usaha tani melalui inovasi teknologi pembibitan “Model Grati”. Pembibitan “Model Grati” merupakan suatu model pembibitan yang menggunakan kandang sistem kelompok, yaitu dalam suatu ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor sapi induk/calon induk bersama dengan seekor pejantan yang diinginkan sehingga terjadi perkawinan dan menjadi bunting.
Melalui inovasi teknologi kandang kelompok “Model Grati” diharapkan
  • (i) jarak
    beranak (calving interval) sapi induk dapat diperpendek dari rataan 18 bulan menjadi 14 bulan,
  • (ii) efisiensi usaha pemeliharaan/tenaga kerja meningkat diikuti oleh peningkatan skala pemeliharaan dari rataan 1-4 ekor menjadi lebih dari 5 ekor per
    kepala keluarga (KK) dan
  • (iii) kesehatan ternak menjadi lebih baik.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, tipe kandang yang digunakan untuk pembibitan sapi potong “Model Grati” dibedakan menjadi dua, yaitu kandang kelompok dan kandang individu. Kandang kelompok berfungsi sebagai kandang kawin, pembesaran pedet sampai dengan disapih dan pembesaran pedet lepas sapih. Sedangkan kandang individu digunakan sebagai kandang untuk melahirkan (menjelang beranak) sampai dengan laktasi umur 40 hari.
Di samping kedua jenis kandang di atas, terdapat juga kandang kelompok khusus sapi bunting. Kandang ini digunakan untuk sapi yang positif bunting lebih dari 5 bulan sampai kebuntingan 9 bulan.
Sapi bunting tua dapat dideteksi melalui bentuk ambingnya yang mulai membesar sehingga harus segera dipindahkan dari kandang kelompokbunting ke kandang beranak (kandang individu) sampai dengan anak umur 40 hari. Namun apabila kandang kelompok bunting tidak tersedia, maka induk sapi yang telah bunting tua (8-9 bulan) dipisah dari kandang kelompok ke kandang individu (kandang beranak). Selanjutnya, induk yang sudah melahirkan dan pedet telah berumur 40 hari maka dari kandang beranak dipindah ke kandang kelompok kawin untuk melakukan proses reproduksi berikutnya (Gambar 1). Aplikasi kandang kelompok di petani dapat dilakukan dengan cara memperluas atau menambah pagar pembatas yang identik dengan kandang pelumbaran.
Untuk mendukung keberhasilan reproduksi yang ditunjukkan oleh jarak beranak < 14 bulan, maka sistem perkawinan dalam kandang kelompok sebaiknya menggunakan pejantan terpilih dan apabila menggunakan teknologi kawin suntik (IB) maka dapat menggunakan pejantan pengusik (detektor). Penggunaan pejantan terpilih atau pejantan pengusik dalam kandang kelompok diharapkan dapat meningkatkan kejadian kebuntingan (conception rate) terutama bagi induk-induk sapi yang mengalami birahi tenang (silent heat).
gambar
Keberhasilan sapi induk untuk menghasilkan anak setiap tahun (< 14 bulan) merupakan syarat utama dalam usaha pembibitan sapi potong. Prestasi ini sulit dicapai pada kondisi pemeliharaan ekstensif, pakan yang terbatas serta pengetahuan maupun luangan waktu yang terbatas untuk pengamatan birahi–terutama pada sapi-sapi yang mempunyai komposisi darah Bos taurus (impor) yang relatif tinggi. Selain itu, sebagian besar sapi-sapi betina tersebut menunjukkan kejadian birahi pada malam hari dengan lama waktu birahi yang cukup singkat yaitu kurang dari 6 jam.
Sistem Pemberian Pakan
Pakan hijauan berupa rumput segar dapat disediakan pada palungan sesuai dengan kemampuan peternak tanpa melihat jumlah ternak yang dipelihara dalam kandang kelompok. Kekurangan hijauan diharapkan dapat dipenuhi oleh pakan kering (misalnyajerami padi) yang tersedia secara ad-libitum dalam “bank pakan” sehingga dapat digunakan setiap saat sesuai kebutuhan ternak sapi (Gambar 2.). Dengan demikian, peternak dapat dengan leluasa mengatur waktu pemberian pakan, bahkan ternak dapat ditinggal beberapa hari apabila air minum dan pakan telah dipersiapkan sebelumnya.
Pakan tambahan merupakan bahan pakan alternatif pengganti untuk mengurangi penyediaan rumput segar apabila rumput segar lebih mahal dibanding dengan pakan tambahan. Pakan tambahan dapat dipenuhi melalui pemanfaatan limbah pertanian yang banyak ditemui di lokasi peternakan; seperti tumpi jagung, dedak padi, kulit kopi, ampas singkong, dan lain-lain. Sementara itu, air minum selalu tersedia (ad-libitum) di bak tempat minum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar