Rabu, 14 Agustus 2013

HARGA DAGING SAPI

Jelang Lebaran, Harga Daging Sapi di Bandung Sudah Merosot

Baban Gandapurnama - detikfinance
Senin, 29/07/2013 09:54 WIB
http://images.detik.com/content/2013/07/29/4/095606_saphi2.jpg
Bandung - Jelang lebaran Idul Fitri 2013, harga komoditas daging sapi di Kota Bandung sudah kembali merosot alias turun. Harga daging sapi di pasar tradisional sempat tak terkendali dengan menembus angka Rp 100 ribu per kilogram.

"Sejak sepekan lalu harga daging sapi di Bandung mulai turun," kata salah satu pedagang di Pasar Induk Caringin Kota Bandung, Ahmad Nurjaman (36).

Ahmad menyampaikannya saat ditemui detikFinance di Rumah Potong Hewan (RPH) Cirangrang, Jalan Kopo, Kota Bandung, Senin (29/7/2013). Pria tersebut menjual daging sapi impor jenis sapi Brahman Cross (BX).

Pebisnis daging sapi ini mengaku girang dengan kondisi harga sapi saat ini. Sewaktu harga sapi melonjak tinggi, pria akrab disap Haji Totong ini menjual daging sapi BX kepada konsumen dengan banderol Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu per kilogram. Bahkan di beberapa pasar tradisional di Bandung, selisih angkanya bisa lebih.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar pernah menyebutkan harga daging sapi termahal di Jabar itu berada di wilayah Kota Bandung. Tercatat harga daging sapi meroket hingga Rp 105 ribu per kilogram. Melambungnya daging sapi di Bandung beberapa waktu lalu itu disebut tertinggi dibandingkan lima kota lainnya di Jabar yakni Depok, Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya, dan Cirebon.

"Kalau sekarang, paha sapi belakang saya jual 80 ribu rupiah per kilogram. Kalau paha depan harganya 73 hingga 75 ribu rupiah per kilogram," ungkap Ahmad yang sejak 2003 melakoni bisnis daging sapi di Pasar Caringin.

Daging sapi dijual Ahmad di Pasar Caringin ini biasanya didistribusikan kembali oleh pedagang lainnya serta pengecer ke pasar-pasar tradisional di Bandung Raya seperti Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.

Adanya kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) soal menambah kuota sapi impor, kata Ahmad, berpengaruh menurunkan harga daging di pasaran. Kondisi demikian membuat pengusaha penggemukan sapi (feedloter) menurunkan harga jual sapi hidup kepada pedagang. Feedloter kini membanderol sapi hidup seharga Rp 33 ribu per kilogram dari semula Rp 36 ribu per kilogram.

Pengecer daging sapi lokal di Pasar Cikutra, Yayat (32), mengakui dampak harga sapi impor turun itu berimbas kepada bisnisnya. "Turunnya daging sapi impor, otomatis daging sapi lokal pun ikut turun. Ya harus mengikuti. Sekarang harga sapi lokal itu menyesuaikan. Harganya kini kisaran 75 ribu hingga 85 ribu rupiah," singkat Yayat ditemui di Pasar Cikutra.

Salah satu perusahaan feedloter, PT Lembu Jantan Perkasa, tidak membantah soal turunnya harga sapi hidup yang dijual kepada pedagang.

"Perusahaan feedloter yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Sapi dan Feedloter Indonesia (Apfindo), bersepakat menurunkan harga sapi hidup," ucap General Manager PT Lembu Jantan Perkasa, Said Zulvalutvy, sewaktu ditemui detikcom di kantor PT Lembu Jantan Perkasa, Jalan Mileter KM-01, Desa Darangdan, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Senin (29/7/2013).

Said mengungkapkan, sejak Jumat 19 Juli 2013 lalu feedloter melego sapi hidup seharga Rp 33 ribu per kilogram dari semula Rp 36 ribu per kilogram. Sapi impor yang dijual PT Lembu Jantan Perkasa asal Australia berjenis sapi BX. Imbasnya, harga jual daging sapi di pasar tradisonal pun merosot tajam.

"Poin pentingnya saat ini harga daging sapi di Bandung turun drastis. Bandung ini menjadi tolak ukur. Kenapa harganya terjun bebas? Karena suplai yang diminta pedagang sudah cukup terpenuhi. Kalau suplai cukup, tentu yang diuntungkan juga ialah konsumen," tutur Said.

"Jadi keiinginan pemerintah saat ini untuk menurunkan harga sapi itu tercapai," tambahnya.

Said berpandangan kenaikan harga sapi di sejumlah wilayah Indonesia khususnya Bandung, beberapa waktu lalu, lantaran disebabkan kuota sapi tidak terpenuhi. Terlebih sewaktu Kementerian Pertanian (Kementan) menekankan pembatasan kuota sapi impor hanya 10 persen. Ia pun menyarankan perlu pengecekan angka ril soal populasi sapi lokal di Indonesia saat ini.

"Sapi itu 'kan bahan baku. Karena waktu itu bahan bakunya tidak ada di pasaran, terjadilah gejolak yang menjadikan harga tak sesuai di pasaran. Nah, karena permintaannya tinggi, harga pun pasti naik. Jadi kenaikan itu bukan karena ulah spekulan serta penimbunan. Kondisinya waktu itu, di peternak memang kandangnya kosong. Petani pun tidak mau mengeluarkan sapi karena belum cukup umur," kata Said.

Sambung Said, perusahaan feedloter menyambut baik setelah urusan tata niaga impor diambil alih Kementerian Perdagangan (Kemendag). Apalagi Kemendag siap menambah kuota impor sapi. Pemerintah beralasan dengan adanya penambahan pasokan dan distribusi bisa menurunkan harga daging.



(bbn/dru) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar