Senin, 04 April 2016

20 Mahasiswa Indonesia Mulai Magang di Peternakan Australia Utara

Sebanyak 20 mahasiswa Indonesia tiba di wilayah Top End di Australia Utara untuk magang di peternakan setempat. Program tahunan yang dilaksanakan Asosiasi Peternak Northern Territory (NTCA) ini sudah menghasilkan 54 alumni sejak dimulai 2012.
Peserta magang pekan ini mengunjungi lapangan ternak untuk ekspor Berrimah serta rumah potong hewan di Livingstone. Selanjutnya mereka akan mengikuti kelas di kampus di wilayah Katherine.
Mahasiswa Indonesia peserta program magang di peternakan Australia yang diadakan NTCA tahun 2016. (Foto: Istimewa/Robi Agustiar)
Mahasiswa Indonesia peserta program magang di peternakan Australia yang diadakan NTCA tahun 2016. (Foto: Istimewa/Robi Agustiar)
Peserta magang ini akan mempelajari pengetahuan dasar menangani ternak, menunggang kuda dan penggunaan motor untuk menggembala ternak. Setelah itu mereka akan ditempatkan di sejumlah peternakan selama enam pekan.
Menurut penyelenggaranya, Manager NTCA Carley Birstrup, ada 120 orang pelamar untuk program tahun, sekaligus merupakan jumlah paling besar selama ini.
Carley Bidstrup menjelaskan, program magang bagi mahasiswa Indonesia di peternakan Australia sangat penting dalam memperkuat hubungan kedua pihak.
"Ini merupakan kesempatan bagus buat para peserta bukan hanya selama belajar di sini tapi juga buat masa depan mereka," katanya.
"Sejauh ini sudah ada 54 alumni program ini dan kebanyakan di antara mereka telah memainkan peran penting di sana yang terkait dengan Australia," katanya.
Sejak diadakan tahun 2012 program magang di peternakan Australia telah menghasilkan 54 alumni. (Foto: Istimewa/Robi Agustiar)
Sejak diadakan tahun 2012 program magang di peternakan Australia telah menghasilkan 54 alumni. (Foto: Istimewa/Robi Agustiar)
Salah seorang di antara alumni bernama Izar Hadiansyah, yang ikut magang tahun 2015, merupakan mentor bagi peserta tahun ini.
Menurut dia, peminat program magang ini semakin besar di Indonesia. "Banyak peminat dari setiap universitas di Indonesia," katanya.
Seorang mahasiswa peternakan bernama Offi Nafidi dari Universitas Gadjah Mada mengatakan ingin mempelajari pengelolaan peternakan besar di Australia.
"Di Indonesia modelnya berupa peternakan intensif, makanya saya ingin belajar bagaimana model mustering (penggembalaan ternak dalam skala besar)," kata Offi kepada wartawan ABC Daniel Fitzgerald.

Sabtu, 02 April 2016

SAPI KUPANG MASUK KE JAKARTA DENGAN JUMLAH YA CUKUP BESAR UNTUK SIAP DIPOTONG



ernak jenis sapi Bali jantan sebanyak 353 ekor asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), masuk ke DKI Jakarta mulai Jumat (11/12) melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ternak sapi tersebut memiliki rata-rata bobot hidup 250-350 kilogram (kg) atau setara 125 kg daging sapi per ekor. Sapi-sapi tersebut akan memenuhi kebutuhan daging sapi di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Pemasukan sapi lokal dari luar Jawa ini adalah bagian dari komitmen pemerintah provinsi produsen ternak sapi dengan DKI Jakarta. Yakni, kerja sama pasokan ternak sapi untuk daerah konsumen, Jabodetabek. Pengangkutan ternak sapi tersebut dilakukan pada Minggu (6/12) menggunakan kapal pengangkut ternak KM Camara Nusantara I, berlayar perdana pukul 01.00 WITA dari Pelabuhan Tenau Kupang, NTT.
Pengawalan ternak selama perjalanan dari Kupang menuju Jakarta dilakukan oleh petugas kesehatan hewan sebanyak tujuh orang, yang berasal dari BBVet Denpasar sebanyak 5 orang, dan dari Karantina Pertanian Kelas I Kupang sebanyak dua orang
Dalam keterangan Kementerian Pertanian (Kementan) yang diterima redaksi, pagi ini, kapal pengangkut ternak KM Camara Nusantara I memiliki 500 ruang untuk sapi dan memiliki standar internasional. Kapal tersebut akan terus dimanfaatkan untuk pengiriman ternak dari wilayah produsen ternak, seperti NTT, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Jawa Timur, ke daerah konsumsi Jabodetabek.
Powered By AlbireoPemanfaatan tol laut ke daerah konsumsi ini diharapkan dapat maksimal karena diyakini mampu menekan harga distribusi sapi. Harga bobot hidup sapi di NTT yang dikirim ke Jakarta adalah Rp 30 ribu per kg berat hidup. Pembelian ternak dari NTT ke DKI Jakarta dilakukan oleh Bulog yang dalam hal ini diwakili oleh Dolog. Ternak selanjutnya akan dikirim ke kandang ternak lokal di Jalan Andini Sakti Desa Gandasari kecamatan Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, milik Perum Bulog. Pemulihan ternak akan dilakukan selama dua hari di kandang penampungan Dolog. Ternak sapi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pembeli sebagai sapi bakalan dan siap potong.
Seperti diketahui, pemerintahan Presiden Joko Widodo mendorong upaya optimalisasi untuk menata distribusi ternak sapi nasional dan perbaikan tata niaga dengan memanfaatkan kapal angkut khusus ternak. Dengan demikian, ternak sapi dari NTT tidak lagi diangkut dengan kapal barang atau truk dengan jarak yang sangat panjang. Pemanfaatan kapal khusus ternak yang menghubungkan antar pulau atau yang disebut tol laut itu diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan sapi di daerah konsumsi oleh daerah sentra produksi.
Sementara itu, Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu mengatakan, pihaknya masih memiiliki banyak daging sapi. Daging sapi sekitar 2 ribu ton asal Selandia Baru sudah berada di gudang stok Bulog. Hingga saat ini, daging tersebut belum dipasarkan. Pemerintah belum memerintahkan operasi pasar (OP) untuk daging sapi. “Kalau diperintahkan OP, kami akan turun. Yang jelas ada 2 ribu ton daging dari Selandia Baru. Lalu, kami juga ditugaskan untuk mengelola sapi lokal yang masuk dari NTT," kata Wahyu