Selasa, 04 Desember 2012

PENGIRIMAN SAPI KE PT TUM

Pembatasan Daging Impor, PT TUM Kurangi 200 Karyawan

Kabar6-Pembatasan daging sapi impor tak hanya dikeluhkan oleh pedagang dan pembeli di tingkat "pasar becek" saja. Pasalnya, kondisi serupa juga harus dirasakan oleh pelaku usaha ternak dan penggemukan sapi.

“Kami juga terkena dampak. Bahkan, sejak dua tahun terakhir kami terpaksa mengurangi karyawan hingga 200 orang,” ujar Heroe Sinbad, General PT Tanjung Unggul Mandiri (TUM), peternak dan penggemukan sapi, di Tanjung Burung, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Jumat (23/11/2012).

Haroe mengatakan, pembatasan impor sapi mengakibatkan pihaknya menjadi kesulitan untuk memenuhi target penjualan yang sudah ditetapkan. Sementara, pemerintah sendiri belum mengatur secara jelas soal tata niaga sapi.

“Kalau dulu, peredaran sapi lokal diatur oleh Koperasi Unit Desa (KUD). Dengan begitu, kita bisa tahu dimana titik-titik pembelian sapi lokal. Tapi kalau sekarang, kita tidak tahu dimana sebenarnya titik penjualan sapi berada,” ujar Haroe lagi.

Terkait kemungkinan adanya permainan hingga berdampak pada membengkaknya harga daging sapi hingga tembus Rp. 100 per kilogram, Haroe menjawab tegas tidak ada permainan.

“Disini kita jual sapi perkilogram kepada agen. Sementara, dari 1 ekor sapi agen hanya bisa menjual 50 persen daging dan 50 persen karkas (kepala, kaki, kulit dan jeroan) kepada Rumah Potong Hewan (RPH) dan pasar,” ujar Haroe.

Jadi, lanjut Haroe, wajar bila kemudian agen menaikkan harga jual kepasaran hingga 50 persen, dari harga beli di peternakan. Dan, selanjutnya pedagang menaikkan lagi harga belinya hingga 10 persen sebelum kemudian dijual kepasaran.(tom migran)

Kamis, 04 Oktober 2012

PERSIAPAN UNTUK HEWAN KURBAN

Waspada….Hewan Kurban Berpenyakit

(bisnis-jabar.com)
CIMAHI (bisnis-jabar.com) – Pemkot Cimahi mengimbau warganya untuk lebih jeli dalam memilih hewan kurban yang akan disembelihnya. Hal itu penting, agar warga tidak mendapatkan hewan berpenyakit.
Kepala Bidang Pertanian Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Pertanian (Diskopindagtan) Kota Cimahi Suyoto mengatakan berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya dari 6.259 hewan kurban yang disembelih 3% diantaranya berpenyakit.
“Pada umumnya penyakit yang diderita hewan kurban itu adalah sakit mata, kembung dan cacing hati,” kata Suyoto kepada wartawan, Kamis (4/10).
Disampaikannya, hewan kurban yang sehat satu di antaranya warna kelopak matanya berwarna putih tidak berwarna merah dan berkulit bersih.
Kebutuhan hewan kurban di Cimahi pada tahun ini diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 20% dari tahun sebelumnya hanya 5.000 ekor menjadi 6.000 ekor terdiri dari kambing dan sapi.
Persediaan hewan kurban untuk domba tinggal 3.947 ekor dan 37 ekor sapi. Padahal tahun sebelumnya, jumlah sapi mencapai 488 ekor dan domba mencapai 1.749 ekor.
“Bagi mereka yang akan berjualan kami wajibkan mereka memiliki kartu izin menjual hewan kurban yang dikeluarkan dinas setempat. Mayoritas pedagang berasal Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, Bandung Barat dan Sumedang,” ucapnya.
Menurutnya, salah satu hewan kurban yang patut diwaspadai adalah dari Kabupaten Purwakarta karena hewan kurban dari daerah tersebut pada tahun sebelumnya dianggap memiliki riwayat antraks.(k6/ajz)

Minggu, 12 Agustus 2012

PERMINTAAN DAGING SAPI MENINGKAT MENJELANG LEBARAN

KOMPAS/HERU SRI KUMORO
JAKARTA, KOMPAS.com - Harga sejumlah bahan kebutuhan pokok di Jakarta diperkirakan akan merangkak naik hingga menjelang Lebaran. Untuk itulah dibutuhkan kepastian pasokan komoditas agar kenaikan harga bisa dikendalikan. Pantauan di sejumlah pasar tradisional di Jakarta dan sekitarnya, Rabu (8/8), harga daging sapi dan daging ayam tetap tinggi.
Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima meminta pemerintah agar mengawasi permainan monopoli atau kartel dalam perdagangan kebutuhan bahan pokok. Langkah ini diperlukan supaya kenaikan harga bahan kebutuhan pokok, terutama menjelang Lebaran, tidak bergerak liar tanpa kendali sehingga tak terjangkau oleh rakyat.
”Kalau memang harga masih relatif dalam batas kewajaran dan dinikmati peternak, itu no problem,” kata Aria Bima saat bersama rombongan Komisi VI DPR mengunjungi Pasar Anyar, Kota Tangerang, Banten, Rabu (8/8/2012).
Aria menuturkan, permainan kartel biasanya dapat ditengarai dari kenaikan harga yang terjadi secara tiba-tiba dengan memanfaatkan momentum Lebaran saat kebutuhan meningkat. Pedagang kartel pun memanfaatkan dengan menjadikan tingginya kebutuhan sebagai alasan naiknya harga. ”Saya kira peran Menteri Perdagangan di tingkat pusat sampai dengan dinas terkait di setiap daerah perlu mengawasi permainan monopoli atau kartel dalam kebutuhan bahan pokok ini,” kata Aria.
Eceran
Harga eceran daging sapi di sejumlah pasar di Jakarta Barat dan Jakarta Utara dalam sepekan ini mencapai Rp 80.000 hingga Rp 85.000 per kilogram (kg). Harga ini lebih tinggi dibandingkan dengan pada pertengahan bulan puasa tahun lalu yang hanya berkisar Rp 75.000 per kg.
Jaka, pedagang daging sapi di Pasar Grogol, Jakarta Barat, mengungkapkan, tingginya harga daging sapi saat ini disebabkan harga dari agen sudah tinggi. Padahal, katanya, kalau harganya terlampau tinggi juga menyebabkan pelanggan enggan membeli.
”Kalau harga daging terus merangkak naik, penjualan pun bisa menjadi lesu,” ucap Jaka.
Menurut Memet (48), pedagang daging sapi di Pasar Rawabadak, Jakarta Utara, harga daging sapi saat ini memang masih tinggi. Namun, masih cukup diuntungkan dengan pasokan sapi yang lancar ke pedagang sehingga harganya tak terus naik.
”Sekarang saya bisa mendapatkan pasokan sampai enam ekor sehari. Padahal pada awal puasa kemarin hanya empat atau lima ekor,” katanya.
Selama pasokan daging sapi lancar, kata Memet, harga daging sapi dapat dikendalikan. Paling tidak harganya tak melambung terlampau tinggi pada tiga hari menjelang Lebaran.
”Kalau pasokan daging sapi lancar, paling mendekati Lebaran itu harganya berkisar Rp 90.000 per kg. Kalau tidak, itu harganya bisa sampai Rp 100.000 lebih per kilogramnya,” tutur Memet.
Menurut dia, kenaikan harga daging menjelang Lebaran itu tak hanya disebabkan tingginya harga daging sapi dari pemasok. Namun, itu juga disebabkan adanya kenaikan upah bagi penyembelih dan pemotong ternak selama menjelang Lebaran.
”Misalnya upah penyembelih itu biasanya Rp 70.000. Mendekati Lebaran, upahnya bisa jadi Rp 150.000 per ekor. Itu hitung- hitung untuk tunjangan hari rayanya,” kata Memet.
Sementara itu harga ayam ras per ekor di sejumlah pasar di Jakarta dalam sepekan ini merangkak naik Rp 200 per kg. Dimulai dari Rp 22.000 untuk ayam ukuran kecil, Rp 32.000 untuk ukuran sedang, dan Rp 40.000 untuk ayam berukuran besar.
”Minggu depan mungkin saja naiknya bakal lebih besar,” kata Heru, salah satu pedagang ayam di Kebayoran Lama.
Heru menambahkan, tidak pernah ada masalah soal jumlah pasokan. Ia sendiri biasa menambah pasokan hingga dua hingga tiga kali lipat di banding hari-hari di luar puasa dan tetap bisa dipenuhi oleh pemasok.
”Kalau harga ayam naik karena harga pakannya naik, masak terjadi tiap tahun?” katanya lagi.
Sebaliknya untuk harga telur, selama sepekan cenderung turun. Pada awal bulan puasa lalu harganya mencapai Rp 20.000 per kg, kini menjadi Rp 16.000 hingga Rp 17.000 per kg.
Pasokan lancar
Menanggapi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok ini, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengakui ada beberapa komoditas yang harganya masih merangkak naik. Daging, misalnya, harganya terus merangkak naik sejak awal puasa hingga pertengahan bulan puasa ini.
Namun, menurut Fauzi, Kementerian Pertanian telah men- jamin suplai daging untuk DKI Jakarta hingga Lebaran nanti akan dicukupi.
”Makanya harga daging untuk saat ini relatif stabil meski memang tetap tinggi,” katanya.
Untuk harga telur pun, lanjutnya, juga sudah mulai terkendali. Malah belakangan, harganya mulai turun, dan itu karena suplainya cukup untuk ke Jakarta.
Lebih lanjut Fauzi mengatakan, untuk mengatasi kenaikan harga bahan pokok lainnya akan terus digelar pasar murah di beberapa lokasi di lima wilayah kota hingga menjelang Lebaran nanti, dengan sasaran utama warga miskin.
”Harga paket Rp 50.000 dijual murah seharga Rp 20.000. Ini banyak diminati warga. Ini akan terus dilakukan sampai menjelang Lebaran,” katanya.
Pinggiran
Dalam sepekan terakhir, kenaikan harga daging ayam dan sapi di pasar tradisional dan modern Tangerang Selatan, Banten, dan Depok, pun masih terkendali.
Muhidin, pedagang daging sapi di Pasar Ciputat, mengaku, harga daging sapi tidak mengalami kenaikan setelah sebelumnya naik dari Rp 60.000 per kg menjadi Rp 80.000 per kg.
Di Pasar Kemiri Muka Kota Depok, harga telur dan ayam potong dalam sepekan terakhir malah turun menjadi Rp 16.000 per kg. Padahal, sebelum puasa, harga telur di pasar tradisional terbesar di Depok ini mencapai Rp 21.000 per kg. Turunnya harga telur ayam ini disinyalir karena stoknya cukup banyak. (NEL/FRO/MDN/PIN/NDY/CAS)

Kamis, 02 Agustus 2012

Potensi Peternakan Sapi Potong di Jawa Timur


"Potensi Peternakan Sapi Potong di Jawa Timur"
Terbit 11 Maret 2010 Dibaca 25,188 kali Komentar 36 Komentar Kategori: Berita-Info Bisnis, Potensi Bisnis Daerah Ide Bisnis: , , , , , , ,
sapi potong 300x224 Potensi Peternakan Sapi Potong di Jawa TimurSebagai gambaran Pentingnya peternakan sapi di Indonesia adalah masih tergantungnya dari suplai Luar Negeri. Untuk memenuhi kebutuhan daging serta sapi bakalan yang akan digemukkan oleh feedloter sampai saat ini masih tergantung pada impor. Data Asosiasi Produsen Daging dan Feedloter Indonesia (APFINDO) menunjukkan bahwa tidak kurang dari 200.000 ekor sapi bakalan per tahun diimpor dari luar negeri, bahkan sumber lain menyebutkan sampai mencapai 400.000 ekor per tahun. Dengan asumsi harga sapi Rp 3.000.000,- per ekor maka setiap tahun Indonesia harus membayar sebesar Rp 600 milyard sampai Rp 1,2 trilyun untuk pembelian sapi bakalan tersebut.
Pola Pemerintah mengenai agribisnis sapi potong yang dipusatkan kepada masyarakat sebagai pemilik ternak dengan dibimbing oleh Pemerintah sampai saat ini belum mampu menjawab tantangan penyediaan bibit sapi bakalan, pemenuhan kebutuhan daging serta yang lebih penting lagi adalah belum adanya perbaikan mutu genetik ternak secara kontinyu. Sehingga kualitas sapi potong yang ada bukannya meningkat dari tahun ke tahun, namun justru dalam keadaan sebaliknya yaitu mengalami degradasi mutu genetik dan performans. Hal ini disebabkan bahwa sapi-sapi keturunan hasil persilangan melalui kawin suntik (F-1) pada umumnya dipilih oleh peternak untuk dipasarkan dan dipotong, karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada bukan hasil kawin suntik (bukan persilangan).
Propinsi Jawa Timur
Secara geografis total luas lahan sawah irigasi di Jawa Timur pada tahun 2007 sekitar 1.159.592 ha.(BPS,2008), yang mana pada lahan tersebut sebagian besar ditanami padi dalam setahun 2 kali tanam, bahkan ada yang dapat ditanami 3 kali setahun. Disamping penggunaan lahan beririgasi, wilayah Jawa Timur juga terdapat lahan kering yang potensial untuk mendukung pengembangan ternak sapi potong. Total dari berbagai bentuk jenis lahan kering (Tegal/kebun, Ladang, dan padang penggembalaan) pada tahun 2007 ada sekitar 1.225.104 juta Ha. Melihat keadaan lahan kering yang relatif luas, maka sangat potensial bagi ketersediaan limbah pertanian, dengan kata lain bahwa Propinsi Jawa Timur disamping merupakan lumbung pertanian juga merupakan lumbung ternak secara nasional. Hal ini terlihat dampak positifnya, bahwa usaha pengembangan ternak sapi potong dimasyarakat berkembang pesat, disisi lain juga mampu memberikan peluang usaha dan pendapatan sebagian masyarakat pedesaan, serta dapat menyumbangkan devisa yang tidak sedikit.
Di kabupaten Blitar saat ini telah dilaksanakan program pengembangan ternak sapi dengan sistem SIPT. Dimana program tersebut dilaksanaan sejak tahun 2002. di Blitar daerah yang dialokasikan di kecamatan Wlingi desa Klemunan. Dan mulai pada tahun 2003 dikembangkan di desa Siraman kecamatan Kesamben.yang melibatkan dua kelompok ternak sapi (Dinas Peternakan Kabupaten Blitar, 2003)
Aspek lainnya seperti pembinaan perlu ditingkatkan, karena peternak yang ikut kegiatan SIPT merupakan peternak pemula, otomatis ini membutuhkan bimbingan teknis secara terpadu, yang selama ini terkesan kurang adanya koordinasi antara kelompok dan dinas terkait. Berbeda halnya di kabupaten Magetan bahwa kebanyakan peternak berminat pada sapi yang digemukkan yakni jenis sapi peranakan Boss Taurus seperti Simental, Limausin dan jenis Brangus. Alasannya adalah selain pesat pertumbuhannya juga mudah
dalam pencarian ternak
Di kabupaten Pasuruan dengan ketersediaan lahan potensi pertanian yang tersedia cukup baik dan sangat potensial untuk dikembangkan ternak sapi potong. Namun yang perlu mendapat perhatian bahwa dengan kondisi perkembangan areal tanaman komoditas padi dan palawija, nampaknya wilayah Pasuruan sudah mengalami stagnasi , maka apabila wilayah ini dijadikan areal pengembangan sapi potong perlu diperhatikan adanya kontinuitas ketersediaan pakan. Lebih-lebih dalam pengembangan ternak sapi potong yang sepenuhnya mengandalkan limbah pertanian dimasa mendatang dan tentu perlu dipertimbangkan adanya “Buffer Stock” kebutuhan pakan.
Teknis Budidaya
I. Persyaratan Lokasi

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
II. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
III. Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Diolah dari berbagai macam sumber
Sumber gambar:

http://portalagribisnis.deptan.go.id/images/_res/sapi%20potong%28tmg%29.JPG

Jumat, 20 Juli 2012

Permintaan Sapi Potong Jelang Lebaran Meningkat


Jelang Lebaran, Permintaan Sapi Potong Asal Bali Meningkat

Jumat, 08 Juni 2012 01:47 WIB
 
Ist/Ilustrasi peternakan sapi

LENSAINDONESIA.COM: Menjelang lebaran, permintaan sapi potong Bali dipastikan akan melebihi kuota. Bahkan, data di Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) menyebutkan, jika kini pengiriman sapi potong sudah mencapai 5.000 ekor per bulan.
“Hingga Mei 2012, masih banyak permintaan sapi potong yang belum bisa terpenuhi, terutama untuk ke Kalimantan. Karena, kuota yang terbatas kami tidak bisa memenuhi permintaan ke Kalimantan lagi,” jelas Kepala BPMP Provinsi Bali, IB Made Parwata, di Denpasar, Kamis (7/6/2012).
Untuk pasar Jakarta untuk Mei 2012, suda terserap 26.755 ekor. Jumlah yang terbatas di dikhawatirkan akan dimanfaatkan pengiriman sapi secara ilegal.
“Celah menyelundupkan pasti ada. Karena, mereka melihat permintaan melonjak, tapi kuota terbatas. Untuk itu, diperlukan pengawasan pengiriman yang lebih ketat di lapangan,” tandasnya.
“Salah satu poin penting yang mesti dilengkapi para pengusaha yang memohon izin pengeluaran sapi adalah harus mempunyai kandang penampungan sapi,” jelasnya.
Hal itu, lanjutnya, untuk menghindari praktik nakal jual beli izin. Yakni, pengusaha yang tak punya tapi punya izin dan dijual kembali ke pengusaha lain.
“Sesuai SOP, sapi yang akan dikirim harus 375 kg. Yang merupakan sapi jantan. Tentunya sudah ada keterangan sehat dari pemerintah kabupaten/kota,” tambahnya. @dae

CONTOH SAPI UNTK DIKIRIM KE JAKARTA H AGUS SALIM




Jumat, 15 Juni 2012

CARA CEPAT PENGGEMUKAN SAPI



Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong

Price per Unit (piece): Rp 18.500
Ask a question about this product

Penulis : Ir. Herry Soeprapto & Ir. Zainal Abidin
Tebal : 72 BW + 8 FC
ISBN : 979-006-029-7
Harga : Rp 18.500

Setiap tahun, negeri ini membutuhkan tambahan pasokan daging impor yang berasal dari 450.000 ekor sapi. Kebutuhan ini dianggap sebagai peluang besar oleh para importir. Sayangnya, tidak semua importir mengindahkan etika dalam mengelola bisnisnya. Sebagian daging diimpor secara ilegal dari negara-negara yang tidak bebas penyakit menular. Hal ini tentu sangat membahayakan peternakan sapi potong lokal. Lantas, mengapa kebutuhan daging sapi yang begitu besar tidak dianggap sebagai peluang untuk membuka usaha penggemukan sapi potong sendiri? Selama ini, kebanyakan penggemukan sapi potong di Indonesia memang masih dilakukan secara tradisional dan tidak berorientasi komersial. Padahal, jika dikelola dengan baik, usaha ini juga bisa mendatangkan laba yang tidak sedikit.  Melalui buku ini, Anda bisa belajar memulai dan mengelola usaha pengemukan sapi potong. Mulai dari cara memilih lokasi yang tepat, membuat kandang, kiat memilih bakalan, cara cepat menggemukkan, dan cara mengatasi penyakit pada sapi potong. Dilengkapi pula dengan contoh analisis usaha yang sederhana.

Kamis, 14 Juni 2012

LIMBAH SAPIPUN BISA DIMANFAATKAN

Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak

Friday, June 01, 2012
Oleh Dedy Winarto,S.Pt,M.SI Salah satu andalan sumber hijauan pakan ternak di daerah lahan kering adalah limbah pertanian, baik dalam keadaan segar maupun dalam keadaan kering seperti halnya jerami. Pengembangan peternakan sangat terkait dengan pengembangan suatu wilayah. Jawa Tengah memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan peternakan. Popuasi ternak pernah dikenal sebagai lumbung ternak khususnya ternak sapi, dengan kemampuan memasok ternak ke daerah lain dalam rangka pengadaan ternak nasional. Saat ini permintaan ternak kurang mampu terpenuhi yang kemungkinan disebabkan oleh rendahnya kemampuan produksi ternak bibit, akibat terjadinya perkawinan kedalam yang berlangsung cukup lama, semakin menurunnya produktivitas ternak yang ditunjukkan dengan menurunnya berat karkas, dan terbatasnya kuantitas dan kualitas pakan. Salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan peternakan di Sulawesi Selatan adalah ketersediaan sumberdaya pakan untuk ternak. Namun demikian, padang penggembalaan sebagai penyedia pakan hijauan cenderung berkurang setiap tahun. Di lain pihak, telah terjadi perubahan fungsi lahan yang sebelumnya sebagai penyedia sumber pakan menjadi lahan sawah/pertanian untuk memenuhi tuntutan penyediaan pangan akibat semakin meningkatnya jumlah penduduk. Peningkatan luas lahan pertanian memberikan implikasi terhadap peningkatan luas areal panen tanaman pangan. Meningkatnya intensifikasi tanaman pangan mengakibatkan peningkatan produksi limbah tanaman pangan. Potensi Limbah Jumlah produksi bahan kering limbah tanaman pangan di Sulawesi Selatan adalah 5.883.996 ton bahan kering, dengan persentase produksi terbesar adalah jerami padi sebesar 73.29% (4.312.125 ton) diikuti jerami jagung 19.68% (1.157.874 ton), jerami kacang tanah 3.03% (178.206 ton) dan jerami kacang hijau 1.92 % (113.028 ton). Untuk pucuk ubi kayu, jerami kedelai dan jerami ubi jalar masing-masing 0.81%, 0,83% dan 0,45% dari total produksi limbah tanaman pangan di Sulawesi Selatan. Beberapa kabupaten memiliki produksi limbah tanaman pangan yang lebih tinggi dibanding daerah lainnya. Lebih dari 50% produksi limbah tanaman pangan berada di kabupaten Bone 15.20 %, Pinrang 7.69 %, Wajo 7.64 %, Bulukumba 7.61%, Gowa 7.04 %, Jeneponto 6.56%, dan Sidrap 6.45 %. Produksi limbah tanaman pangan sangat terkait dengan musim panen dari masing-masing komoditi tanaman pangan dengan fluktuasi produksi yaitu jerami padi, jerami ubi jalar dan pucuk ubi kayu produksi tertinggi pada bulan Mei-Agustus, dilain pihak limbah tanaman pangan jerami jagung, jerami kedelai, jerami kacang hijau dan jerami kacang tanah produksi tertinggi dapat diperoleh pada bulan Januari-April. Limbah tanaman pangan mampu menyediakan sumber pakan untuk ternak ruminansia di Sulawesi Selatan sebesar 2.580.700 ST (satuan ternak). Dengan demikian potensi produksi limbah tanaman pangan dapat menyediakan pakan untuk kebutuhan ternak ruminansia berdasarkan perhitungan kebutuhan bahan kering sebesar 2.580.700 ST. Potensi tersebut cukup besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Dengan jumlah daya dukung sebesar 2.580.700 ST dihubungkan dengan populasi ternak ruminansia di Sul Sel sebanyak 576.701 ST maka masih memungkinkan untuk penambahan populasi ternak ruminansia atau kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia sebanyak 2.004.000 ST. Pemanfaatan Limbah oleh Peternak Beberapa faktor yang menyebabkan tidak digunakan sebagai pakan oleh peternak adalah a) umumnya petani membakar limbah tanaman pangan terutama jerami padi karena secepatnya akan dilakukan pengolahan tanah untuk penanaman kembali khususnya pada lahan sawah beririgasi (intensif) dengan pola tanam lebih dari sekali dalam setahun, b) limbah tanaman pangan bersifat kamba sehingga menyulitkan peternak untuk mengangkut dalam jumlah banyak untuk diberikan kepada ternak, dan umumnya lahan pertanian jauh dari pemukiman peternak sehingga membutuhkan biaya dalam pengangkutan, c) tidak tersedianya tempat penyimpanan limbah tanaman pangan, dan peternak tidak bersedia menyimpan/menumpuk limbah di sekitar rumah/kolong rumah karena takut akan bahaya kebakaran. Diolah dari berbagai sumber Foto diambil dari bengkulu.litbang.deptan.go.id/akses tanggal 1 Juni 2012 lebih lanjut hubungi email kami di dedy_good@yahoo.co.id READ MORE......

SAPI POTONG UNTUK PENGGEMUKAN

Monday, April 02, 2012

Oleh Dedy Winarto,S.Pt,M.Si

Selama ini masih beredar kepercayaan bahwa bibit unggul akan selalu bersifat unggul walaupun dipelihara ditempat yang sebenarnya tidak cocok, bahkan ada anggapan bahwa bibit unggul tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif, sehingga dalam perlakuan pemeliharaan ala kadarnya, kemudian akan berproduksi seperti yang diinginkan.


Harapan seperti itu tentunya hanya merupakan angan-angan dan pasti akan berakhir dengan kekecewaan, bila terjadi hal yang demikian maka yang dikambing hitamkan biasanya adalah breeder/ produsen bahwa bibit yang dijual palsu.
Padahal pengetahuan dasar petani peternak yang tidak memadai untuk memelihara jenis unggul. Oleh karena itu kemajuan domestikasi ternak unggul perlu dimbangi dengan kemajuan pengetahuan sikap dan ketrampilan petani peternak mengenai tata laksana pemeliharaan sapi yang baik.
Untuk itu petani perlu memiliki pengetahuan sikap dan ketrampilan untuk dapat merubah cara pemeliharaan sapi yang kurang menguntungkan kecara semi intensif atau intensif sehingga akan didapat hasil yang lebih besar.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, ada beberapa hal pokok yang perlu mendapat perhatian dalam usaha penggemukan sapi potong antara lain :
1. Pemilihan bakalan, sebaiknya berumur 1-3 tahun dengan kelamin jantan.
2. Jenis bibit sapi yang biasa dipelihara untuk digemukan di Kalimantan Barat antara lain : Sapi Madura, Sapi Bali, Sapi PO, dan sapi persilangan hasil IB atau kawin suntik.
3. Pakan dan formulasinya harus dapat untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan pertambahan berat badan.
4. Kandang dan peralatannya, sebaiknya menghadap ketimur dan membujur kearah utara selatan, sehingga sinar masuk dengan maksimal
5. Pengendalian dan pencegahan penyakit hewan menular, dengan menjaga kebersihan ternak dan kandang, pemberian obat cacing dengan rutin. Bila terjadi ternak sakit dan informasi tehnis lainnya agar menghubungi Dinas Yang Menangani Fungsi Peternakan Kabupaten, atau petugas lapangan/mantri hewan di kecamatan.
6. Analisa Usaha Tani, (terlampir)
7. Penjualan ternak sapi hasil penggemukan secara berkala dapat dipasarkan ke tukang potong, namun akan lebih menguntungkan apabila dapat diatur pemasarannya pada menjelang Hari Raya Keagamaan, misalnya Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Dari tujuh point diatas , manajemen pakan harus menjadi prioritas utama, mengingat tujuan pemelihaaran adalah penggemukan, program penggemukan akan berhasil baik apabila pemberian pakan memenuhi keseimbangan protein dan energi serta kebutuhan mineralnya, dengan demikian pertambahan bobot harian meningkat.
Berdasarkan kebutuhan, ternak sapi memerlukan :
1. Hijauan 10% dari berat badan,
a. Hijauan berkualitas rendah : jerami padi, daun jagung, pucuk tebu, daun ubi kayu, ubi jalar, daun kelapa sawit.
b. Hijauan berkualitas sedang : rumput lapangan, rumput gajah, rumput raja, setaria.
c. Leguminosa : daun turi, gamal, lamtoro diberikan 60% dari total kebutuhan hijauan.
2. Pakan penguat/konsentrat kebutuhan 1-2% dari berat badan:
a. sumber protein seperti tepung kedelai, ampas tahu, blondo sawit, bungkil inti sawit, bungkil kelapa.
b. Sumber energi seperti dedak, onggo, molasse/tetes tebu, tepung jagung
3. Sumber Mineral
a. Mineral = 15-30 gram/ekor/hari, didapat dari garam dapur
b. Kalsium Phosphat = 15-30 gram/ekor/hari, didapat dari tepung tulang/kapur.

Permintaan akan daging sapi semakin meningkat, namun sejauh ini, pemenuhan dalam mensuplai semua kebutuhan akan permintaan daging sapi belum mampu dipenuhi. Apalagi kebutuhan konsumen lebih menginginkan daging sapi yang berkualitas. Kebanyakan konsumen membeli daging sapi dalam bentuk segar dan yang bagus. Agar kualitas daging sapi dapat dipenuhi dengan baik, perlu dilakukan grading (pengklasifikasian), sehingga daging dapat dikelompokkan berdasarkan kualitasnya. Grading pada daging sapi dilakukan untuk mengetahui kualitas daging yang dihasilkan , kemudian dibagi dalam tingkatan mutunya.


Pelaksanaan grading dapat dilakukan dengan grading pada sapi yang masih hidup dan grading pada sapi yang sudah dipotong.
Grading / klasifikasi pada sapi yang masih hidup (sapi siap potong),
Pendugaan hasil daging yang diperoleh dari seekor ternak dilakukan melalui grading pada sapi yang masih hidup. Hasil daging yang diperoleh dibedakan dari jenis/bangsa dan tipe sapi. Walaupun memiliki bobot hidup yang sama, tapi akan menghasilkan daging yang jumlah dan kualitas yang berbeda. Salah satu cara untuk menaksir jumlah dan kualitas daging yang akan dihasilkan dari seekor ternak sapi dengan melakukan penilaian terhadap kondisi ternaknya. Variabel yang diukur dalam grading/ klasifikasi ternak sapi siap potong meliputi : 1) skor kerangka yang lebih menekankan pada ukuran tubuh, 2) skor otot , menekankan pada ketebalan perototan dan 3) skor kondisi tubuh menekankan pada tingkat kegemukan.


Skor kerangka (frame score )
Skor/nilai kerangka pada sapi siap potong digunakan untuk menggambarkan capaian bobot hidup pada saat sapi menjadi dewasa, yaitu pada saat tebal lemak punggung pada rusuk ke 12 = 0,5 cm. Penilaian skor dengan Besar, Sedang dan Kecil. Skor kerangka besar bobot dewasa 500 - 600 kg, skor kerangka menengah bobot dewasa 400- 500 kg dan skor kerangka kecil bobot dewasa 300 - 400 kg.


Skor Otot ( muscle Score )
Skor otot menggambarkan ketebalan perototan seekor ternak. Penilaian skor dibagi dalam 4 skor yaitu nilai 1,2, 3 dan 4. Skor 1 diberikan kepada sapi dengan perototan paling tebal. Skor 2 diberikan kepada sapi dengan perototan agak tebal, skor 3 dengan perototan agak tipis dan skor 4 diberikan kepada sapi dengan perototan paling tipis.


Skor kondisi tubuh ( body condition score/ BCS)
Skor kondisi tubuh menggambarkan tingkat perlemakan / kegemukan, dengan kisaran angka antara 1 - 9. Tingkat kegemukan tidak dinilai berdasarkan bobot hidup melainkan berdasarkan bentuk dan konformasi tubuh. Nilai didasarkan pada perlemakan pada brisket, iga, punggung, pinggul, tulang duduk dan pangkal ekor. Nilai 1 - 3 ditunjukkan pada sapi yang kondisinya sangat kurus sampai kurus, sedang nilai optimum adalah 5 - 7, nilai 7, perototan sangat bagus, brisket terlihat penuh otot, pangkal ekor terlihat timbunan lemak dan punggung terlihat lebar karena timbunan lemak. Iga terasa sangat halus. Nilai 8 - 9 terlihat gemuk dan sangat gemuk.
Grading/ klasifikasi pada sapi yang sudah dipotong (karkas)
Bagian tubuh sapi yang sudah dipotong yang bisa dikonsumsi dinamakan karkas.Seekor sapi biasanya menghasilkan karkas 55 - 60 % karkas, tergantung pada bangsa dan kondisi sapi. Grading karkas dilakukan untuk memperkirakan jumlah dan kualitas daging yang akan dihasilkan oleh ternak setelah dipotong. Ada 2 macam klasifikasi daging yaitu berdasarkan kualitas dan kuantitas.








Referensi diambil dari berbagai sumber
READ MORE......

Revolusi Putih

Wednesday, January 04, 2012

Oleh Dedy Winarto,S.Pt,M.Si

Nasib peternak sapi perah di ujung tanduk. Sejak lima bulan terakhir industri pengolah susu telah menurunkan harga pembelian susu Rp350 per liter.Alasannya,harga susu di pasar dunia turun.
Industri pengolah susu beralasan, penurunan harga ini akan membuat harga jual susu di tingkat konsumen menurun. Sebagai wasit yang berdiri di tengah, pemerintah berkewajiban menjaga harga keseimbangan. Per 1 Juni 2009 ditetapkan bea masuk impor 5%. Masalahnya, besaran bea masuk itu tidak akan mampu mengompensasi penurunan harga yang dilakukan industri pengolah susu.

Peternak sapi perah terancam bangkrut. Janji harga jual susu di tingkat konsumen turun tidak terbukti. Silang-sengkarut industri persusuan tidak lepas dari desain kebijakan persusuan yang liberal. Asal-muasal liberalisasi dimulai tahun 1998. Ketika Indonesia mengundang kembali Dana Moneter Internasional (IMF) sebagai dokter penyembuh krisis moneter, Indonesia harus menandatangani letter of intent (LoI). Di situ harga bea masuk impor susu yang semula 30% dihapuskan. Kewajiban industri pengolah susu untuk menyerap susu peternak domestik pun ditiadakan. Peternak sapi perah kehilangan pembeli. Peternak kecil, mayoritas pemelihara sapi perah, harus bertarung dengan susu impor yang penuh subsidi.
Sampai sekarang Uni Eropa masih memberikan subsidi sebesar USD2 per hari per ekor sapi kepada peternak sapinya.Padahal, Uni Eropa merupakan eksportir terbesar skimmed-milk powder. Dengan subsidi yang besar itulah eksportir bisa menjual susu dengan harga murah (dumping).
Uni Eropa mengekspor susu dengan harga hanya separo dari harga pokok produksi.Akibatnya, harga jual komoditas di pasar dunia tidak lagi mencerminkan efisiensi dan daya saing. Menjadikan harga komoditas di pasar dunia sebagai referensi dan cermin daya saing serta efisiensi jelas keliru,bahkan menyesatkan.
Indonesia telah meratifikasi aturan-aturan WTO di sektor pertanian (Agreement on Agriculture/AoA) pada 1994. Berdasarkan notifikasi yang dicatatkan di WTO, Indonesia sebenarnya
memiliki ruang manuver yang luas untuk menyiasati liberalisasi di bidang persusuan. Khusus untuk tarif, Indonesia mencatatkan bound tariff antara 40–210%. Namun sejak 1998 paling besar Indonesia hanya mematok tarif bea masuk impor 5%.
Ironis memang. Padahal, sejak 2005 Indonesia sudah tidak lagi dalam supervisi IMF. Di sisi lain, Indonesia juga begitu agresif dalam berbagai perjanjian perdagangan bebas bilateral, termasuk di sektor persusuan. Pada Agustus 2008, Indonesia meneken perjanjian perdagangan bebas negara-negara ASEAN,Australia, dan Selandia Baru (AANZ FTA).
Lewat perjanjian itu Indonesia tidak dikenai bea masuk barang ke Australia dan Selandia Baru. Sebaliknya, Indonesia harus membuka pintu terhadap barang dari Australia dan Selandia Baru seperti susu. Sebagai implementasi AANZ FTA itu, 13 Februari 2009, Menteri Keuangan mengeluarkan PP No 19/2009 tentang bea masuk impor produk tertentu. Di situ bea masuk skim milk powder, full cream milk, yoghurt, dan buttermilkdipatok 0%. Aneka
perjanjian bilateral semacam ini, yang dalam literatur ekonomi internasional disebut regionalisme,sering menimbulkan masalah. Sebab, perundingan bilateral cuma dikawal Departemen Perdagangan. Departemen teknis tak terlibat.
Masalah muncul setelah beleid diimplementasikan karena perjanjian bilateral sering punya implikasi serius pada kelompok- kelompok marginal: petani, peternak, pekebun, kaum miskin kota, buruh, atau nelayan. Berbeda dengan perundingan WTO yang ada sekretariat tetap dan dikawal tim interdepartemen, perundingan bilateral bersifat ad hoc, bongkar pasang,dan tak ada sekretariat tetap.Akibatnya, aneka perjanjian bilateral kurang dikaji mendalam berikut implikasi-implikasinya. Ini pula yang terjadi dalam perjanjian bilateral persusuan.
Sejak usaha sapi perah dikembangkan pertama kali tahun 1979, sampai sekarang ciri-cirinya tidak banyak berubah: sapi perah diusahakan oleh peternakan rakyat berbasis usaha keluarga dengan skala usaha kecil-kecil (1–4 ekor sapi per peternak).
Tak aneh bila manajemen dan teknologi pemeliharaannya juga sederhana. Ini punya implikasi pada produktivitas: rata-rata 10 liter/laktasi/hari (jauh dari produksi susu di negara lain yang mencapai 30 liter/ laktasi/hari). Produktivitas yang rendah dan tidak kondusifnya iklim usaha di dalam negeri membuat populasi sapi perah tidak memadai.
Saat ini populasi sapi perah di dalam negeri diperkirakan tak lebih 1 juta ekor,65% di antaranya betina. Ujung dari semua itu,produksi susu domestik amat rendah. Produksi susu dalam negeri hanya 1,2 juta liter/tahun dan hanya memberikan kontribusi 20% kebutuhan susu nasional.
Sisanya diimpor.
Ketergantungan pasokan susu domestik atas susu impor itu sudah berlangsung puluhan tahun dan belum terpecahkan sampai sekarang. Di sisi lain,industri pengolah susu menyerap lebih 90% produksi susu peternak. Hanya 5% produk susu segar yang langsung diserap masyarakat. Dampak dari kondisi ini peternak susu amat tergantung pada industri pengolah susu.
Padahal, industri pengolah susu domestik hanya ada enam buah.Ini membuat pasar susu segar bersifat monopsoni. Harga susu segar dari peternak dan harga akhir di konsumen sepenuhnya berada di tangan industri pengolah susu. Jadi, industri pengolah susu memeras dua pihak (double sequeezing): peternak sapi dan konsumen. Ini yang membuat industri pengolah susu untung besar.
Kondisi ini tidak bisa dibiarkan.Karena peternak sapi perah akan tidak bergairah berusaha dan konsumen terus tersandera oleh harga susu yang mahal.Akibatnya, harga susu tak terjangkau konsumen. Saat ini harga jual susu di tingkat peternak Rp3.700 per liter,sedangkan harga di supermarket sampai Rp12.000 per liter.
Inilah yang membuat konsumsi susu di Indonesia masih rendah (7,7 liter/ kapita/ tahun), jauh di bawah tingkat konsumsi Vietnam (8,5), Filipina (11), Thailand (25,1)l, dan India (44,9).Padahal, susu amat penting bagi asupan gizi tubuh.Menggalakkan minum susu, terutama untuk anak-anak, penting guna memperbaiki kualitas SDM.
Ini penting sebagai investasi masa depan. Dibandingkan negara lain, kualitas SDM kita jauh tertinggal. Menurut laporan UNDP (2006), peringkat Human Development Index(HDI) Indonesia berada pada posisi 108 dari 177 negara,111 dari 177 negara (2005), 111 dari 177 negara (2004), dan 112 dari 175 negara (2003). Posisi ini nyaris tidak bergerak, jauh tertinggal dari Malaysia (59),Thailand (76), dan Filipina (83).
Ironis, untuk bersaing di tingkat Asia saja kita semakin uzur dan tak berdaya. Perbaikan SDM harus dilakukan dengan investasi di bidang gizi, kesehatan, dan pendidikan. Di bidang gizi, salah satunya bisa ditempuh dengan memberi susu gratis atau bersubsidi pada siswa usia sekolah yang amat membutuhkan asupan gizi.
Harus ada program untuk merevolusi sistem produksi dan distribusi susu agar anak mendapat asupan gizi yang berkualitas untuk mendukung kecerdasan dan pertumbuhan. Lewat program ini susu sekolah akan digalakkan sehingga siswa dapat menikmati minuman bergizi untuk kelengkapan empat sehat lima sempurna.
Selama ini, pemerintah hanya fokus pada perbaikan gizi balita dan ibu hamil. Program gizi untuk murid sekolah terabaikan. Padahal, pertumbuhan fisik berlangsung terus sampai usia anak 18 tahun. Di sisi lain, program revolusi susu akan membuka pasar baru bagi peternak sapi perah.Ini bisa jadi pasar alternatif. Jadi, dengan revolusi susu kualitas SDM bisa didongkrak dan pasar peternak sapi perah terjamin.

Dedy Winarto, Alumnus Fakultas Peternakan Undip.



READ MORE......

Kenangan Prajab 66 @ Kampus Diklat Propinsi Jateng

Monday, December 19, 2011

Tanggal 30 November 2011 sampai dengan 16 Desember 2011 penuh dengan memori yang tiada mudah terhapuskan dari pusat memoriam di otak kami. Antar instansi saling bertemu dan belajar bersama membentuk pola senasib dan sepenanggungan terbentuklah angkatan "66" dengan ketua Gigih, jumlah peserta per kelas 46 peserta prajab tergabung dalam kebersamaan suka dan duka.
Ya.......kenangan yang tak terlupakan, nyanyi bareng, makan bareng, kucel pun bareng karena belum mandi hahahahahahha......itulah kami 66.
Muka penuh dengan jadwal, namun hati tetap tegar saling mengisi baik usil, fotogenik dan lain sebagainya mewarnai kelas kami. Serasa kuliah kembali, bahkan serasa lebih dekat karena kebersamaan dalam asrama.....


Written by Dedy Winarto,S.Pt,M.Si







READ MORE......

Sabtu, 28 April 2012

Potensi Peternakan Sapi Potong di Jawa Timur

"Potensi Peternakan Sapi Potong di Jawa Timur"
Terbit 11 Maret 2010 Dibaca 21,692 kali Komentar 35 Komentar Kategori: Berita-Info Bisnis, Potensi Bisnis Daerah Ide Bisnis: , , , , , , ,
sapi potong 300x224 Potensi Peternakan Sapi Potong di Jawa TimurSebagai gambaran Pentingnya peternakan sapi di Indonesia adalah masih tergantungnya dari suplai Luar Negeri. Untuk memenuhi kebutuhan daging serta sapi bakalan yang akan digemukkan oleh feedloter sampai saat ini masih tergantung pada impor. Data Asosiasi Produsen Daging dan Feedloter Indonesia (APFINDO) menunjukkan bahwa tidak kurang dari 200.000 ekor sapi bakalan per tahun diimpor dari luar negeri, bahkan sumber lain menyebutkan sampai mencapai 400.000 ekor per tahun. Dengan asumsi harga sapi Rp 3.000.000,- per ekor maka setiap tahun Indonesia harus membayar sebesar Rp 600 milyard sampai Rp 1,2 trilyun untuk pembelian sapi bakalan tersebut.
Pola Pemerintah mengenai agribisnis sapi potong yang dipusatkan kepada masyarakat sebagai pemilik ternak dengan dibimbing oleh Pemerintah sampai saat ini belum mampu menjawab tantangan penyediaan bibit sapi bakalan, pemenuhan kebutuhan daging serta yang lebih penting lagi adalah belum adanya perbaikan mutu genetik ternak secara kontinyu. Sehingga kualitas sapi potong yang ada bukannya meningkat dari tahun ke tahun, namun justru dalam keadaan sebaliknya yaitu mengalami degradasi mutu genetik dan performans. Hal ini disebabkan bahwa sapi-sapi keturunan hasil persilangan melalui kawin suntik (F-1) pada umumnya dipilih oleh peternak untuk dipasarkan dan dipotong, karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada bukan hasil kawin suntik (bukan persilangan).
Propinsi Jawa Timur
Secara geografis total luas lahan sawah irigasi di Jawa Timur pada tahun 2007 sekitar 1.159.592 ha.(BPS,2008), yang mana pada lahan tersebut sebagian besar ditanami padi dalam setahun 2 kali tanam, bahkan ada yang dapat ditanami 3 kali setahun. Disamping penggunaan lahan beririgasi, wilayah Jawa Timur juga terdapat lahan kering yang potensial untuk mendukung pengembangan ternak sapi potong. Total dari berbagai bentuk jenis lahan kering (Tegal/kebun, Ladang, dan padang penggembalaan) pada tahun 2007 ada sekitar 1.225.104 juta Ha. Melihat keadaan lahan kering yang relatif luas, maka sangat potensial bagi ketersediaan limbah pertanian, dengan kata lain bahwa Propinsi Jawa Timur disamping merupakan lumbung pertanian juga merupakan lumbung ternak secara nasional. Hal ini terlihat dampak positifnya, bahwa usaha pengembangan ternak sapi potong dimasyarakat berkembang pesat, disisi lain juga mampu memberikan peluang usaha dan pendapatan sebagian masyarakat pedesaan, serta dapat menyumbangkan devisa yang tidak sedikit.
Di kabupaten Blitar saat ini telah dilaksanakan program pengembangan ternak sapi dengan sistem SIPT. Dimana program tersebut dilaksanaan sejak tahun 2002. di Blitar daerah yang dialokasikan di kecamatan Wlingi desa Klemunan. Dan mulai pada tahun 2003 dikembangkan di desa Siraman kecamatan Kesamben.yang melibatkan dua kelompok ternak sapi (Dinas Peternakan Kabupaten Blitar, 2003)
Aspek lainnya seperti pembinaan perlu ditingkatkan, karena peternak yang ikut kegiatan SIPT merupakan peternak pemula, otomatis ini membutuhkan bimbingan teknis secara terpadu, yang selama ini terkesan kurang adanya koordinasi antara kelompok dan dinas terkait. Berbeda halnya di kabupaten Magetan bahwa kebanyakan peternak berminat pada sapi yang digemukkan yakni jenis sapi peranakan Boss Taurus seperti Simental, Limausin dan jenis Brangus. Alasannya adalah selain pesat pertumbuhannya juga mudah
dalam pencarian ternak
Di kabupaten Pasuruan dengan ketersediaan lahan potensi pertanian yang tersedia cukup baik dan sangat potensial untuk dikembangkan ternak sapi potong. Namun yang perlu mendapat perhatian bahwa dengan kondisi perkembangan areal tanaman komoditas padi dan palawija, nampaknya wilayah Pasuruan sudah mengalami stagnasi , maka apabila wilayah ini dijadikan areal pengembangan sapi potong perlu diperhatikan adanya kontinuitas ketersediaan pakan. Lebih-lebih dalam pengembangan ternak sapi potong yang sepenuhnya mengandalkan limbah pertanian dimasa mendatang dan tentu perlu dipertimbangkan adanya “Buffer Stock” kebutuhan pakan.
Teknis Budidaya
I. Persyaratan Lokasi

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
II. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
III. Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Diolah dari berbagai macam sumber
Sumber gambar:

http://portalagribisnis.deptan.go.id/images/_res/sapi%20potong%28tmg%29.JPG

Selasa, 10 April 2012

TIPS BETERNAK SAPI POTONG

BETERNAK dan BISNIS SAPI POTONG

 

Bisnis peternakan sapi potong di Indonesia  telah  lama dikenal masyarakat. Agar bisnis ini dapat memberikan keuntungan yang optimal  bagi  pemiliknya maka perlu diperhatikan bebrapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak sapi potong, antara lain :
1. Seleksi Bibit
a. Pejantan : Seleksi menyangkut kesehatan fisik, kualitas semen dan kapasitas servis.
b. Betina        : Seleksi menyangkut kondisi fisik dan kesehatan, kemiringan vulva tidak terlalu keatas, mempunyai puting 4 buah, bentuk ambing relatif besar dengan bentuk yang simetris.
2. Pakan
Pakan untuk ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput, kacang-kacangan dan limbah pertanian), konsentrat (dedak padi, onggok, ampas tahu)  dan makanan tambahan (vitamin, mineral dan urea.).
Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor sapi setiap hari adalah sebagai berikut : – Hijauan : 35 – 47 Kg, atau bervariasi menurut berat dan besar badan.
-  Konsentrat : 2 – 5 kg
- Pakan tambahan :  30 – 50 gr.
3. Kandang
a. Syarat Kandang
- Bahan kandang dari kayu/ bambu serta kuat
-Letak kandang terpisah dari rumah dan jaraknya cukup jauh
-Lantai dari semen/tanah yang dipadatkan, dan harus dibuat lebih tinggi dari tanah sekitarnya.
-Ventilasi  udara dalam kandang harus baik.
- Drainase di dalam dan luar kandang harus baik.
b. Ukuran kandang
- Sapi betina dewasa 1,5 X 2 m/ekor
-Sapi jantan dewasa 1,8 X 2 m/ekor
-Anak sapi 1,5 X 2 m/ekorS
4. Sistem Perkawinan
a. Hand Mating
Kawin alam yang teratur dimana sapi betina birahi dibawa ke tempat pejantan untuk dikawinkan atau di IB.
b. Pasture Mating Jantan dan betina kawin alam di padang pengembalaan
c. Mengetahui Tanda Birahi
tanda-tanda birahi yaitu ; selalu gelisah, mencoba menaiki sapi lain, vulva membesar dan kemerahan serta keluar cairan lendir, nafsu makan menurun.
d. Mengetahui Tanda-tanda      Melahirkan
Tanda melahirkan seperti urat daging sekitar vulva mengendor, dikiri kanan pangkal ekorkelihatan legok, ambing membesar dan tampak tegang, sapi gelisah dll.
5. Kesehatan Hewan
Tindak pencegahan :
a. Hindari kontak dengan ternak sakit
b. Kandang selalu bersih c. Isolasi sapi yang di duga kena penyakit agar tidak menular ke sapi yang lain
d. Mengadakan tes kesehatan, khususnya penyakit  Brucellosis dan Tuberculosis.
e. Desinfektan kandang dan peralatan
f. Vaksinasi teratur.
Perhitungan Bisnis
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25
ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp.    48.750.000,-
b. Kandang Rp.      1.000.000,-
c. Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari Rp.    12.000.000,-
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari Rp.      7.482.500,-
d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp.          75.000,-
Jumlah biaya produksi  Rp.    69.307.500,-
2) Pendapatan :
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahu: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg Rp.  111.110.000,-
b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp.      1.095.000,-
Jumlah Pendapatan Rp.  112.205.000,-
3) Keuntungan
Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan
Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp.    42.897.500,-
4) Parameter kelayakan bisnis
a. B/C ratio = 1,61

Rabu, 07 Maret 2012

CONTOH JENIS SAPI UNTUK PENGIRIMAN KE PT GGLC DAN AGRISATWA KALIMATAN

Jeni sapi untuk pengiriman biasanya kmi memilih postur tubuh yang bagus dan nafsu makan yang banyak..kami mengirimkan setiap 5 hari sekali 23 ekor ..sapi kita kumpulkan terlebih dahulu kalau sudah sesuai jumlah dan permintaan baru kita kirimkan..kami melayani di berbagai wilayah termasuk di luar pulau jawa ..sekarang ini kami mengerimkan ke PT GGLC dan PT AGRISATWA..