Selasa, 22 November 2011


Sejatinya semua jenis ras sapi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang perlu diperhatikan adalah nilai-nilai praktis dan ekonomis dari jenis ras tersebut baik dari sisi kekuatan finansial peternak, peruntukannya, dan waktu tepat penjualannya. Untuk penambahan berat harian jenis sapi limosin mampu mencapai 1,3 – 2 Kg/hari. Namun, yang terpenting adalah penampakan fisik sapi terlihat bagus dan sehat. Berikut jenis-jenis sapi yang dapat diternakan sebagai penghasil daging.
1. Sapi Bali
Sapi bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Sapi bali mudah beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga sering disebut sebagai ternak perintis. Sapi ini paling banyak diminati oleh peternak Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu : efisien dalam memanfaatkan sumper pakan, persentase karkas tinggi, dagingnya rendah lemak, tingkat kesuburan cukup tinggi (bisa beranak setiap tahun), tipe pekerja yang baik, dan mudah berdaptasi terhadap lingkungan.
Ciri-ciri sapi bali yaitu bulu berwarna merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa, ada warna putih mulai dari kaki paling bawah hingga belakang paha, pinggiran bibir atas, kaki, mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas di bagian atas punggung.
Kenaikan bobot badan sapi bali per harinya 0,35 – 0,66 Kg. Dengan manajemen pemeliharaan yang baik, pertambahan berat badan harian sapi bali bisa lebih besar dari 0,7 Kg/hari. Adapun persentase karkas berkisar 56 – 57%. Perbandingan daging dengan tulangnya adalah 4.44 : 1 Bobot sapi jantan dewasa dapat mencapai 375 – 400 Kg, sedangkan sapi betina dewasa berkisar 275 – 300 kg.
2. Sapi Ongole dan Peranakan Ongole (PO)
Sapi ongole merupakan keturunan sapi zebu dari India yang mulai diternakan secara murni di pulau Sumba, sehingga dikenal dengan nama sapi “Sumba” ongole. Ciri-ciri sapi ongole antara lain berpunuk besar, memiliki lipatan kulit di bawah leher dan perut, telinga panjang dan menggantung, kepala relatif pendek dengan posisi melengkung, mata besar menunjukkan ketenangan, serta bulunya berwarna putih.
Hasil persilangan sapi ongole dengan sapi lokal Indonesia (sapi Jawa) menghasilkan sapi yang mirip dengan sapi ongole dan dikenal dengan nama  sapi PO (peranakan ongole). Sapi PO murni sudah sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan dengan sapi brahman. Ukuran tubuh sapi PO lebih kecil dibandingkan dengan sapi ongole. Punuk dan gelambir juga kelihatan lebih kecil atau sangat sedikit. Warna bulunya bervariasi, tetapi kebanyakan berwarna putih atau putih keabu-abuan. Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mampu beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan, dan cepat bereproduksi.
Tinggi sapi ongole jantan berkisar 150 cm dengan berat badan mencapai 600 Kg. Sementara itu, sapi betina memiliki tinggi badan berkisar 135 cm dan berat badan 450 Kg. Pertambahan bobot badan sapi ongole dapat mencapai 0,9 Kg per hari dengan kualitas karkas mencapai 45 – 58%. Rasio daging dengan tulangnya adalah 1 : 423, sapi ongole termasuk lambat untuk mencapai dewasa, yaitu sekitar umur 4 – 5 tahun. Untuk sapi PO, bobot badan rataan sekitar 200 – 350 kg dengan pertambahan bobot badan 0,6 – 0,8 Kg per hari jika dipelihara dengan baik.
3. Sapi Brahman
Merupakan sapi keturunan zebu atau nellore (Bos Indicus) yang telah berkembang pesat di Amerika Serikat dengan iklim tropis. Di negara tersebut, sapi brahman diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Sapi brahman mempunyai ciri berpunuk besar, kulitnya longgar, gelambir dari bawah leher sampai perut dengan banyak lipatan, telinga panjang menggantung dengan ujung runcing,  serta bulunya berwarna abu-abu (ada yang berwarna merah kecoklatan).
Sapi brahman termasuk tipe sapi potong terbaik di daerah tropis karena tahan terhadap panas, serta resisten terhadap demam texas, gigitan caplak, dan nyamuk. Sapi brahman juga tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan. Bobot maksimun sapi brahman jantan dewasa mencapai 800 Kg, sedangkan sapi betina 550 Kg. Presentase karkas yang dihasilkan sapi ini 48,6 – 54,2%. Dengan pemeliharaan yang intensif, pertambahan berat badan sapi jantan dan betina brahman dewasa mencapai 0,83 – 1,5 kg per hari.
4. Sapi Madura
Sapi madura sangat terkenal dengan sebutan sapi karapan. Sapi ini merupakan hasil persilangan antara sapi jenis Bos indicus (zebu) dengan sapi jenis Bos sundaicus. Pada tubuh sapi madura masih terdapat tanda-tanda sebagai warisan dari kedua golongan sapi tersebut. Sapi madura merupakan tipe sapi penghasil daging dan tenaga kerja. Selain terdapat di Pulau Madura dan Jawa Timur, sapi ini juga menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Sapi madura merupakan tipe sapi potong yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan badan yang lebar, daging tebal, dan berkaki pendek. Selain itu, kualitas dagingnya lebih baik dan warnanya pun lebih menarik dibandingkan dengan daging sapi ongole dan sapi bali. Bobot sapi madura jantan 275 – 300 Kg dan sapi betina dewasa 180 – 250 Kg. Pertambahan bobot badan rata-rata mencapai 0,25 – 0,6 Kg per hari. Sementara itu, persentase karkas 48 – 63 % dan perbandingan daging dengan tulang 5,84 : 1
5. Sapi Limpo (Limousin PO)
Merupakan sapi bangsa Bos taurus yang dikembangkan pertama kali di Prancis. Sapi ini merupakan tipe sapi pedaging. Secara genetik, sapi limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, bertipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, mampu menambah konsumsi lebih tinggi di luar kebutuhan yang sebenarnya, serta memiliki metabolisme yang cepat sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.
Sapi limousin murni sulit ditemukan di Indonesia karena telah mengalami persilangan dengan sapi lokal. Kebanyakan sapi limousin yang ada di Indonesia adalah limousin cross yang telah disilangkan dengan sapi lokal. Persilangan sapi limousin dengan sapi ongole dikenal dengan nama sapi limousin ongole (limpo). Sapi limpo memiliki ciri tidak berpunuk dan tidak bergelambir, serta warna bulunya hanya cokelat tua kehitaman dan cokelat muda.
6. Sapi Simmental
Adalah sapi yang berasal dari bangsa Bos taurus. Sapi ini berasal dari daerah Simme di Switzerland. Namun, sapi ini berkembang lebih cepat di Benua Eropa dan Amerika. Sapi simmental merupakan tipe sapi perah dan pedaging. Warna bulunya cokelat kemerahan (merah bata), di bagian wajah dan lutut ke bawah sampai ujung ekor berwarna putih. Sapi simmental jantan dewasa mampu mencapai berat badan sekitar 1.150 Kg, sedangkan sapi betina dewasa mampu mencapai berat badan sekitar 800 kg.
Sapi simmental murni sulit ditemukan di Indonesia karena simmental jantan yang diimpor telah sering mengalami persilangan dengan sapi betina lokal. Kebanyakan sapi simmental yang ada di Indonesia adalah simmental cross. Salah satunya persilangan sapi simmental  dengan sapi ongole dikenal dengan nama sapi simmental ongole (simpo). Sapi simpo tidak memiliki gelambir dan bulunya berwarna merah bata, merah tua atau cokelat muda hingga putih kekuningan dan doreng. Ciri khas sapi simpo adalah ada warna bulu putih berbentuk segitiga diantara kedua tanduknya.
7. Sapi Frisian Holstein (FH)
Sapi jeni ini biasa dipelihara dengan tujuan untukk diambil susunya. Sapi ini merupakan sapi introduksi dari negeri Belanda. Warna belang hitam dan putih dengan segitiga putih di bagian berpunuk. Pertambahan berat badan sapi ini cukup tinggi, yakni mencapai 1,1 Kg per hari. Karena itu, sapi jantannya sering dipelihara untuk digemukkan dan dijadikan sapi potong.

Senin, 14 November 2011

SAPI TERBESAR DIDUNIA

Sapi terbesar di dunia dan di Indonesia 26 November 2009

Posted by masbloro in Artikel Umum.
Tags:
trackback
Ngomongin kurban tak bisa lepas dari sapi dan kambing. Seberapa besar sih sapi yang pernah ada di muka bumi ini?
Chilli adalah sapi jantan jenis FH terbesar di dunia dengan berat lebih dari 1 ton dan tingginya hampir mencapai 2 meter (+/- 197 cm) atau hampir sama dengan ukuran sebuah gajah kecil.
Sapi FH memang salah satu jenis sapi perah yang unggul dalam menghasilkan susu. Sapi FH terkenal dengan produksi susunya yang tinggi, bisa mencapai lebih dari 6350 kg/tahun dengan persentase kadar lemak susu 3-7%.
Bibit sapi FH yang unggul menjadi sangat penting karena akan menentukan hasil produksi susu di masa yang akan datang. Seekor sapi perah dara yang akan dijadian bibit unggul calon induk sebaiknya berasal dari induk dan pejantan yang menghasilkan produksi susu tinggi.
Bisa anda bayangkan bila semua ukuran sapi bisa dibuat sebesar ini maka satu sapi bisa untuk makan 1 kelurahan atau bahkan kabupaten.
Di Indonesia seekor sapi seberat 1,2 ton diklaim sebagai hewan kurban terberat di Indonesia akan disembelih pada Idul Adha 10 Dzulhijjah 1430 mendatang.
John Eric Kamadjaja, Direktur PT Agro Fauna Kertosari (AFK), perusahaan agribisnis sapi potong yang mengelola lebih dari seribu ekor sapi di Desa Kertosari mengatakan sapi ‘raksasa’ yang akan disembelih pada Idul Adha mendatang adalah maskot dari peternakan sapi potong AFK selama ini.
Rencananya, penyembelihan sapi ‘raksasa; ini akan dicatatkan di Museum Rekor Indonesia sebagai ‘Sapi kurban terberat’ di Indonesia.
sumber : duniasapi.com, solocybercity dan otakku.com

Sabtu, 12 November 2011

SAPI DI DEWAKAN DI NEGARA HINDIA

India � Negara yang Berkomitmen
Melindungi Sapi-sapi Suci
♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Oleh Grup Berita Singapura (Asal dalam bahasa Inggris)  
Surga Spiritual yang indah - India adalah rumah dari seperempat dari populasi sapi di dunia. Hewan yang dipuja ini diperkirakan berjumlah antara 200-400 juta, dan dipercaya sangat suci dan setara dengan kehidupan manusia dalam kitab suci Agama Hindu. Faktanya, sapi dianggap sebagai lambang kelimpahan, kesucian, dan sebagai �ibu kedua� manusia, karena mereka terus melayani umat manusia dengan tanpa pamrih. Dengan populasi Agama Hindu sebesar 82%, maka tidak mengherankan jika sapi yang rendah hati dan pemberi hidup bagi manusia ini sangat dihargai serta dihormati di India.

Nyatanya, sebagai sebuah Bangsa, India berkomitmen dalam hal perlindungan terhadap sapi. Kehidupan sapi secara sah dilindungi di seluruh daerah minoritas India di 28 negara bagian serta tercatat dalam Aksi Pencegahan Kekejaman terhadap Tindakan Binatang(PCA) 1960. Membunuh sapi bahkan dilarang dalam konstitusi nasional. Artikel 48 negara bagian: �Negara bagian mencoba atau megatur pertanian dan peternakan dengan kecanggihan ilmiah, khususnya mengambil langkah-langkah pemeliharaan, meningkatkan pengembangbiakan, serta melarang pembunuhan sapi, anak sapi, maupun pemberi susu lainnya saat terjadi kekeringan di peternakan.�
�Artikel 51 A(g) secara sah mengatakan: �Ini merupakan kewajiban mendasar dari setiap penduduk India untuk melindungi serta meningkatkan lingkungan alam termasuk hutan, danau, sungai, dan kehidupan liar lainnya untuk memberikan kasih sayang kepada semua makhluk hidup.� 
Belakangan ini, pejabat terhormat India meningkatkan perlindungan sapi dengan menegakkan undang-undang yang telah ada melalui kebijaksanaan ketat serta mengajukan hukum baru yang diperlukan.
Untuk menyampaikan rasa hormat Maha Guru Ching Hai kepada mereka yang melindungi nyawa dari hewan-hewan suci ini, Guru kita yang tercinta memberi Penghargaan Cinta Kasih Cemerlang Dunia dan Penghargaan Kepemimpinan Cemerlang Dunia. Semoga Tuhan Yang Maha Tinggi terus memberkati India, dan semoga ada lebih banyak Negara yang menemukan kebijaksanaan dan tercerahkan untuk melindungi para sapi yang sangat cantik dan penuh kedamaian.

Rabu, 09 November 2011

FERMENTASI JERAMI KERING UNTUK PAKAN HEWAN TERNAK

MENGUBAH JERAMI KERING MENJADI DAGING SAPI

Indonesia masih kekurangan daging sapi. Kekurangan tersebut selama ini dipenuhi dari impor daging beku, sapi siap potong maupun sapi bakalan untuk digemukkan. Kendala utama yang mengakibatkan adanya kekurangan daging sapi tersebut adalah jumlah induk betina sapi kita hanya tinggal sekitar 11 juta ekor. Idealnya kita memiliki induk betika sekitar 14 sd. 15 juta ekor. Namun di luar kendala kekurangan induk sapi tersebut, produktivitas sapi potong kita juga sangat rendah. Kalau sapi impor rata-rata mampu tumbuh dengan peningkatan bobot badan 1 kg per hari, maka sapi lokal kita hanya akan bertambah berat tara-rata 0,5 kg. per hari. Kendala produktivitas sapi potong kita antara lain disebabkan oleh kurangnya hijauan sebagai ransum, terutama pada musim kemarau. Di Jateng, DIY dan Jatim, limbah pertanian berupa tebon jagung dan jerami kering pun digunakan sebagai pakan sapi. Padahal nutrisi dari tebon dan jerami kering tersebut sudah sangat rendah. Makanan tambahan yang diberikan oleh peternak kepada sapi mereka hanyalah dedak (padi serta jagung), ampas tahu, tetes serta limbah pertanian lainnya. Namun di lain pihak, jerami padi banyak yang dibakar sia-sia. Di kawasan Karawang, Jawa Barat atau di sentra-sentra penghasil padi lainnya, sering kita saksikan pembakaran jerami kering di sawah-sawah. Padahal di lain pihak, para peternak sapi di Gunung Kidul (DIY) serta Wonogiri (Jateng) sedang kekurangan hijauan untuk pakan sapi mereka.
Pola peternakan sapi rakyat di Jawa, Bali dan Lampung, agak berbeda dengan di luar Jawa/Bali/Lampung. Di Jawa/Bali/Lampung, ternak sapi selalu dikandangkan. Sementara di luar kawasan tersebut, sapi diliarkan di ladang-ladang atau hutan. Di Jawa/Bali/Lampung, peternak bisa berfungsi sebagai breeder, namun bisa pula sebagai penggemuk sapi kereman. Yang dimaksud sebagai breeder adalah, yang mereka pelihara sapi betina. Hasil yang mereka harapkan adalah anak sapi. Biasanya untuk proses pembuntingan, mereka menggunakan cara inseminasi buatan (kawin suntik). Kalau anak yang diperoleh jantan, akan digemukkan sebagai sapi potong. Apabila betina akan dibesarkan sebagai calon induk. Keuntungan dari memelihara induk sapi betina ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan memelihara sapi bakalan untuk digemukkan sebagai sapi potong. Namun para peternak sapi di Jawa/Bali/Lampung biasanya tidak merasa dirugikan dengan memelihara sapi betina, sebab mereka juga sekaligus menggemukkan sapi jantan hasil peternakan mereka. Selain itu, di kawasan ini sapi betina tersebut juga bisa berfungsi sebagai tenaga kerja membajak sawah. Hingga di Jawa/Bali/Lampung, peternak tidak pernah membeda-bedakan fungsi peternakan mereka, apakah sebagai breeder atau sebagai penggemuk sapi kereman.
Jenis sapi lokal yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah sapi zebu, peranakan ongole (PO), sapi bali, sapi madura (silangan alami antara zebu, ongole dan bali), american brahman dan australian brahman. Kadang-kadang, di masyarakat juga kita jumpai jenis sapi yang tidak lagi ketahuan galur/rasnya. Sebab di kalangan masyarakat pedesaan, dulu ada kebiasaan untuk mengawinkan sapi betina mereka, tanpa pernah memperhitungkan jenis pejantannya. Akibatnya sapi PO bisa kawin dengan sapi madura, sapi brahman dan sebagainya. Keturunan yang diperoleh, tentu menjadi tidak murni lagi. Dulu, perkawinan sedarah (inbreeding) atau antar saudara, juga ikut pula memerosotkan kualitas sapi yang ada. Terjadi degradasi kualitas sapi yang ada di masyarakat. Upaya pemerintah dengan melakukan inseminasi buatan, berikut penyuluhan kepada para peternak, telah memperbaiki kualitas sapi rakyat. Hingga sekarang galur sapi yang dipelihara masyarakat kembali jelas. Di Jawa dan Lampung, rata-rata masyarakat memelihara sapi zebu, PO atau brahman. Di Madura tentu sapi madura sementara di Bali sapi bali. Sapi madura dan sapi bali ini banyak pula dipelihara di  NTP dan NTT. Di kawasan transmigran atau pemukiman lain di Luar Jawa, Madura, Bali dan Lampung, sapi yang dipelihara tergantung dari masyarakat pemukimnya. Meskipun sekarang ada kecenderungan masyarakat untuk lebih memilih sapi bali serta madura karena  daya tahanannya yang relatif tinggi terhadap kekurangan hijauan maupun serangan penyakit.    
Dengan harga sekitar Rp 12.500,- per kg. hidup, dengan bobot rata-rata sekitar 300 sd. 400 kg. maka harga beli sapi jantan bakalan untuk digemukkan sekitar Rp 3.750.000,- sd. Rp 5.000.000,- Sapi-sapi lokal kita rata-rata akan mencapai pertambahan bobot hidup 0,5 kg. per hari. Sementara bakalan impor mampu tumbuh 1 kg. bobot hidup per hari. Namun biaya pakan dan perawatan sapi impor juga lebih tinggi dari sapi lokal. Sementara harga per kg. bobot hidup sapi impor, justru lebih rendah dibanding sapi lokal. Ibaratnya harga ayam broiler dengan ayam kampung. Dengan pertambahan bobot hidup 0,5 kg. per hari, kalau harga per kg. bobot hidup Rp 12.500. maka akan diperoleh marjin kotor Rp 6.250,- per hari. Dengan menggunakan pola menggaduh (maro), maka 50% dari marjin tersebut merupakan hak bagi pemilik modal. Hingga hak bagi pemelihara hanyalah Rp 3.125,- per ekor per hari. Dri marjin tersebut, 50% untuk biaya pakan. terutama konsentrat. Sebab hijauan biasanya akan dicari sendiri oleh si pemelihara. Hingga nilai "upah" bagi pemelihara sapi potong adalah Rp 1.562,50 per hari. Dengan kemampuan menggemukkan rata-rata sekitar 4 ekor, maka nilai penghasilan tenaga buruh penggemukan sapi adalah Rp 6.250,- per hari, dengan jam kerja antara 2 sd. 3 jam. Jam kerja ini akan digunakan untuk mencari hijauan, membersihkan kandang, memberi minum, memandikan sapi dll. Nilai upah ini setelah jangka waktu penggemukan selesai, biasanya 3 bulan, adalah Rp 140.625,- per ekor atau Rp 562.500,- untuk 4 ekor sapi.
Kalau penggemukan sapi ini dilakukan secara bisnis, maka nilai biaya yang harus dikeluarkan oleh investor adalah Rp 3.125,- per ekor per hari untuk sapi lokal, dan Rp 6.250,- per ekor per hari untuk sapi impor. Nilai biaya tersebut akan dialokasikan untuk penyusutan kandang, peralatan, perijinan dll, untuk pakan, obat-obatan serta tenaga kerja, termasuk untuk biaya manajemen. Jumlah minimal sapi lokal yang bisa digemukkan boleh hanya satu ekor dan sudah menguntungkan. Namun pada sapi impor, ada batasan minimalnya. Sebab mendatangkan sapi bakalan dari Australia, minimal harus satu kapal sebanyak sekitar 2.000 ekor. Hingga angka minimal yang harus digemukkan per angkatan adalah 2.000 ekor. Meskipun sekarang sudah ada pola "nempil". Seorang investor yang hanya memiliki modal untuk menggemukkan 20 ekor, bisa patungan dengan dua atau tida investor lain hingga terkumpul 40 sd. 60 ekor. Jumlah ini diusahakan untuk nempil (membeli sebagian kecil) dari pengusaha feedlot yang melakukan impor sapi bakalan. Apabila investor kecil tersebut sudah dikenal baik oleh importir, biasanya akan diberi "tempilan" sejumlah yang dibutuhkannya. Bahkan importir yang biasanya juga pengusaha penggemukan tersebut, akan menjamin pula pemasarannya apabila usaha yang dilakukan oleh si investor kecil tersebut berhasil. Patokan keberhasilan ini ditandai dengan angka mortalitas nol dan laju pertumbuhan minimal 1 kg. per ekor per hari.
Komponen utama usaha penggemukan sapi potong adalah pakan. Dalam penggemukan berskala bisnis modern, pakan utama adalah konsentrat plus silase. Hijauan, baik segar maupun kering hanya diberikan sekadar untuk "lauk pauknya". Sementara dalam penggemukan secara tradisional, pakan utama adalah hijauan (juga segar maupun kering), sementara pakan tambahannya hanya berupa dedak, ampas tahu, ampas singkong, tetes tebu dan pakan lain sesuai dengan ketersediaan setempat. Karenanya pertambahan bobot hidup rata-rata pada penggemukan secara tradisional hanyalah 0,5 kg. per hari. Meskipun sapi yang digemukkan merupakan bakalan impor, dengan pola penggemukan tradisional, sulit untuk mencapai pertumbuhan bobot hidup 1 kg. per hari. Sementara sapi lokal pun, apabila digemukkan dengan pakan utama konsentrat dan silase, sementara hijauannya hanya merupakan pakan tambahan, akan mencapai pertumbuhan bobot hidup lebih dari 0,5 kg per hari. Pada akhirnya, yang akan menentukan untung ruginya penggemukan sapi potong adalah komponen biaya pakan ini. Apabila kita bisa menemukan pakan yang mampu meningkatkan bobot hidup tinggi namun harganya murah, maka tingkat keuntungannya akan bertambah. Sebaliknya, penggunaan konsentrat pabrik secara berlebihan, akan menelan biaya tinggi, hingga pertumbuhan bobot hidup yang dicapai tidak mampu lagi menutup biaya pakan.
Hijauan murah yang selama ini masih belum termanfaatkan dengan baik untuk usaha penggemukan sapi potong adalah jerami padi. Kalau kita lewat kawasan Pantura atau sentra penghasil padi lainnya selama musim panen raya, maka akan tampak jerami yang dihamparkan di tengah sawah dan setelah kering langsung dibakar. Api (panas) yang ditimbulkan akibat pembakaran jerami ini, sebenarnya merupakan energi yang masih bisa diubah menjadi protein melalui pencernakan sapi. Di Gunung Kidul, DIY, pada musim kemarau sapi hanya diberi pakan jerami dan tebon (batang jagung) kering. Selulosa ini tentu sangat rendah gizinya. Namun di tahun 1950an, ketika pupuk urea diperkenalkan ke masyarakat, peternak di Gunung Kidul punya gagasan unik. Kalau mes (urea) bisa menyuburkan tanaman, mestinya juga bisa menggemukkan sapi. Maka mereka pun memberi sapi mereka sedikit urea pada minumannya. Biasanya air minum sapi ini dicampur dengan tetes, ampas singkong atau dedak. Di luar dugaan, ternyata sapi yang hanya diberi jerami dan tebon kering ini setelah mendapat urea benar-benar jadi gemuk. Dalam rumen (lambung sapi), memang terdapat bakteri penghancur selulosa. Dengan adanya starter urea plus karbohidrat, bakteri tersebut akan tumbuh pesat dan menghancurkan selulosa. Karena penghancuran jerami dan tebon kering ini dibantu oleh jutaan bakteri, maka penyerapan nutrisinya menjadi lebih optimal. Sementara bangkai bakteri berupa protein itu, merupakan gizi tambahan yang

Selasa, 08 November 2011

HATI HATI MAKAN DAGING MATANG

Makan Daging Terlalu Matang Memicu Kanker

Desliana Carolina

Artikel Terkait

06/11/2011 23:25 | Info Kesehatan
Liputan6.com, Oslo: Mengonsumsi daging merah yang dimasak terlalu matang justru dapat memicu serangan berbagai kanker kandung kemih. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Norwegian Institute of Public Health, Oslo, Norwegia, baru-baru ini.

Dalam penelitian ini ditemukan, risiko kanker 81% lebih besar pada orang yang gemar mengonsumsi daging yang dimasak matang, seperti digoreng, dipanggang, atau dibakar. Daging yang diolah terlalu matang (well-done) akan menghasilkan senyawa kimia karsinogen yang diyakini akan memicu kanker.

"Pengolahan daging sendiri akan mengaktifkan senyawa kimia. Karsinogen, zat penyebab kanker, yang juga disebut sebagai mutagen makanan, aktif saat daging diproses pada suhu tinggi saat menggoreng atau memanggang," tulis pimpinan penelitian dalam laporan penelitian, yang diterbitkan oleh Daily Express.

Zat penyebab kanker, yang disebut mutagen makanan, terjadi pada suhu tinggi saat menggoreng atau memanggang.

Para ahli menegaskan, bukan cuma daging sapi dan daging babi, melainkan ikan dan ayam pun bila diolah terlalu matang juga memiliki risiko kanker yang sama. Karena itu, disarankan untuk mengolah daging tidak terlalu matang dengan cara mengurangi temperatur api saat memasak. (Zeenews/Vin)

Sabtu, 05 November 2011

PENYEMBELIHAN KURABN DI AWASI PETUGAS

85 Petugas Awasi Penyembelihan Hewan Kurban

 
BERITAJAKARTA.COM — 05-11-2011 20:33
Untuk memastikan tata cara pemotongan hewan kurban baik dan benar serta higienis, Suku Dinas Pertanian dan Peternakan Jakarta Pusat akan melakukan sosialisasi dan mengawasi tempat-tempat pemotongan hewan kurban yang ada di wilayahnya. Rencananya, kegiatan itu akan berlangsung selama tiga hari, yaitu mulai hari H hingga H+3 Idul Adha 1432 Hijriah. Sebanyak 85 petugas diterjunkan ke lapangan.

"Petugas yang diterjunkan terdiri dari Dinas dan Sudin Pertanian dan Peternakan, dibantu mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dan dokter hewan dari Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI)," kata Sarjoni, Kasie Pengawasan dan Pengendalian Sudin Pertanian dan Peternakan Jakarta Pusat, kepada beritajakarta.com, Sabtu (5/11). Dikatakannya, yang menjadi target sosialisasi adalah para panitia pelaksana dan tempat-tempat pemotongan hewan kurban.

Sementara, lanjutnya, materi yang disampaikan antara lain adalah tata cara memilih ternak kurban yang sesuai dengan syarat yang telah ditentukan, yaitu berjenis kelamin jantan, tidak cacat dan cukup gemuk, serta berusia dewasa (berusia minimal 1 tahun untuk kambing/domba dan berusia minimal 2 tahun untuk sapi/kerbau). Selain itu, tambahnya, tempat pemotongan harus higienis, cukup air serta memisahkan daerah bersih yang menjadi tempat pencacahan, penimbangan dan pembungkusan, dengan daerah kotor yang menjadi tempat pemotongan.

"Selain itu, para panitia kurban juga harus memperhatikan hal-hal seperti tidak merokok, tidak meludah sembarangan, dan sebaiknya menggunakan masker dan sarung tangan," tambahnya. Dijelaskan Sarjoni, sosialisasi dan pemeriksaan itu nantinya akan melibatkan sebanyak 85 petugas yang terdiri dari 35 orang mahasiswa IPB dan beberapa dokter hewan, dibantu karyawan dari Dinas dan Sudin Peternakan dan Pertanian sebanyak 50 orang.

Dengan sosialisasi ini dia berharap perayaan hari raya Idul Adha dan proses pemotongan hewan kurban dapat berjalan dengan baik dan sesuai ketentuan yang dapat menjamin kebersihan dan kesehatan. "Dengan begitu, kualitas daging kurban yang akan dikonsumsi lebih baik dan lebih sehat," tandasnya.

HEWAN KURBAN BESUK SIAP DISEMBELIH

Hewan Kurban Jakarta Bebas Antraks

Kompas/Yulvianus Harjono Kondisi sapi kurban di Bandar Lampung, Selasa (1/11/2011) sedang diperiksa petugas.

TERKAIT:

JAKARTA, KOMPAS.com — Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta memastikan hewan kurban di Jakarta bebas penyakit antraks setelah dilakukan pemeriksaan di tempat-tempat penampungan hewan kurban di lima wilayah Jakarta sejak H-10.
Selain melakukan pemeriksaan fisik, kami juga mengambil sampel darah dari hewan kurban. Dari sampel yang diambil, semuanya aman dari antraks.
-- Ipih Ruyani
"Selain melakukan pemeriksaan fisik, kami juga mengambil sampel darah dari hewan kurban. Dari sampel yang diambil, semuanya aman dari antraks," kata Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Ipih Ruyani ketika dihubungi wartawan, Jumat (4/11/2011).
Sebanyak 318 kurban diambil sampel darah dan semuanya dinyatakan aman dari penyakit antraks. Sementara dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, pihaknya menemukan sejumlah hewan yang belum cukup umur.
Di Jakarta Timur ditemukan 36 sapi, 58 kambing, dan 1 kerbau belum cukup umur. Selanjutnya ditemukan juga 3 kambing sakit mata serta 22 kambing dan 7 sapi tidak nafsu makan.
Untuk Jakarta Utara terdapat 3 sapi dan 1 kambing yang belum cukup umur. Kemudian 1 kambing sakit mata dan 1 kambing mengalami luka.
"Tiga wilayah lainnya, yakni Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat, tidak ditemukan hewan yang bermasalah. Untuk hewan yang tidak cukup umur, kami beri tanda dengan piloks. Tetap boleh dijual, tetapi tidak untuk kurban," kata Ipih.
Hingga 2 November 2011, tercatat jumlah hewan yang masuk ke Jakarta sebanyak 62.801 hewan. Rinciannya 10.769 sapi, 964 kerbau, 47.618 kambing, dan 3.450 domba. Adapun tempat penampungan yang sudah tercatat yakni sebanyak 964 lokasi.
"Hari ini masih dilakukan pemeriksaan. Pada hari H, kami juga lakukan pemeriksaan di tempat pemotongan, bukan di penampungan lagi," kata Ipih.

Jumat, 04 November 2011

SEBELUM DIJUAL KAMBING KORBAN DIMASUKAN SALON DULU

Sebelum Dijual, Kambing Kurban Masuk Salon

DOKUMENTASI SURYA
Tidak perlu mengeluarkan dana terlalu besar, cukup membayar Rp 5.000 pemilik kambing sudah bisa mendapatkan hewan kambingnya tampil lebih bersih.
GRESIK, KOMPAS.com — Berawal dari keinginan untuk membuat laris penjualan hewan kurban, para pria warga Kepatihan Menganti, Gresik, Jawa Timur, secara spontan membuat salon kambing kurban.
Mereka membuka layanan membersihkan dan merapikan tampilan hewan kurban khususnya kambing yang akan dijual atau yang siap dikurbankan di Hari Raya Idul Adha. Tidak perlu mengeluarkan dana terlalu besar, cukup membayar Rp 5.000 pemilik kambing sudah bisa mendapatkan hewan kambingnya tampil lebih bersih.
Meski dijuluki salon kambing kurban, tempat pembersihan kambing ini bukanlah sebuah ruko atau rumah yang rapi layaknya salon kecantikan atau klinik hewan. Salon kambing kurban ini dapat ditemui di lokasi penjualan hewan kurban di Lapangan Kepatihan di Jalan Raya Kepatihan Gresik.
Ya, Salon Kambing Kurban Cak Anam hanyalah sebuah bilik di lapangan kosong di tepi jalan raya penghubung Surabaya-Benowo dan Gresik. Untuk memberikan layanan pembersihan dan perawatan hewan kurban, pekerja cukup menyediakan air, sampo, sisir, dan gunting.
Choirul Anam, pencetus ide salon hewan kurban, mengatakan, salon hewan kurban semula dilakukan untuk membantu rekannya yang berjualan hewan kurban di lokasi yang sama. "Biar harga jualnya terdongkrak kami membersihkan hewan-hewan kurban, khususnya kambing tapi akhirnya terpikir juga untuk mendapatkan masukan dari usaha ringan ini," ujar Anam, Selasa (1/11/2011) kemarin.
Bersama tiga rekannya yang membuka usaha penjualan hewan kurban di Lapangan Kepatihan, Anam lalu mulai menawarkan layanan salon hewan kurban kepada pembeli hewan kurban atau pedagang hewan kurban lain yang berada di sekitar lokasi Kepatihan.
"Supaya nilai layanannya bertambah, kami juga melayani jasa perawatan hewan kurban, jadi pembeli bisa menitipkan hewan kurbannya setelah dibeli dan nanti baru dibawa mendekati hari H dengan kondisi yang bersih dan rapi," ujar warga Glintung Menganti itu.

CONTOH PENGIRIMAN SAPI KE PT AGRISATWA










SAPI JUMBO AKHIRNYA DIBELI PRESIDEN SBY

Presiden serahkan kurban sapi jumbo


(istimewa)
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan kurban berupa sapi dengan kualitas super berukuran jumbo yang beratnya lebih dari satu ton.

"Saya serahkan, seekor sapi sebagai kewajiban kurban saya dan keluarga kepada mesjid Istiqlal untuk pada saatnya nanti dibagikan kepada para jamaah atau siapapun," ujar SBY saat menyerahkan langsung kepada pengurus Istiqlal, Rabu, pagi ini.

Presiden SBY juga menyerahkan hewan kurban milik Wakil Presiden Boediono. SBY menyerahkan langsung sapi tersebut usai melaksanakan salat Idul Adha.

Ketua panitia penerimaan dan penyaluran kurban Masjid Istiqlal, Jakarta, H Solihin mengatakan, kegiatan pembagi-bagian daging hewan kurban yang diterima masjid Istiqlal sendiri baru akan dilaksanakan besok setelah salat subuh.

Kamis, 03 November 2011

NAIKNYA HARGA HEWAN KURBAN TAHUN 2011

Harga Melambung, Pasar Hewan Kurban Lesu  


TEMPO Interaktif, Sumenep - Menjelang pelaksanaan hari raya Idul Adha, pasar hewan kurban di Kabupaten Sumenep, JawaTimur, lesu pembeli. Hingga tiga hari menjelang Hari Raya, pedagang hanya mampu menjual sekitar 10 persen dari total hewan kurban yang disediakan.

“Sejak H-7 baru 35 ekor kambing dan sapi yang terjual,” kata Muhamad Riyadi, peternak kambing di Kecamatan Kota Sumenep, Kamis 3 November 2011.

Dibanding dengan hari raya kurban tahun sebelumnya, penjualan tahun ini turun cukup drastis. Tahun lalu, kata Riyadi, pada H-7 dia mampu menjual 100 ekor hewan kurban.

Riyadi menduga penurunan daya beli ini karena naiknya harga hewan ternak pascapanen tembakau. “Harga kambing paling murah 800 ribu, sapi paling murah 4 juta," ujarnya.

Dari pantauan Tempo, lesunya pembelian hewan kurban di pedagang karena pola pembelian hewan kurban berubah. Harga yang melangit membuat warga yang ingin berkurban memilih membeli langsung ke peternak di perkampungan. "Kalau di pedagang harga sapi Rp 7 juta, di peternak lokal bisa dapat Rp 3 juta," kata Faik Rahman, warga Desa Ganding.

Harga hewan kurban yang murah di perkampungan Madura menarik banyak pembeli dari daerah lain di Jawa Timur.

Dinas Peternakan Sumenep memastikan seluruh hewan kurban yang beredar di pasaran layak kurban karena memenuhi syarat "asuh", yaitu aman sehat utuh dan halal.

"Seluruh hewan kurban di Sumenep hewan lokal, tidak boleh ada hewan luar madura," kata Kepala Bidang Kesehatan, Dinas Peternakan Sumenep, Kamarul Alam.

Tak hanya di Sumenep, pemeriksaan terhadap hewan kurban juga dilakukan di beberapa daerah. Di Tangerang, misalnya, setidaknya ada 12.546 hewan kurban yang diperiksa Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang. Hingga saat ini belum ditemukan adanya penyakit berbahaya yan menyerang hewan kurban.

Tim pemeriksa hewan kurban Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang, Febry Satyaningsih, mengatakan pemeriksaan hewan akan terus dilakukan sampai tiba Hari Raya. Pemeriksaan intensif akan dilakukan pada hewan yang berasal dari wilayah Bogor dan Purwakarta yang merupakan daerah rawan penyakit antrax.

Di Subang, puluhan ribu hewan ternak di 16 desa juga divaksinasi antrax secara massal. "Ada 20 ribuan hewan ternak berbagai jenis yang sudah kami vaksinasi," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Subang, Agus Sugama, saat dihubungi Tempo, Kamis, 3 November 2011.

Selain vaksinasi antrax juga dilakukan uji laboratorium dan sosialisasi lapangan. "Hasilnya, semua hewan ternak yang sudah divaksin dinyatakan bebas antrax," ucap Agus.

Ia juga memastikan 16 desa yang berada di wilayah Kecamatan Subang, Dawuan, Kalijati, Cipeundeuy, Cisalak, dan Ciater yang semula dinyatakan sebagai zona antrax kini sudah dinyatakan negatif.

"Sesuai dengan hasil uji laboratorium dan surveillance di 16 desa yang semua terdapat spora antrax, ternyata sekarang sudah negatif semuanya," ujarnya. Artinya, semua ternak yang berasal dari 16 desa itu yang dijual atau dipakai untuk hewan kurban dinyatakan aman dari penyakit.

Harga jual hewan kurban jenis domba atau kambing berkisar antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Sedangkan sapi mulai Rp 7 juta hingga Rp 9 juta per ekor.

Rabu, 02 November 2011

PENELITAN HEWAN KURBAN DARI PENYAKIT

Dinkes: Hewan Kurban di Surabaya Bebas Anthrax


SURABAYA-Sampai saat ini semua hewan kurban baik sapi ataupun kambing yang dijual para pedagang dadakan, masih terbebas dari penyakit anthrax ataupun penyakit berbahaya lainnya. Kendati demikian, masyarakat yang ingin membeli hewan kurban disarankan untuk memilih hewan berkualitas bagus.
Hal itu dikatakan Kepala Bidang Peternakan Distan Kota Surabaya, Meita Irene Wowor, di sela-sela pemeriksaan hewan kurban di Jl Barata Jaya Surabaya, Selasa (1/11).
Dinas Peternakan (Distan) Kota Surabaya mulai melakukan pemantauan terhadap para hewan kurban yang dijual para pedagang, sebagai langkah antisipasi dari adanya berbagai penyakit yang biasanya menjangkiti hewan, di antaranya anthrax.  Rencananya, pemeriksaan dilakukan sejak, Selasa (1/11) hingga H-2 hari raya Idul Adha 1432 H yang jatuh pada 6 November nanti.
Seperti diketahui, menjelang perayaan Idul Adha, pedagang hewan kurban di berbagai tempat di Surabaya mulai menjamur. Di sepanjang bantaran rel KA di sisi timur Jl. A Yani, Jl. Barata Jaya, Nginden, Jl. Raya Mastrip, Rungkut Madya penuh dengan deretan hewan kurban. “Tadi ada hewan yang kulitnya lecet, tapi itu tidak berbahaya. Mungkin empat hari lagi sudah sembuh atau lukanya mengering. Untuk sementara, hewan yang kita periksa semuanya terbebas dari penyakit berbahaya,” katanya.
Menurut Meita, pemeriksaan yang dilakukan Distan Kota Surabaya ini bertujuan mengawasi kesehatan ternak yang masuk di Surabaya. Sebab saat ini ternak dari Jawa Tengah, NTB dan NTT terindikasi ada yang terkena penyakit anthraks. Agar hewan tersebut tak masuk ke Surabaya, pihaknya melakukan pemeriksaan secara ketat.
Meita menjelaskan, ternak yang masuk ke Surabaya harus ada surat keterangan kesehatan hewan dari daerah asal. Jika tidak ada, hewan tersebut terpaksa dikembalikan. “Kita lihat persyaratan administrasinya. Semua hewan yang kita periksa masih berasal dari Jatim. Tak ada yang dari luar provinsi,” ungkapnya.
Ciri-ciri ternak yang terkena anthrax secara kasat mata sulit diketahui. Biasanya, hewan yang terserang penyakit itu tiba-tiba mati lalu keluar darah dari lubang-lubangnya, seperti lubang mata, hidung, telinga dan dubur. “Kalau masih hidup, ya seperti hewan sehat lainnya,” jelasnya.
Sedangkan ciri-ciri hewan yang terkena penyakit, bisa dilihat dari sinar matanya. Jika bersih dan tak ada kotoran di sekitar mata, berarti hewan itu sehat. Jika bulunya bersih tak ada gumpalan, mengkilat dan halus bisa dipastikan hewan itu sehat.
Bila gerakannya lincah, ketika didekati orang menghindar hewan itu sehat. “Namun jika hanya duduk, tampak lemas dan tak ada nafsu makan, hewan itu berarti terserang penyakit,” tuturnya.
Untuk melakukan pemeriksaan ini, Distan Surabaya menerjunkan 112 orang dari berbagai instansi. Seperti dari Distan Surabaya sebanyak 72 orang terdiri dari dokter hewan, paramedis dan penyuluh. Lalu dari Dinas Peternakan Jatim 10 orang dan 30 mahasiswa kedokteran hewan dari Unair dan UWK (Universitas Wijaya Kusuma).
Sementara itu, menurut salah seorang pedagang hewan kurban di Jl Barata Jaya, Munadi, hewan kurbannya khususnya sapi, dijamin tak ada yang terkena penyakit. “Sapi ini berasal dari hasil ternak saya. Jadi dijamin sehat. Harganya dari Rp 7 juta hingga Rp15 juta. Sampai saat ini sudah terjual 60 ekor. Rata-rata tiap hari terjual sebanyak 7 sampai 10 ekor per hari,” ungkap pria asli Kediri ini.
Hal yang sama juga dikatakan Muryad, pedagang kambing asal Trenggalek. Menurutnya, kambing-kambing yang ia jual semuanya sehat dan berasal dari pasar-pasar di Trenggalek. Hingga kemarin siang, hewannya belum ada yang laku, sebab baru kemarin pagi ia datang berjualan di Jl Barata Jaya. “Biasanya mendekati hari raya baru banyak yang beli. Harga kambing saya antara Rp1 juta hingga Rp 3 juta,” tandasnya. n pur

Tips: Ciri-2 Kena Anthrax
-Tiba-tiba mati
-Setelah mati, keluar darah dari lubang mata, hidung, telinga dan dubur.

Ciri-2 hewan sehat:
-Sinar matanya cerah/bersih
-Tak ada kotoran di sekitar mata.
-Bulunya bersih tak ada gumpalan, mengkilat dan halus.
-Gerakannya lincah (didekati orang menghindar)

Selasa, 01 November 2011

AUSTRALI MENHENTIKAN SAPI KE INDONESAI

Alasan Australia Hentikan Pasokan Sapi ke Indonesia

Devita Sari -
Alasan Australia Hentikan Pasokan Sapi ke Indonesia
Foto: Phenomenica.com
Jakarta - Karena kontroversi perlakuan tidak islami terhadap sapi di Indonesia. Australia melakukan penghentian sementara ekspor sapi ke Indonesia. Australia menilai pemotongan sapi di beberapa tempat pemotongan hewan Indonesia berlawanan dengan keyakinan kaum muslim.

Persoalan pemotongan hewan yang tidak sesuai dengan hukum Islam ini sebenarnya sudah mulai muncul sejak akhir Mei 2011 lalu. Seperti yang dilansir dari halalmedia.net, Australia menuding Indonesia tidak secara benar mempraktekkan proses penyembelihan hewan secara Islami.

Saat ini terdapat 11 rumah potong hewan yang telah dihentikan proses impor produk ternak dari Australia. Wakil dari Majelis Ulama Indonesia yaitu Sholahudin sendiri mengatakan bahwa penghentian pasokan sapi dari Australia ini merupakan wujud kemarahan atas perlakuan biadab terhadap hewan di beberapa rumah pemotongan hewan Indonesia.

"Penyembelihan hewan yang dilakukan secara Islami untuk menghasilkan daging halal harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, dalam penyembelihan hewan secara Islami harus dilakukan dengan pisau yang tajam. Hal ini dimaksudkan agar hewan tidak merasakan sakit dan langsung mati seketika," jelas Sholahudin.

Joe Ludwig selaku Menteri Pertanian, Australia telah membuka larangan sepenuhnya bagi Australia untuk melakukan impor sapi ke beberapa rumah pemotongan hewan Indonesia. Meskipun industri ternak juga telah diperingatkan bahwa respon berlebihan ini dapat mematikan industri bernilai $ 330 juta dollar dan juga mengancam ribuan tenaga kerja.

Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi meminta Australia untuk memahami bahwa tingkat perkembangan di Indonesia berbeda dari tingkat perkembangan di Australia. Ia tidak menyarankan sanksi langsung bagi para rumah potong hewan, namun menurutnya langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberi mereka "petunjuk" pada rumah potong hewan tersebut akan standar-standar standar islami.

RSPCA atau Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals - badan kesejahteraan hewan Inggris - lewat juru bicaranya mengatakan bahwa sangat sulit bagi negara lain yang dekat dengan Australia untuk mengirim pasokan hewan ke Indonesia, jika Australia melakukan larangan ekspor ternak ke Indonesia.

Namun Joni Liano, Direktur Eksekutif dari Indonesian Meat Producers and Feedlot Association, mengklaim skandal Rumah Pemotongan Hewan tersebut hanyalah manifestasi dari politisasi domestik seperti yang dikutip detikfood dari detikcom.

(dev/Odi)

NEGARA LAIN SIAP GANTIKAN SAPI AUSTRALIA


Tiga Negara Siap Gantikan Sapi Australia

JAKARTA, KOMPAS.com — Negara Brasil dan Kanada sanggup memenuhi berapa pun kebutuhan sapi bakalan, sapi bibit, dan daging sapi ke Indonesia sepanjang kebijakan di Indonesia mendukung. Adapun Selandia Baru sanggup memasok sapi bibit dan daging sapi. Hal itu diungkapkan Kepala Badan Karantina Pertanian sekaligus Ketua Tim Pengendalian Ketersediaan Protein Hewani Nasional Banun Harpini, Rabu (15/6/2011) di Jakarta.
Banun mengatakan hal tersebut setelah melakukan pertemuan dengan tiga atase pertanian dari Brasil, Kanada, dan Selandia Baru. Menurut jadwal, ada enam atase pertanian yang diundang, yakni Meksiko, Irlandia, Uruguay, Selandia Baru, Kanada, dan Brasil. Namun, tiga negara yang pertama tidak memenuhi undangan.
Badan Karantina Pertanian mengundang perwakilan negara-negara itu dalam rangka untuk mengetahui status penyakit dari negara-negara tersebut, status keamanan pangan, sanitary and phytosanitary, tata cara pemantauan dan surveilan, serta populasi ternak sapi dan kemampuan ekspor sapi bakalan, sapi betina, dan daging sapi.
"Kami mengundang mereka dalam rangka menggali alternatif sumber pasokan sapi bakalan, sapi bibit, dan daging sapi, sebagai bentuk antisipasi terkait isu penghentian ekspor sapi bakalan dari Australia," kata Banun.
Seperti diberitakan, Australia secara mengejutkan menghentikan impor sapi bakalan ke Indonesia. Pertemuan juga membahas kemungkinan mendatangkan sumber pasokan sapi dan daging sapi dari negara yang berstatus bebas penyakit mulut dan kuku berbasis zona.
Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Badan Karantina Pertanian Kemtan Sudjarwanto mengatakan, pertemuan tersebut menjadi penyempurnaan bahan bagi perumusan strategi nasional pemenuhan daging sapi dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. "Karantina pulau sebagai salah satu alternatif kebijakan jangka menengah dan panjang," ujarnya.
Dari pertemuan tersebut terungkap bahwa Selandia Baru tidak bisa memenuhi kebutuhan sapi bakalan karena kebijakan ekspor sapi bakalan dari negaranya sudah dihentikan. Peluang impor yang bisa dilakukan hanya untuk sapi bibit dan daging sapi.
Adapun Brasil sanggup memenuhi kebutuhan sapi bakalan, sapi bibit, dan daging sapi berapa pun jumlah yang Indonesia inginkan. Namun, itu tergantung regulasi di Indonesia. Kesanggupan sama juga dilakukan oleh Kanada. Dari hasil pertemuan tersebut, peluang bagi Indonesia untuk memasukkan sapi bakalan, sapi bibit, dan daging sapi dari luar Australia sangat terbuka.

BUDIDAYA SAPI POTONG

BUDIDAYA SAPI POTONG


I. Pendahuluan.
Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.

II. Penggemukan
Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan).
Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong.
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

A. Sapi Bali.
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.

B. Sapi Ongole.
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.

C. Sapi Brahman.
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

D. Sapi Madura.
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.

E. Sapi Limousin.
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik

2. Pemilihan Bakalan.
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :
  • Berumur di atas 2,5 tahun.
  • Jenis kelamin jantan.
  • Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
  • Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit).
  • Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
  • Kotoran normal