Selasa, 22 Maret 2016

Pengakuan Pengusaha Sapi Soal Alasan Impor dari Australia

Pengakuan Pengusaha Sapi Soal Alasan Impor dari Australia

Lani Pujiastuti - detikfinance
Minggu, 21/06/2015 16:05 WIB

Pengakuan Pengusaha Sapi Soal Alasan Impor dari Australia
Jakarta -Australia merupakan pemasok utama daging beku dan sapi hidup ke Indonesia yang jumlahnya ratusan ribu ekor per tahun. Selain Australia, ada negara-negara lainnya yang bisa memasok ke Indonesia, namun Australia tetap jadi pilihan utama.

Presiden Direktur PT Tanjung Unggul Mandiri (TUM) Buntoro Hasan, mengatakan sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penggemukan sapi, ia mengatakan soal harga sapi di Indonesia dengan negara lain, sangat tergantung negara asal sapi impornya.

Ia mengatakan harga daging sapi di ASEAN yang diimpor dari India, harganya paling murah. Namun Sapi dari India belum bebas dari penyakit mulut dan kuku, sehingga jauh lebih murah.

"Indonesia melarang impor dari India," kata Buntoro.

Buntoro mengatakan pihaknya lebih memilih mengimpor sapi dari Amerika, Selandia Baru dan Australia. Alasannya di ketiga negara tersebut sapinya telah dijamin kesehatannya. Namun dari sisi biaya transportasi, paling murah dari Australia dibanding Amerika dan Selandia Baru.

"Makanya kita impor paling banyak dari Australia," kata Buntoro Hasan.

Pemilik PT TUM Wilson Hasan mengatakan luas areal feedloter PT Tanjung Unggul Mandiri seluas 60 hektar. Ia menggemukan sapi khususnya yang berasal dari impor. Sapi impor berasal dari Australia bagian utara, jenis sapi Brahman.

"Kami datangkan sapi impor untuk digemukkan, sapi yang diimpor berumur 120 hari. Bobot awal masuk 300 kg lalu nanti dijual kembali saat bobot 460 kg," katanya.

Kapasitas PT TUM dapat menampung 48.500 ekor namun saat ini terisi 23.000 ekor sapi impor. "Stok untuk lebaran, cukup. Kami siapkan sapi dan terus datangkan jika ada kebutuhan," jelas Wilson.

Ketergantungan impor ternak hidup sapi dan daging sapi beku Indonesia dari Australia dan Selandia Baru cukup tinggi. Alasannya karena Indonesia menganut sistem country based yang hanya bisa memasukan ternak hidup dan produk ternak dari negara yang bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK).

Indonesia sejatinya bisa memasukan ternak hidup dan produk ternak seperti dari Amerika Serikat dan Prancis, kedua negara itu juga masuk ke dalam country based. Memang Australia dan Selandia Baru memiliki keunggulan karena jarak yang lebih dekat dari Indonesia.

Ada 66 negara (termasuk Indonesia, Australia dan Selandia Baru) yang memberlakukan aturan country based atau bebas dari PMK, 66 negara itu adalah:

Albania, Austria, Belarus, Belgia, Belize, Bosnia dan Herzegovina, Brunei, Bulgaria, Canada, Chile, Costa Rica, Croatia, Cuba, Cyprus, Republik Ceko, Denmark, Republik Dominika, El Savador, Estonia, Finlandia, Macedonia, Prancis, Jerman, Guetemala, Guyana, Haiti, Honduras, Hungaria, Islandia, Irlandia, Italia, Jepang, Latvia, Lesotho, Lithuania, Luxemburg, Madagaskar, Malta, Mauritius, Maxico, Montenegro, Belanda, New Caledonia, Nicaragua, Norwagia, Panama, olandia, Portugal, Rumania, San Marino, Serbia, Singapura, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swiss, Swedia, Ukraina, Inggris, Amerika Serikat dan Venezuela.

Konsumsi daging sapi di Indonesia per tahun mencapai 4 juta ekor dari impor dan lokal. Sebanyak 4 juta ekor sapi itu setara dengan 600.000 ton daging sapi. Sebanyak 85% kebutuhan daging dipasok dari sapi lokal, sedangkan 15% lainnya adalah impor.

(hen/hen) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar