Senin, 04 April 2016

20 Mahasiswa Indonesia Mulai Magang di Peternakan Australia Utara

Sebanyak 20 mahasiswa Indonesia tiba di wilayah Top End di Australia Utara untuk magang di peternakan setempat. Program tahunan yang dilaksanakan Asosiasi Peternak Northern Territory (NTCA) ini sudah menghasilkan 54 alumni sejak dimulai 2012.
Peserta magang pekan ini mengunjungi lapangan ternak untuk ekspor Berrimah serta rumah potong hewan di Livingstone. Selanjutnya mereka akan mengikuti kelas di kampus di wilayah Katherine.
Mahasiswa Indonesia peserta program magang di peternakan Australia yang diadakan NTCA tahun 2016. (Foto: Istimewa/Robi Agustiar)
Mahasiswa Indonesia peserta program magang di peternakan Australia yang diadakan NTCA tahun 2016. (Foto: Istimewa/Robi Agustiar)
Peserta magang ini akan mempelajari pengetahuan dasar menangani ternak, menunggang kuda dan penggunaan motor untuk menggembala ternak. Setelah itu mereka akan ditempatkan di sejumlah peternakan selama enam pekan.
Menurut penyelenggaranya, Manager NTCA Carley Birstrup, ada 120 orang pelamar untuk program tahun, sekaligus merupakan jumlah paling besar selama ini.
Carley Bidstrup menjelaskan, program magang bagi mahasiswa Indonesia di peternakan Australia sangat penting dalam memperkuat hubungan kedua pihak.
"Ini merupakan kesempatan bagus buat para peserta bukan hanya selama belajar di sini tapi juga buat masa depan mereka," katanya.
"Sejauh ini sudah ada 54 alumni program ini dan kebanyakan di antara mereka telah memainkan peran penting di sana yang terkait dengan Australia," katanya.
Sejak diadakan tahun 2012 program magang di peternakan Australia telah menghasilkan 54 alumni. (Foto: Istimewa/Robi Agustiar)
Sejak diadakan tahun 2012 program magang di peternakan Australia telah menghasilkan 54 alumni. (Foto: Istimewa/Robi Agustiar)
Salah seorang di antara alumni bernama Izar Hadiansyah, yang ikut magang tahun 2015, merupakan mentor bagi peserta tahun ini.
Menurut dia, peminat program magang ini semakin besar di Indonesia. "Banyak peminat dari setiap universitas di Indonesia," katanya.
Seorang mahasiswa peternakan bernama Offi Nafidi dari Universitas Gadjah Mada mengatakan ingin mempelajari pengelolaan peternakan besar di Australia.
"Di Indonesia modelnya berupa peternakan intensif, makanya saya ingin belajar bagaimana model mustering (penggembalaan ternak dalam skala besar)," kata Offi kepada wartawan ABC Daniel Fitzgerald.

Sabtu, 02 April 2016

SAPI KUPANG MASUK KE JAKARTA DENGAN JUMLAH YA CUKUP BESAR UNTUK SIAP DIPOTONG



ernak jenis sapi Bali jantan sebanyak 353 ekor asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), masuk ke DKI Jakarta mulai Jumat (11/12) melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ternak sapi tersebut memiliki rata-rata bobot hidup 250-350 kilogram (kg) atau setara 125 kg daging sapi per ekor. Sapi-sapi tersebut akan memenuhi kebutuhan daging sapi di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Pemasukan sapi lokal dari luar Jawa ini adalah bagian dari komitmen pemerintah provinsi produsen ternak sapi dengan DKI Jakarta. Yakni, kerja sama pasokan ternak sapi untuk daerah konsumen, Jabodetabek. Pengangkutan ternak sapi tersebut dilakukan pada Minggu (6/12) menggunakan kapal pengangkut ternak KM Camara Nusantara I, berlayar perdana pukul 01.00 WITA dari Pelabuhan Tenau Kupang, NTT.
Pengawalan ternak selama perjalanan dari Kupang menuju Jakarta dilakukan oleh petugas kesehatan hewan sebanyak tujuh orang, yang berasal dari BBVet Denpasar sebanyak 5 orang, dan dari Karantina Pertanian Kelas I Kupang sebanyak dua orang
Dalam keterangan Kementerian Pertanian (Kementan) yang diterima redaksi, pagi ini, kapal pengangkut ternak KM Camara Nusantara I memiliki 500 ruang untuk sapi dan memiliki standar internasional. Kapal tersebut akan terus dimanfaatkan untuk pengiriman ternak dari wilayah produsen ternak, seperti NTT, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Jawa Timur, ke daerah konsumsi Jabodetabek.
Powered By AlbireoPemanfaatan tol laut ke daerah konsumsi ini diharapkan dapat maksimal karena diyakini mampu menekan harga distribusi sapi. Harga bobot hidup sapi di NTT yang dikirim ke Jakarta adalah Rp 30 ribu per kg berat hidup. Pembelian ternak dari NTT ke DKI Jakarta dilakukan oleh Bulog yang dalam hal ini diwakili oleh Dolog. Ternak selanjutnya akan dikirim ke kandang ternak lokal di Jalan Andini Sakti Desa Gandasari kecamatan Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, milik Perum Bulog. Pemulihan ternak akan dilakukan selama dua hari di kandang penampungan Dolog. Ternak sapi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pembeli sebagai sapi bakalan dan siap potong.
Seperti diketahui, pemerintahan Presiden Joko Widodo mendorong upaya optimalisasi untuk menata distribusi ternak sapi nasional dan perbaikan tata niaga dengan memanfaatkan kapal angkut khusus ternak. Dengan demikian, ternak sapi dari NTT tidak lagi diangkut dengan kapal barang atau truk dengan jarak yang sangat panjang. Pemanfaatan kapal khusus ternak yang menghubungkan antar pulau atau yang disebut tol laut itu diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan sapi di daerah konsumsi oleh daerah sentra produksi.
Sementara itu, Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu mengatakan, pihaknya masih memiiliki banyak daging sapi. Daging sapi sekitar 2 ribu ton asal Selandia Baru sudah berada di gudang stok Bulog. Hingga saat ini, daging tersebut belum dipasarkan. Pemerintah belum memerintahkan operasi pasar (OP) untuk daging sapi. “Kalau diperintahkan OP, kami akan turun. Yang jelas ada 2 ribu ton daging dari Selandia Baru. Lalu, kami juga ditugaskan untuk mengelola sapi lokal yang masuk dari NTT," kata Wahyu





Senin, 28 Maret 2016

Kandungan Nutrisi Daging Kelinci dan Manfaatnya untuk Kesehatan



elinci merupakan salah satu hewan peliharaan yang memiliki tampang yang lucu dan gampang dalam proses perawatannya. Bahkan kelinci ini dapat dijadikan sebagai hewan ternak yang mampu menghasilkan pundi-pundi uang bagi para pebisnis, dengan memanfaatkan dagingnya serta bulu-bulunya yang halus sehingga membuat hewan imut ini menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Maka tidak heran, saat ini sudah banyak restoran atau kedai makanan yang menawarkan daging kelinci sebagai menu andalannya.
Daging kelinci memang memiliki manfaat besar bagi kesehatan, hal ini karena dalam daging kelinci terkandung sejumlah nutrisi atau gizi yang baik untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Ingin tahu kandungan nutrisi dalam daging kelinci? Berikut ulasannya.
Dalam porsi 3 ons daging kelinci hanya terkandung 167,5 kalori, yang mana lebih rendah dari kandungan kalori pada daging sapi yakni sebesar 259,3 kalori, sehingga konsumsi daging kelinci ini sangat sehat untuk memenuhi kebutuhan diet Anda.
Powered By AlbireoDaging kelinci relative rendah lemak, dalam 3 ons daging kelinci hanya memiliki 6,8 gram lemak. Dibandingakan daging sapi yang memiliki 18,3 gram lemak dalam porsi yang sama. Selain itu, daging kelinci juga hanya mengandung 69,7 miligram kolestrol pada porsi 3 ons. Seperti diketahui, tubuh kita memang membutuhkan zat kolestrol yang diperlukan untuk pembentukan sel, namun disarankan untuk tidak mengkonsumsi lebih dari 300 miligram kolestrol per hari, tujuannya untuk menghindari masalah kesehatan akibat kolestrol tinggi.
Dalam 3 ons daging kelinci menyediakan 24,7 gram macronutrient, yaitu protein yang dapat memberikan kontribusi besar terhadap kebutuhan harian. Protein dapat memasok energi untuk membantu membangun otot guna mempertahankan fungsi sistem kekebalan tubuh. Jika tubuh kekurangan protein dapat menyebabkan makan berlebih, maka untuk menangkal rasa lapar dibutuhkan jumlah protein berkisar antara 10 – 20 persen dari kalori harian Anda.
Sebenarnya terdapat banyak kandungan nutrisi pada daging kelinci seperti vitamin B-12 untuk membantu pembentukan sel-sel darah merah, serta vitamin B-3 untuk membantu mengubah karbohidrat menjadi energi dan pembentukan hormon seks.






DAGING KELINCI RENDAH KOLESTEROL

Daging kelinci memiliki kadar
kolesterol yang rendah, sehingga
aman untuk penderita darah tinggi
dan sakit jantung. Kemudian untuk
menjaga kolesterol tetap rendah,
umumnya daging kelinci tidak
digoreng (Dengan minyak goreng,
dll.). Karena untuk menjaga tingkat
kolesterol yang rendah, perlu
mempertimbangkan bahan atau
komponen memasak yang juga
memiliki tingkat kolesterol rendah.
Kadar kolesterol yang rendah tidak
mengurangi kelezatan daging
kelinci.
Rasa, tekstur, dan warna daging
kelinci mirip dengan daging ayam.
Tapi daging ayam yang banyak
dikonsumsi masyarakat Indonesia,
berasal dari ayam ras yang aroma
dagingnya kurang sedap. Sedangkan
kelezatan daging kelinci, lebih mirip
dengan daging ayam kampung, tapi
lebih empuk.
Makanan utama ternak kelinci
adalah hijauan (Sayuran, dedaunan,
dll.) dan tidak disuntik macam-
macam obat, yang membuat daging
kelinci tidak mengandung residu
dari obat-obatan yang disuntikkan.
Daging Kelinci Kaya Senyawa Aktif
Sebelum membedah apa saja
manfaat daging kelinci, penting
untuk mengetahui komponen
senyawa yang tersimpan di dalam
daging kelinci. Secara umum, daging
kelinci tersusun dari serat-serat
halus yang membuatnya lezat.
Kandungan airnya sebanyak 67,6%
yang juga lebih tinggi ketimbang
daging ayam. Lemak pada daging
kelinci sebanyak 75 gram per
kilogram dan lemak ini didominasi
oleh lemak tak jenuh yang sangat
baik bagi tubuh Anda. Keunggulan
lainnya dari daging kelinci adalah
kandungan protein yang jumlahnya
lebih tinggi dibandingkan daging
ayam dan daging merah lainnya.
Kolesterol pada daging kelinci
sebesar 1,39 mg/kg dan natrium
sebesar 399 mg/kg.
Sehat Dengan Daging Kelinci
Berdasarkan kompleksitas kandungan
senyawanya, daging kelinci terbukti
baik bagi tubuh. Manfaat paling
utama adalah sumber protein yang
baik bagi tubuh Anda. Karena
itulah daging kelinci sangat baik
dikonsumsi oleh anak-anak dalam
usia pertumbuhan, sebab pasokan
proteinnya dapat mendorong
pertumbuhan mereka. Daging kelinci
juga sangat baik untuk para lansia
untuk memelihara kesehatan
mereka. Manfaat lain dari daging
kelinci adalah untuk penderita asma
(Baca: Penyempitan saluran
pernapasan). Senyawa molekul yang
ditemukan dalam kelinci, bisa
meredakan bahkan melenyapkan
penyakit asma . Bagian yang paling
berkhasiat adalah organ hati kelinci .
Cara terbaik untuk mengolahnya
yaitu dengan cara direbus. Hal ini
akan mempertahankan kandungan
gizi dari hati tersebut.
Selain untuk penderita asma,
kabarnya daging kelinci juga sangat
baik bagi kesuburan wanita juga
vitalitas pria. Bagi wanita, organ
yang bermanfaat adalah pada
bagian otak kelinci. Sementara bagi
pria, fungsi penguat vitalitas itu ada
pada jumlah proteinnya.
Istimewanya, protein ini sangat
mudah diserap tubuh sehingga bisa
menghasilkan energi lebih baik. Hal
ini yang membuat orang terasa
bugar dan fit setelah mengkonsumsi





Minggu, 27 Maret 2016

Penggemukan Sapi Potong Sistem Modern









Penggemukan Sistem Intensif

Berdasarkan kajian oleh Lembaga Studi Pembangunan Peternakan Indonesia (LSPPI), sektor peternakan nasional baru mampu menopang 61% kebutuhan daging dalam negeri. Hasil analisis tenyata jumlah ternak sapi dan kerbau yag dipotong pada tahun 2011 diprediksi hanya 1,861juta ekor. Berdasarkan analisis sederhana pada tahun 2011, produksi dalam negeri baru baru bisa memasok  61,88% kebutuhan daging. Sisanya, pasokan daging dibantu oleh impor sapi bakalan 18,75 %  dan impor daging 19,37 %,”.
Kondisi tersebut menunjukan usaha penggemukan sapi potong masih sangat potensial untuk dikembangkan. Usaha penggemukan memiliki keuntungan ganda, yaitu keuntungan diperoleh dari usaha penggemukan itu sendiri dan keuntungan dari kotoran yang dihasilkan. Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi sistem penggemukan pada ternak sapi adalah teknik pemberian pakan / ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukkan, serta lama penggemukan. Di luar negeri, terdapat berbagai sistem penggemukan sapi antara lain sistem pasture fattening, dry lot fattening, dan kombinasi keduanya, sedangkan di Indonesia dikenal dengan sistem kereman atau sistem paron (Timor).
Sistem penggemukan sapi yang paling efisien dan menguntungkan adalah penggemukan sapi intensif atau disebut dibeberapa daerah disebut dengan sistem kereman. Penggemukan dengan cara ini memiliki keuntungan yaitu, disamping dapat meningkatkan nilai jual sapi juga akan memberikan nilai tambah terhadap kotoran ternak atau pupuk kandang yang dihasilkan. Usaha pemeliharaan sapi secara intensif telah banyak dilakukan oleh para petani di Indonesia terutama pada daerah-daerah yang mempunyai ketersediaan hijauan dan limbah pertanian serta agroindustri yang cukup dan dekat dengan pasar ternak.Sistem penggemukan sapi potong dengan cara intensif dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.    Sapi dipelihara dalam kandang terus menerus dan tidak digembalakan. Ternak sapi        hanya sewaktu-waktu dikeluarkan, yakni pada saat membersihkan kandang dan sapi.
2.    Semua kebutuhan ternak, baik berupa pakan dan air minum harus disediakan oleh peternak sesuai dengan kebutuhannya. Pakan yang diberian berupa campuran rumput, leguminosa dan makanan penguat (konsentrat).
3.    Sapi penggemukan tidak untuk dijadikan tenaga kerja, hal ini bertujuan agar makanan yang dikonsumsi sepenuhnya diubah menjadi daging dan lemak sehingga pertumbuhan bobot badan meningkat secara cepat.
4.    Agar lebih optimal dalam memanfaatkan nutisi, sapi harus terbebas dari penyakit cacingan. Oleh karena itu, pada awal masa penggemukan, ternak sapi terlebih dahulu diberikan obat cacing.
5.    Jika diperlukan, untuk meningkatkan palatabilitas/nafsu makan perlu diberikan molases dan vitamin.
6.    Lama penggemukan berfariasi tergantung kualitas pakan yang diberikan dan dari kondisi awal dan bobot sapi yang digemukan. Biasanya berkisar 3 – 10 bulan.
Syarat Pakan Ternak Sapi
 1.Hendaknya cukup mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu : protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
2.  Disukai ternak (palatabilitas tinggi).
3.  Bersih dan tidak tercemari kotoran atau bibit penyakit. Hindari mengambil atau memanen rumput pagi hari sebelum matahari terbit karena biasanya sangat rentan terdapat telur cacing.
4.  Tidak boleh dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan).
5.  Hindari pakan berembun yang dapat menyebabkan  kembung/kejang perut (timpani) pada ternak.
Mengenal Jenis Pakan Sapi Potong
1.    Pakan Hijauan
Bahan pakan utama ternak sapi penggemukan adalah dalam bentuk hijauan yaitu berasal dari rumput unggul, rumput lokal, leguminosa, limbah pertanian dan agroindustri. Beberapa contoh hijauan pakan unggul berupa rumput yang dapat dibudidayakan adalah rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, rumput mexico dan lain-lain, sedangkan hijauan pakan unggul berupa daun-daunan adalah leguminosa (kacang-kacangan seperti centro, siratro, lamtoro/petai cina dan gamal). Hasil sampingan tanaman pertanian (limbah pertanian) yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi adalah jerami padi, jerami kacang tanah, kacang kedele, pucuk jagung muda dan lain-lain.
Selama ini pohon lamtoro dimanfaatkan sebagai tanaman pagar, tanaman pelindung, kayu bakar, pupuk hijauan dan pencegah erosi serta daunnya dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan bagi ternak yang diberikan dalam bentuk segar. Daun lamtoro dapat diberikan sampai 20 % dari hijauan pakan dan dalam pemberiannya dicampur dengan hijauan lain. Lamtoro dipanen setelah berumur 6 – 9 bulan dengan cara pemangkasan. Lamtoro dapat ditanam dengan jarak 0,5 – 1 m. Selain lamtoro, tanaman pagar yang sangat potensial adalan daun gamal.
Daun gamal cukup potensial sebagai sumber pakan sapi

Pada penggemukan sapi secara intensif dimana ternak dikandangkan terus menerus sangat memerlukan ketersediaan hijauan dalam jumlah cukup dan memiliki nilai gizi yang baik. Sehingga pemberian rumput lapangan saja sudah tidak memungkinkan lagi mengingat ketersediaannya sangat dipengaruhi musim serta semakin terbatasnya padang penggembalaan, disamping itu nilai gizi rumput lapangan yang sangat rendah.
Sebagai alternatif penyediaan pakan sepanjang tahun dianjurkan dengan menanam hijauan pakan ternak dengan sistem 3 (tiga) strata. Sistem tiga strata merupakan suatu pola tanam hijauan pakan ternak yang ditujukan untuk menyediakan pakan sepanjang tahun. Susunan 3 strata yang dimaksud adalah:
a.    Strata – 1 : Terdiri dari tanaman rumput potong (rumput gajah (Pennisetum purpureum), Panicum maxcimum, Andropogon gayamus, Setaria Sp dan lain-lain)
b.    Strata – 2 : Terdiri dari tanaman hortikultura/tanaman pangan
c.    Strata – 3 : Terdiri dari legum pohon (sengon, waru, lamtoro, gamal). Selain untuk pakan pada musim kemarau panjang, tanaman tersebut juga dapat digunakan sebagai tanaman pelindung dan pagar kebun maupun kayu bakar.



Melipatgandakan Keuntungan
Selain metode intensif atau kereman dengan pakan yang baik. Penggemukan harus didukung dengan pemasaran yang baik. Percuma menggemukan sapi jika tidak bisa memasarkan, ujung-ujungnya akan rugi. Untuk itu, agar keuntungan maksimal dan berlipat, maka waktu penggemukan sapi harus diperhitungkan secara baik agar saat panen harga jual sapi sedang maksimal. Biasanya, momen yang baik untuk menjual sapi adalah saat hari besar keagamaan seperti hari Idul Fitri dan Idul Adha. Dengan demikian, jika mau memulai menggemukan sapi mulailah memelihara 3-10 bulan sebelum momen tersebut tergantung lama penggemukan yang diinginkan. Selain itu, usahakan menjual sapi ke konsumen secara langsung serta pilihlah sapi yang disukai dan berharga mahal di daerah setempat. Pilihan jenis sapi hendaknya disesuaikan dengan potensi pakan dan kemampuan adaptasi di daerah setempat agar pertambahan bobot badannya maksimal.
Back To Top












Jerami padi. Dapat ditingkatkan nutrisinya dengan fermentasi

Selain itu, lokasi peternakan hendaknya didekatkan dengan lokasi sumber pakan alternatif seperti daerah persawahan atau perkebunan sehingga mudah memanfaatkan limbah pertanian maupun perkebunan. Meskipun memiliki kandungan nutrisi relatif terbatas, limbah pertanian atau perkebunan sangan potensial sebagai sumber pakan sapi potong. Upaya peningkatan nilai nutrisi dapat dilakukan dengan cara fermentasi sehingga selain meningkat kandungan nutrisinya juga akan meningkatkan palatabilitasnya.
2.    Pakan Penguat (Konsentrat)
Konsentrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkapi kekurangan gizi dari hijauan pakan ternak. Bahan pakan konsentrat yang dapat diberikan pada ternak sapi antara lain dedak padi, bungkil kelapa, jagung giling, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas kecap, dan lain-lain.
Campuran bahan pakan konsentrat yang diberikan pada ternak sangat tergantung kepada harga dan ketersediaan bahan pakan di sekitar lokasi usaha penggemukan ternak sapi. Dari berbagai hasil penelitian dan pengalaman peternak beberapa formulasi pakan konsentrat yang dapat diberikan pada penggemukan sapi potong diantaranya adalah :
1)    Campuran 70 % dedak padi dan 30 % bungkil kelapa, kemudian ditambahkan dengan 0,5 % tepung tulang dan 1 % garam dapur.
2)    Campuran 2 bagian dedak + 1 bagian bungkil kelapa + 1 bagian jagung. Selanjutnya ditambahkan tepung tulang dan garam dapur sebanyak 1 – 2 % kedalam campuran pakan tersebut.
3)    Campuran 70 % dedak padi + 25 % bungkil kelapa + 5 % jagung giling, kemudian ditambahkan 1 % tepung tulang dan garam dapur.

Pemberian Pakan Sapi
Pakan yang diberikan pada ternak sapi penggemukan diarahkan untuk mencapai pertambahan bobot badan yang setinggi-tingginya dalam waktu relatif singkat. Untuk itu pemberian pakan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan ternak baik dari segi kuantitas maupun nilai gizinya. Pakan hijauan diberikan pada sapi sebanyak 10 – 12 % dan pakan konsentrat 1 – 2 % dari bobot badan sapi.
Pemberian hijauan dapat dilakukan 3 kali sehari yakni pada pukul 08.00 pagi, 12.00 siang dan pukul 17.00 sore hari, sedangkan pakan konsentrat diberikan pagi hari sebelum pemberian hijauan namun disarankan memberi sedikit pakan hijauan sebelum memberi konsentrat untuk merangsang keluarnya liur yang berfungsi sebagai buffer sehingga menjaga lambung sapi agar tidak asam.
Ketersediaan air minum untuk ternak sapi adalah hal yang tidak kalah penting diperhatikan. Kebutuhan air minum bagi sapi sebanyak 20 – 40 liter/ekor/hari, namun sebaiknya diberikan secara ad libitum (tidak terbatas).
Cara penyajian pakan hijauan pada ternak sebaiknya dicincang pendek-pendek agar lebih mudah dikonsumsi. Kemudian hasil cincangan rumput dibagi menjadi 6 bagian (untuk pagi 1 bagian, siang 2 bagian, dan sore sebanyak 3 bagian)




Selasa, 22 Maret 2016

Pengakuan Pengusaha Sapi Soal Alasan Impor dari Australia

Pengakuan Pengusaha Sapi Soal Alasan Impor dari Australia

Lani Pujiastuti - detikfinance
Minggu, 21/06/2015 16:05 WIB

Pengakuan Pengusaha Sapi Soal Alasan Impor dari Australia
Jakarta -Australia merupakan pemasok utama daging beku dan sapi hidup ke Indonesia yang jumlahnya ratusan ribu ekor per tahun. Selain Australia, ada negara-negara lainnya yang bisa memasok ke Indonesia, namun Australia tetap jadi pilihan utama.

Presiden Direktur PT Tanjung Unggul Mandiri (TUM) Buntoro Hasan, mengatakan sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penggemukan sapi, ia mengatakan soal harga sapi di Indonesia dengan negara lain, sangat tergantung negara asal sapi impornya.

Ia mengatakan harga daging sapi di ASEAN yang diimpor dari India, harganya paling murah. Namun Sapi dari India belum bebas dari penyakit mulut dan kuku, sehingga jauh lebih murah.

"Indonesia melarang impor dari India," kata Buntoro.

Buntoro mengatakan pihaknya lebih memilih mengimpor sapi dari Amerika, Selandia Baru dan Australia. Alasannya di ketiga negara tersebut sapinya telah dijamin kesehatannya. Namun dari sisi biaya transportasi, paling murah dari Australia dibanding Amerika dan Selandia Baru.

"Makanya kita impor paling banyak dari Australia," kata Buntoro Hasan.

Pemilik PT TUM Wilson Hasan mengatakan luas areal feedloter PT Tanjung Unggul Mandiri seluas 60 hektar. Ia menggemukan sapi khususnya yang berasal dari impor. Sapi impor berasal dari Australia bagian utara, jenis sapi Brahman.

"Kami datangkan sapi impor untuk digemukkan, sapi yang diimpor berumur 120 hari. Bobot awal masuk 300 kg lalu nanti dijual kembali saat bobot 460 kg," katanya.

Kapasitas PT TUM dapat menampung 48.500 ekor namun saat ini terisi 23.000 ekor sapi impor. "Stok untuk lebaran, cukup. Kami siapkan sapi dan terus datangkan jika ada kebutuhan," jelas Wilson.

Ketergantungan impor ternak hidup sapi dan daging sapi beku Indonesia dari Australia dan Selandia Baru cukup tinggi. Alasannya karena Indonesia menganut sistem country based yang hanya bisa memasukan ternak hidup dan produk ternak dari negara yang bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK).

Indonesia sejatinya bisa memasukan ternak hidup dan produk ternak seperti dari Amerika Serikat dan Prancis, kedua negara itu juga masuk ke dalam country based. Memang Australia dan Selandia Baru memiliki keunggulan karena jarak yang lebih dekat dari Indonesia.

Ada 66 negara (termasuk Indonesia, Australia dan Selandia Baru) yang memberlakukan aturan country based atau bebas dari PMK, 66 negara itu adalah:

Albania, Austria, Belarus, Belgia, Belize, Bosnia dan Herzegovina, Brunei, Bulgaria, Canada, Chile, Costa Rica, Croatia, Cuba, Cyprus, Republik Ceko, Denmark, Republik Dominika, El Savador, Estonia, Finlandia, Macedonia, Prancis, Jerman, Guetemala, Guyana, Haiti, Honduras, Hungaria, Islandia, Irlandia, Italia, Jepang, Latvia, Lesotho, Lithuania, Luxemburg, Madagaskar, Malta, Mauritius, Maxico, Montenegro, Belanda, New Caledonia, Nicaragua, Norwagia, Panama, olandia, Portugal, Rumania, San Marino, Serbia, Singapura, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swiss, Swedia, Ukraina, Inggris, Amerika Serikat dan Venezuela.

Konsumsi daging sapi di Indonesia per tahun mencapai 4 juta ekor dari impor dan lokal. Sebanyak 4 juta ekor sapi itu setara dengan 600.000 ton daging sapi. Sebanyak 85% kebutuhan daging dipasok dari sapi lokal, sedangkan 15% lainnya adalah impor.

(hen/hen) 

Kamis, 17 Maret 2016

Potensi Penggemukan dan Breeding Sapi Sumba Ongole

Sapi SO : Potensi Penggemukan dan Breeding Sapi Sumba Ongole 

Sapi Sumba Ongole (SO) Sapi  Unggul Untuk Penggemukan
Selama ini sepertinya banyak pengusaha penggemukan sapi  yang terlena dengan  sapi import terutama Brahman Cross. Memang sepertinya tidak ada yang salah dengan hal ini karena sapi BX mempunyai keunggulan dalam penambahan Gain yang tinggi dimana ADG bisa mencapai 1,5 kg per hari sementara sapi lokal hanya berkutat pada angka ADG 0,7 – 0,8 kg/hari.
Sapi Sumba Ongole (SO)
Powered By AlbireoTetapi sebenarnya Indonesia memiliki satu jenis sapi “unggul” yang belum begitu tersentuh teknologi penggemukan sapi secara modern yaitu sapi Sumba Ongole (SO). Sumba Ongole (SO) adalah sapi ongole asli Indonesia berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur dengan perawakan seperti sapi ongole (Jawa), warna asli putih, memiliki rangka dan perfoma produksi yang lebih baik dari sapi ongole. Frame yang tinggi panjang, bertanduk, perototan dan pertulangan kuat.

Sapi-sapi ongole asal India dimasukkan kali pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Pulau Sumba, pada awal abad ke 20, sekitar tahun 1906-1907. Dari empat jenis sapi, yang dimasukkan ke Sumba saat itu, yaitu sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, dan sapi Ongole, ternyata hanya sapi Ongole yang mampu beradaptasi dengan baik dan berkembang dengan cepat, di pulau yang panjang musim kemaraunya ini. Sekitar tujuh atau delapan tahun kemudian, pada tahun 1914, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Pulau Sumba sebagai pusat pembibitan sapi Ongole murni. Upaya ini disertai dengan memasukkan 42 ekor sapi ongole pejantan, berikut 496 ekor sapi ongole betina serta 70 ekor anakan ongole.
Di daerah asalnya sapi SO  ini dipelihara dalam lahan penggembalaan (ranch) dengan panasnya sinar matahari di area ribuan hektar, pemilik sapi biasanya memiliki ratusan ekor sapi dan menandai sapinya dengan sobekan di telinga atau dengan cap bakar di paha.
Kelebihan pemeliharaan system ranch di sana adalah mendukung pembentukan rangka yang panjang karena sapi bisa exercise dengan cukup, mendapatkan vitamin D cukup dari sinar matahari, dan mendapatkan sebagian mineral (Ca) dari tanah atau bebatuan di sekitar ranch. 

Powered By AlbireoKelemahan dari system ranch adalah tingginya kejadian inbreeding, recording reproduksi dan produksi relatif susah, susahnya kontrol penyakit parasiter (cacing), sapi kecil akan selalu kalah dalam kompetisi perebutan pakan.
Pada musim kemarau, ranch akan sangat kekurangan air, akibat dari asupan air yang rendah akan terjadi kekurangan rumput, rendahnya perfoma reproduksi dan produksi, meningkatnya kematian pedet karena susu induk yang kurang mencukupi. Kurangnya rumput dan air pada musim kemarau menyebabkan menurunnya kondisi fisik sapi sehingga kejadian penyakit meningkat seperti demam tiga hari (Bovine Epiferal Fever), kekurusan (skinny) dan weakness (kelemahan). Saat musim kemarau terjadi peningkatan kejadian masuknya benda asing (kain, plastik, kayu, lidi, paku, kawat) ke dalam tubuh sapi yang dapat mengganggu fungsi alat pencernakan, jantung, paru paru dan system organ lain.
Ciri-ciri dan Penampilan FisikSapi SO
Secara fisik Sapi Sumba Ongole mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  • Warna kulitnya putih, disekitar kepala sedikit lebih gelap cenderung abu-abu.
  • Postur tubuhnya agak panjang, leher sedikit pendek dan kaki terlihat panjang.
  • Memiliki punuk besar dan bergelambir (lipatan-lipatan kulit yang terdapat dibagian bawah leher dan perut).
  • Punuk tumbuh lurus dan berkembang baik pada ternak jantan
  • Telinganya panjang dan menggantung.
  • Kepala relatif pendek dengan profil melengkung, mata besar dan tenang.
  • Kulit disekitar lobang mata berwarna hitam selebar ± 1 cm.
  • Tanduk sapi betina lebih panjang dari pada sapi jantan.
  • Tinggi sapi ongole jantan berkisar 150 cm dengan berat badan mencapai 600 Kg. Sementara itu, sapi betina memiliki tinggi badan berkisar 135 cm dan berat badan 450 Kg.

ongole dapat mencapai 0,9 Kg per hari dengan kualitas karkas mencapai 45 – 58%. Rasio daging dengan tulangnya adalah 1 : 423, sapi ongole termasuk lambat untuk mencapai dewasa, yaitu sekitar umur 4 – 5 tahun. 
Hasil penelitian Ngadiono (1995) Sapi Sumba Ongole yang dipelihara dengan intensif dapat memiliki rataan pertambahan bobot badan harian sebesar 0,85+0,01 kg/ekor/hari. Kemampuan mengkonsumsi bahan kering pakan sebesar 8,49 kg/ekor/hari atau konsumsi bahan keringnya sebesar 2,38% dari bobot badan.
Selanjutnya dinyatakan pula bahwa dengan konsumsi bahan kering tersebut, sapi Sumba Ongole dapat mengkonversi pakan sebesar 10,60 kg bahan kering pakan/kg pertambahan bobot badan. Nilai rataan pertambahan bobot badan tersebut masih lebih rendah dari hasil penelitian Nugroho (2008) yang juga menggunakan Sapi Sumba Ongole dengan sistem pemeliharaan secara intensif yaitu, sebesar 1,29 kg/ekor/hari. 
Reproduksi Sapi Sumba Ongole
Betina kawin pertama umur 18 bulan, beranak pertama umur 30 bulan, jantan kawin pertama umur 30-36 bulan. Aktivitas reproduksi induk Sapi Sumba Ongole cepat kembali normal setelah beranak, sedangkan jantannya memiliki kualitas semen yang baik. 
Beberapa Keunggulan Sapi Sumba Ongole antara lain
  • Sapi Sumba Ongole sangat cocok dikembangkan di daerah yang memiliki keterbatasan hijauan pakan, dikarenakan sapi ini menyukai pakan kering atau jerami serta berbagai jenis pakan awetan
  • Mampu bertahan pada suhu tinggi (40ยบ C) dengan kondisi pakan yang berkualitas rendah.
  • Bobot badan besar, sehingga jumlah daging yang dihasilkan lebih besar.
You May Also Like

Powered By AlbireoPotensi Penggemukan Sapi  SO 
Sapi SO untuk penggemukan karena memiliki beberapa keuntungan seperti:
Sapi SO mudah beradaptasi dengan pakan penggemukan dengan sistem koloni, sapi dalam koloni baru dalam pen akan cepat mengenal kawan dalam satu koloni, tidak banyak terjadi perkelahian antar sapi (hanya 1-2 hari). 
Tahap awal penggemukan dimulai dari penimbangan masing masing sapi untuk menentukan grade berdasarkan berat badan, pen, dan target pakan. Pemberian multi vitamin dan obat cacing sangat membantu meningkatkan kecernaan pakan yang dikonversi menjadi daging. Fase pakan dibedakan menjadi 3 yaitu starter (DOF 1 – 10), grower (11-60 hari), dan Finisher (60 hari – waktu jual). Persentase hijauan tinggi pada saat starter dan akan terus dikurangi sampai finisher/waktu jual, pakan konsentrat diberikan sebaliknya yaitu dari sedikit dan meningkat secara bertahap.
Sapi SO yang  mempunyai rangka yang panjang panjang dan bobot badan awal 400 – 600 kg (masuk dalam kelas Heavy – ekstra Heavy). Kecilnya angka penyusutan karena transportasi (< 2%) dan average feed intake yang selalu meningkat dari hari ke hari (2,3 % – 2,6 % dry matter intake) menghasilkan perfoma yang luar biasa. 

Dalam jangka waktu pemeliharaan (Days On Feed) 90 hari SO jantan, akan didapatkan kenaikan berat badan 1.6 – 2.0 kg / ekor/ hari, dan rata rata karkas yang dihasilkan di atas 52.5%. Para jagal dan penjual daging sangat menyukai hasil panen penggemukan SO karena selain % karkas tinggi juga tekstur daging yang padat, sedikit atau tanpa lemak dan kematangan daging (berwarna merah yang sangat pas untuk produksi bakso. 



d By AlbireoSekarang ini sapi bakalan SO dari Sumba relative lebih kecil kecil (250 kg) dan kondisi badan yang kurang ideal. Sapi dengan berat 250 – 300 kg ini termasuk dalam kategori light – ekstra light, membutuhkan waktu pemeliharaan yang lebih lama yaitu di atas 120 hari. Kenaikan berat badan yang dihasilkan lebih rendah hanya sekitar 1.0 – 1.1 kg/ekor/hari, begitu juga karkas yang didapatkan hanya 50% saja.

Potensi Pengembang biakan SO (Breeding)

Pengembangbiakan sapi SO secara intensif ditujukan untuk pemurnian dan masih menggunakan perkawinan alami. Sapi SO memiliki perfoma reproduksi yang sangat baik, hasil budidaya yang kami dapatkan kebuntingan > 90 % dengan rataan perkawinan 1-2 kali, masa produktif sampai 10 tahun, jarak antar kelahiran 12 – 13 bulan. 
Dalam perkembangan transfer embrio, sapi SO berreaksi sangat memuaskan terhadap superovulasi pada produksi embrio seperti yang pernah kami lakukan menghasilkan 20 buah embrio fertile kualitas excellent. Perfoma keturunan yang dihasilkan meliputi pertumbuhan yang lebih cepat, pada keturunan betina akan mencapai masa pubertas pada umur 13 bulan dengan berat badan 280 kg, dan berat badan indukan bisa mencapai 500kg. Pada beberapa pengamatan pemeliharaan, sapi SO tingkat reproduksinya sangat jelek di daerah yang dingin di dataran tinggi.
Pemberian pakan untuk breeding tidak membutuhkan pakan dengan kualitas terbaik. Hal ini selain untuk memperkecil biaya untuk produksi pedet juga karena sapi SO memiliki kecernaan yang baik terhadap pakan yang diberikan. Pakan untuk pemeliharaan sapi breeding yang kami berikan meliputi konsentrat 1- 3 kg ( protein kasar 10-11 %, TDN 65% ) dan rumput lapangan atau jerami fermentasi dengan sedikit supplement vitamin E dan Selenium sudah sangat mencukupi.
Penelitian Tentang Sapi Sumba Ongole (SO)
Faktor utama yang menentukan keberhasilan usaha penggemukan sapi potong adalah tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan pakan. Pakan yang digunakan dalam usaha penggemukan terdiri atas konsentrat dan hijauan yang pemberiannya berbeda-beda tergantung dari kebutuhan sapi dan kemampuan menyediakan bahan pakan tersebut. 
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kombinasi pemberian pakan yang paling optimum dengan imbangan hijauan dan konsentrat yang berbeda pada sapi Sumba Ongole dengan penampilan produksi sebagai indikatornya. Penampilan produksi tersebut terdiri atas rataan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian, lingkar dada, tebal lemak pangkal ekor, bobot karkas panas, persentase karkas, dan rataan rasio konversi pakan.

Penelitian yang dilakukan di PT Karya Anugerah Rumpin ini menggunakan ternak sapi potong Sumba Ongole (SO) draft Medium yang berumur antara 2,5–3 tahun dengan kisaran berat hidup 300-409 kg/ekor. Perlakuan yang diamati dalam penelitian ini adalah : Perlakuan P1 (sapi diberi pakan hijauan dan konsentrat pada hari penggemukan 1-10 dengan imbangan pemberian hijauan 50% dan konsentrat 50%; hari penggemukan 11-60 dengan imbangan pemberian hijauan 25% dan konsentrat 75%, hari penggemukan 61-90 dengan imbangan pemberian hijauan 0% dan konsentrat 100%), Perlakuan P2 (sapi diberi pakan hijauan dan konsentrat pada hari penggemukan 1-10 dengan imbangan pemberian hijauan 50% dan konsentrat 50%; hari penggemukan 11-60 dengan imbangan pemberian hijauan 25% dan konsentrat 75%, hari penggemukan 61-90 dengan imbangan pemberian hijauan 10% dan konsentrat 90%), dan Perlakuan P3 (sapi diberi pakan hijauan dan konsentrat pada hari penggemukan 1-10 dengan imbangan pemberian hijauan 50% dan konsentrat 50%; hari penggemukan 11-60 dengan imbangan pemberian hijauan 30% dan konsentrat 70%, hari penggemukan 61-90 dengan imbangan pemberian hijauan 10% dan konsentrat 90%).


Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan pada sapi Sumba Ongole dengan imbangan hijauan dan konsentrat yang berbeda tidak berpengaruh terhadap bobot potong, pertambahan bobot badan harian, lingkar dada dan tebal lemak pangkal ekor; tetapi berpengaruh terhadap bobot karkas panas dan persentase karkas. Sapi-sapi yang diberi ransum dengan rasio hijauan yang paling tinggi (Perlakuan P3) cenderung memiliki nilai konversi pakan yang paling baik, tetapi menghasilkan bobot karkas panas dan persentase karkas yang lebih rendah.
 
Pertambahan Bobot Badan Harian
Pertambahan bobot badan harian sapi pada ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05), hal ini disebabkan karena perbedaan imbangan pemberian hijauan dan konsentrat pada tiap perlakuan secara individu tidak berbeda jauh dan belum cukup memberikan perbedaan pertambahan bobot badan harian. 
Nilai rataan pertambahan bobot badan harian sapi yaitu, perlakuan P1 sebesar 0.97+0.092 kg/ekor/hari, perlakuan P2 sebesar 1.12+0.074 kg/ekor/hari, dan perlakuan P3 sebesar 1.09+0.072 kg/ekor/hari. Nilai ini secara umum seiring dengan besarnya rataan jumlah bahan kering pakan yang dikonsumsi, sehingga diduga tingkat konsumsi pakan merupakan faktor utama yang menentukan pertambahan bobot badan harian dari sapi. Nilai rataan pertambahan bobot badan harian sapi-sapi pada penelitian ini masih lebih tinggi jika dibandingkan hasil penelitian Ngadiono (1995), pada sapi SO yang dipelihara secara intensif dapat memiliki pertambahan bobot badan harian 0,85+0,01 kg/ekor/hari. Ngadiono (1995) menggunakan pakan berupa 85% konsentrat dan 15% hijauan (rumput raja), kandungan nutrisi konsentratnya adalah bahan kering sebesar 88,70%; energi metabolisme sebesar 2511,41 kkal /kg; protein kasar sebesar 12,76%; dan serat kasar 12,48%. 
Namun, nilai pertambahan bobot badan harian tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Nugroho (2008) yaitu pada sapi SO dapat mencapai pertambahan bobot badan harian sebesar 1,30 kg/ekor/hari. Nugroho (2008) menggunakan pakan berupa 95% konsentrat dan 5% hijauan (jerami padi amoniasi), kandungan nutrisi konsentratnya adalah bahan kering sebesar 89,65%; energi maintenance sebesar 1,315 Mkal/kg; protein kasar sebesar 12,45%; dan serat kasar 14,35%. Perbedaan nilai pertambahan bobot badan pada sapi Sumba Ongole yang digunakan pada ketiga penelitian tersebut diduga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan kualitas pakan yang diberikan pada sapi.
Pertambahan bobot badan harian rata-rata pada ternak sapi lokal menurut Sarwono dan Arianto (2003) adalah sebesar 0,30-0,75 kg/hari untuk sapi jenis PO atau SO; 0,35-0,66 kg/hari untuk sapi Bali, 0,25-0,60 kg/hari untuk sapi Madura. Hal ini berarti pertambahan bobot badan harian sapi dalam penelitian cenderung melebihi rata-rata pertambahan bobot badan harian sapi lokal pada umumnya. Pertambahan bobot badan harian sapi dalam penelitian yang cukup tinggi tersebut diduga disebabkan oleh adanya fenomena compensatory growth, karena sapi berasal dari peternakan dengan pemberian pakan yang terbatas kemudian digemukkan dengan pemberian pakan berkualitas lebih baik. Patterson et al. (1955) mengemukakan bahwa pada usaha feedlot, efisiensi pakan dari penerapan fenomena compensatory growth dapat dimanfaatkan dengan baik dengan memberikan pakan yang baik pada sapi yang menderita stress karena kekurangan pakan dan nutrisi. Sapi yang mengalami pertumbuhan kompensasi biasanya laju pertumbuhannya sangat tinggi melebihi pertumbuhan normal.
Hasil penelitian Basuki (2000) memberikan gambaran bahwa, sapi kurus yang berumur 2-3 tahun, jantan kastrasi, dan dalam kondisi yang sehat, setelah dimanipulasi dengan pakan yang nilai nutrisinya sama atau diatas kebutuhan, ternyata dapat mengalami pertumbuhan kompensasi, dengan pertambahan berat badan harian (PBBH) diatas normal (melebihi 0,9 kg/hari). Selanjutnya dinyatakan juga bahwa nilai konversi pakan pada sapi yang mengalami pertumbuhan kompensasi, ternyata lebih rendah atau lebih efisien dibanding sapi yang tidak mengalami pertumbuhan kompensasi.


Referensi
http://repository.ipb.ac.id
Drh. Joko Susilo, Penulis adalah Medis Veteriner , Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional III Lampung, Direktorat Kesehatan Hewan, Dirjennak Keswan, Kementrian Pertanian RI

http://dodymisa.blogspot.com 
http://www.infovet.com 
Sumber-sumber lain