Kamis, 29 Desember 2011

TEKNOLOGI PEMBUAT PAKAN SAPI POTONG

Teknologi Pembuatan Silase Jagung Untuk Pakan Sapi Potong PDF Cetak E-mail
Oleh Administrator   
Selasa, 13 April 2010 12:46
Pemanfaatan sumber daya pertanian tanaman pangan dalam bentuk limbah sebagai sumber pakan ternak merupakan langkah effisiensi mengatasi kekurangan produksi rumput. Limbah pertanian termasuk sumber hijauan in-situ yakni tersedia dalam jumlah melimpah dan mudah diperoleh. Sebagian besar limbah pertanian dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak sapi. Dari bermacam-macam limbah pertanian yang mempunyai potensi besar sebagai sumber hijauan adalah jerami jagung. 

Jerami jagung merupakan hasil ikutan bertanam jagung dengan tingkat produksi mencapai 4-5 ton/ha. Kandungan nutrisi jerami jagung diantaranya protein 5,56%, serat kasar 33,58%, lemak kasar 1,25, abu 7,28 dan BETN 52,32%. Dengan demikian, karakterisitik jerami jagung sebagai pakan ternak tergolong hijauan bermutu rendah dan penggunaannya dalam bentuk segar tidak menguntungkan secara ekonomis. Selain itu, jerami jagung memiliki kandungan serat kasar tinggi sehingga daya cernanya rendah. 

Kualitas jerami jagung sebagai pakan ternak dapat ditingkatkan dengan teknologi silase yaitu proses fermentasi yang dibantu jasad renik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Teknologi silase dapat mengubah jerami jagung dari sumber pakan berkualitas rendah menjadi pakan berkualitas tinggi serta sumber energi bagi ternak. 

Bangunan Dan Peralatan 

Tempat pembuatan silase jagung disebut Silo. Bentuk silo berupa bangunan berbentuk silinder atau bunker yang dapat ditutup rapat. Cara lain pembuatan silase yaitu dengan membuat lubang seperti sumur yang diberi alas plastik. Selain itu dapat juga digunakan drum yang terbuat dari plastik. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan silase antara lain alat pencacah hijauan, plastik atau bahan lain yang kedap udara. 

Bahan Baku 

Pembuatan Silase Bahan baku utama yaitu jerami jagung 1 ton (kadar air 60-70%) sedangkan bahan pencampur terdiri dari urea 2,5 kg, gula saka/molases 4 kg dan dedak halus 5 kg. 

Proses Pembuatan Silase Jagung 

Proses pembuatan silase dilaksankan beberapa tahap yaitu tahap fermentasi, pengeringan dan penyimpanan. 
  1. Tahap Fermentasi 
  • Jerami jagung yang telah dilayukan kadar air 60-70% dipotong-potong 3-5 cm 
  • Gula tebu dilarutkan dengan 12 liter air dengan cara diaduk atau direbus 
  • Jerami jagung yang telah dipotong dimasukkan kedalam tempat pembuatan dengan cara ditumpuk dan dipadatkan 
  • Pemberian urea, dedak halus dan larutan gula tebu dilakukan secara bertahap dan berlapis. 
  • Setiap ketebalan tumpukan berkisar 20 cm urea, dedak dan larutan gula tebu ditaburkan dan disiram secara merata. Demikian seterusnya sampai proses penumpukan selesai. 
  • Tumpukan kemudian ditutup rapat dengan menggunakan plastik atau bahan kedap udara dan tidak rembes air lalu diberikan beban diatasnya dengan menggunakan ban bekas atau karung berisi pasir 
  • Selama proses fermentasi tumpukan tidak perlu dibalik dan lindungi dari hujan dan sinar matahari langsung 
  • Proses pembuatan silase akan selesai 21 hari setelah proses penutupan. 
 2.  Tahap pengeringan

  • Tumpukan silase yang telah mengalami proses fermentasi, dikeringkan disinar matahari dan diangin-anginkan sehingga cukup kering sebelum disimpan pada gudang penyimpanan 
  • Setelah kering silase jerami jagung dapat diberikan pada sapi sebagai pakan substitusi rumput segar 
Ciri-ciri Silase Yang Baik 

Silase jagung berkualitas baik bila proses pembuatan dilakukan secara tepat dan benar. Ciri-ciri silase yang baik adalah :
  • Berbau harum agak kemanis-manisan 
  • Tidak berjamur 
  • Tidak menggumpal 
  • Berwarna kehijau-hijauan 
  • pH berkisar antara 4 sampai 4,5 
Keunggulan 

1. Mempunyai daya tahan simpan 
2. Menghemat waktu penyediaan hijauan makanan ternak 
3. Mengurangi polusi 
4. Disukai ternak 

Hak Cipta © 2011 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jl. Padang-Solok Km 40, Sukarami, kabupaten Solok, Sumatera Barat, Indonesia
Telp. (0755) 21054, 31122 fax. (0755) 31138   e-mail: sumbar_bptp@yahoo.com

Kamis, 15 Desember 2011

SAPI BISA MENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYRAKAT

Sapi Perah Untuk Mengentas Kemiskinan
Syamsul Hadi | Robert Adhi Ksp | Kamis, 15 Desember 2011 | 22:12 WIB

|
Share:
KOMPAS/HERU SRI KUMOR ILustrasi sapi perah
JEMBER, KOMPAS.com - Untuk mengurangi jumlah keluarga miskin yang banyak tersebar di daerah perkebunan, Pemerintah Kabupaten Jember mengajak PTPN XII dan Bank Indonesia memberdayakan masyarakat melalui program sapi perah. Untuk itu, Bank Indonesia Jember masih akan mencari pola yang cocok untuk penyaluran sapi perah kepada keluarga kurang mampu.

Sebab jumlah keluarga miskin di Jember sampai saat ini tergolong nomer tiga paling banyak di antara daerah kabupaten dan kota se Jawa T imur. Untuk itu, perlu pola untuk mengentas kemiskinan melalui bantuan atau program kemitraan antara antara pemerintah daerah, PTPN dan Bank Indonesia.

Hal ini diungkapkan Bupati Jember MZA Djalal kepada wartawan di Jember, Jawa Timur, Kamis (15/12/2011). "BI punya litbang yang juga berpartisipasi dengan kebijakan-kebijakan mikronya, melalui kajian sampai pada perencanaan bisnisnya," kata Djalal.

"Selama ini program pengentasan keluarga miskin banyak melalui bantuan ternak untuk penggemukan, ternyata banyak yang gagal karena banyak yang dijual. Ini berbeda kalau peternak memperoleh bantuan modal atau hibah dalam bentuk peningkatan produksi susu," kata MZA Djalal.

Sementara itu, julah rumah tangga miskin di Jember yang dapat bantuan raskin sebanyak 273.700 kepala keluarga. Ini kalau tidak diatasi secara nyata dengan pemberdayaan ekonmi kerakyatan, mereka akan terus terpuruk dan tak berdaya.

"Kami di sini punya potensi alam sangat memadai untuk pengembangan sapi perah. Ini bisa kerja sama dengan perusahaan susu Nestle atau Dancow. Pemda Jember siap jadi penjamin untuik mendapatkan kredit bagi peternak yang sungguh-sunggu, kalau PTPN dan BI ikut terlibat, maka beban pemda kan jadi ringan," kata Djalal.

Pemimpin Bank Indonesia Jember Pimpinan Bank Indonesia Jember Nur Zaenuddin mengaku, siap membantu untuk pengentasan kemiskinan dengan program pengembangan sapi perah.
"Kami sedang upayakan untuik membuat proposal mengenai pengentasan kemiskinan dengan program pengembangan sapi perah," kata Nur Zaenuddin

Senin, 12 Desember 2011

HARGA DAGING SAPI NAIK 20%

KONTAN/MURADI Ilustrasi
LANGKAT, KOMPAS.com — Harga daging sapi di pasar Stabat, Tanjungpura, Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, mengalami kenaikan Rp 10.000 per kilogram, dari semula Rp 70.000 per kilogram menjadi Rp 80.000 per kilogram.
"Daging sapi naik hari ini, dari Rp 70.000 menjadi Rp 80.000 per kilogramnya. Harga ini terus mengalami kenaikan hingga besok pagi," kata salah seorang pedagang daging sapi, Adril Husni Lubis, di Stabat, Minggu (28/8/2011).
Ia mengatakan, jumlah permintaan daging sapi juga mengalami lonjakan tiga kali lipat dibandingkan hari-hari biasanya. Jumlah permintaan daging juga terus mengalami kenaikan karena masyarakat saat Lebaran ingin menyuguhkan makanan yang istimewa.
"Jumlah permintaan daging hari biasa sebanyak 50 kilogram, menjelang Lebaran ini permintaan meningkat menjadi 150 kilogram per hari. Permintaan ini belum termasuk jumlah pesanan," katanya.
Sementara pedagang daging ayam potong di Pasar Stabat, Nardi, mengatakan, daging ayam potong sudah mencapai Rp 28.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 26.000 per kilogram.
"Harga daging ayam potong terus mengalami kenaikan yang biasanya Rp 26.000 per kilogram, sejak Minggu naik Rp 2.000 menjadi Rp 28.000 per kilogram," katanya.
Menurut dia, harga daging ayam akan terus mengalami kenaikan hingga H-1 Lebaran. Diperkirakan harga daging ayam akan mencapai Rp 30.000 per kilogram.
"Jumlah permintaan daging ayam terus meningkat. Biasanya setiap harinya sebanyak 50 kilogram, sekarang mencapai 100 kilogram setiap hari. Kenaikan permintaan tersebut belum termasuk dengan permintaan pesanan," katanya.
Nardi juga menjelaskan, daging ayam kampung juga mengalami dari Rp 48.000 per kilogram menjadi Rp 50.000 per kilogram. Ada kenaikan sebesar Rp 2.000 per kilogram untuk daging ayam kampung.
"Harga daging ayam kampung juga akan terus mengalami kenaikan hingga Lebaran. Jika permintaan sangat banyak, harga daging ayam kampung bisa mencapai Rp 60.000 per kilogram satu hari menjelang Lebaran," katanya.
Sementara itu, seorang pembeli, ibu Nasbah Mufida, menjelaskan bahwa harga-harga yang mulai bergerak naik tidak hanya daging sapi, ayam ras, ataupun ayam kampong, tetapi juga sayur-mayur. "Kenaikan harga juga terjadi pada sayur-mayur, seperti kentang, tomat, wortel, dan juga bawang merah," katanya.
Sumber :
ANT
Ada 0 Komentar Untuk Artikel Ini.
     
 

Kamis, 01 Desember 2011

BUDIDAYA RUMPUT GAJAH

RUMPUT GAJAH

Sebuah informasi yang semoga bermanfaat bagi para pembaca Blog sekalian: RUMPUT GAJAH. Selain mengandalkan pasokan rumput dari masyarakat sekitar, lahan yang ada di Villa Domba tetap juga berupaya dimanfaatkan sebagai area tanam berbagai macam jenis varietas rumput yang antara lain adalah Rumput Gajah (Pennisetum pupureum):


Tampak gambar di atas adalah lahan Rumput Gajah di Villa Domba yang juga diikuti dengan penanaman pohon Mahoni dan pohon Jati. Awalnya dahulu lahan ini tandus dan tidak termanfaatkan. Bersumber dari web.http://gasibu.wordpress.com/: Salah satu jenis tanaman penutup tanah adalah rumput. Rumput biasanya merupakan jenis tanaman penutup yang terakhir ditanam. Seberapa pun sisa lahan, bila ditanami rumput akan memberi kesan luas dan menyejukkan. Namun, untuk menanam tanaman ini harus memastikan apakah lahan tersebut memperoleh sinar matahari selama 6–8 jam sehari. Karena hampir semua jenis rumput membutuhkan sinar matahari. Hamparan rumput sebagai elemen pembentuk bidang areal terbuka mampu mendatangkan kegairahan sekaligus kegembiraan orang yang berada di areal tersebut. Sebelum menanam jenis rumput yang cocok untuk hunian kita, sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lahan dan lingkungan sekitar.”Karena tidak semua jenis rumput cocok untuk semua tempat,” kata Nirwono Yoga, arsitek dan konsultan eksterior dan interior. Jenis rumput terbagi dalam tiga kelas, yakni murah, sedang,dan mahal. Kelas murah dikenal dengan jenis rumput gajah. Rumput ini paling bandel karena selain mudah pengerjaannya juga mudah dalam pemeliharaannya. Bersumber dari web.http://www.astudio.id.or.id/: Rumput Gajah sangat mudah perawatannya dan 'tahan banting' karena bandel dan tidak mudah mati. Cara menanamnya pun cukup mudah, yaitu dengan menempelkannya pada tanah, yang sebelumnya sudah dibersihkan, digemburkan dan diberi pupuk.

Tampak pada gambar di atas salah satu pekerja senior di Villa Domba sedang menyiapkan bibit Rumput Gajah. Bibit rumput diperoleh dari hasil stek rumput yang sudah dipanen sebelumnya. Informasi menarik dari web. http://manglayang.blogsome.com/: Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek, dengan fotoperiode kritis antara 13-12 jam. Namun kelangsungan hidup serbuk sari sangat kurang sehingga menjadi penyebab utama dari penentuan biji yang lazimnya buruk. Disamping itu, kecambahnya lemah dan lambat. Oleh karenanya rumput ini secara umum ditanam dan diperbanyak secara vegetatif. Bila ditanam pada kondisi yang baik, bibit vegetatif tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ketinggian sampai 2-3 meter dalam waktu 2 bulan. Rumput gajah ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. Akan tetapi rumput ini tidak tahan hidup di daerah hujan yang terus menerus. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di sepanjang pinggiran hutan. Perkembang biakan vegetatif dilakukan baik dengan cara membagi rumpun akar dan bonggol maupun dengan stek batang (minimal 3 ruas, 2 ruas terbenam di tanah). Hal ini dapat dilakukan dengan tangan atau dengan peralatan seperti yang dilakukan pada penanaman tebu. Jarak antar barisan berkisar antara 50 – 200 cm. di daerah yang lebih kering jaraknya lebih lebar. Jarak dalam barisan bervariasi mulai dari 50 – 100 cm. penanaman yang dicampur dengan tanaman lain semisal ubi kayu dan pisang sering dilakukan di kebun rumah. Untuk mendapatkan hasil dan ketahanan tinggi, rumput ini ditanam dengan pengairan yang teratur dan pemupukan yang cukup. Pemupukan yang banyak diterapkan biasanya bila rumput sering dipotong / dipanen. Kandungan nutrien setiap ton bahan kering adalah N:10-30 kg; P:2-3 kg; K:30-50 kg; Ca:3-6 kg; Mg dan S:2-3 kg. dengan hasil bahan kering tiap tahun 20-40 ton/Ha, karenanya banyak zat diserap dari tanah. Jika tidak dipupuk hasilnya akan segera menurun drastis dan gulma akan menyerang. Walaupun rumput gajah jarang ditanam dengan polong-polongan (legume), namun tetap dapat dikombinasikan dengan baik. Penyakit yang biasa menyerang yaitu kutu Helminthosporium sacchari. Tindakan yang paling baik untuk mencegahnya adalah dengan menggunakan kultivar yang tahan penyakit tersebut. Namun demikian secara umum kami tidak menemukan serangan hama pada rumput gajah yang ditanam. Kebanyakan hanya merupakan serangan belalang dan ulat yang masih bisa di tolerir. Rumput gajah dapat dipanen sepanjang tahun. Biasanya rumput ini diberikan dalam bentuk segar, tetapi dapat juga diawetkan sebagai silase. Hasil bahan kering setiap tahun diharapkan berkisar 2 - 10 ton/hektar untuk tanaman yang tidak dipupuk atau dengan pupuk yang sedikit, tetapi yang menggunakan banyak pupuk N dan P hasilnya berkisar antara 6 - 40 ton/hektar. Prospek rumput gajah cukup baik bila dilakukan pemupukan yang baik pula. Dengan memanen pada pertumbuhan yang masih muda atau dengan menggunakan kultivar yang baik akan mencapai nilai pakan yang tinggi. Keuntungan dari jenis ini adalah kemampuannya berproduksi, dapat ditanam dalam jumlah besar atau kecil, dan dapat diusahakan secara mekanis atau juga untuk pertanian/peternakan skala kecil.

Selasa, 22 November 2011


Sejatinya semua jenis ras sapi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang perlu diperhatikan adalah nilai-nilai praktis dan ekonomis dari jenis ras tersebut baik dari sisi kekuatan finansial peternak, peruntukannya, dan waktu tepat penjualannya. Untuk penambahan berat harian jenis sapi limosin mampu mencapai 1,3 – 2 Kg/hari. Namun, yang terpenting adalah penampakan fisik sapi terlihat bagus dan sehat. Berikut jenis-jenis sapi yang dapat diternakan sebagai penghasil daging.
1. Sapi Bali
Sapi bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Sapi bali mudah beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga sering disebut sebagai ternak perintis. Sapi ini paling banyak diminati oleh peternak Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu : efisien dalam memanfaatkan sumper pakan, persentase karkas tinggi, dagingnya rendah lemak, tingkat kesuburan cukup tinggi (bisa beranak setiap tahun), tipe pekerja yang baik, dan mudah berdaptasi terhadap lingkungan.
Ciri-ciri sapi bali yaitu bulu berwarna merah bata, pada jantan akan menjadi hitam saat dewasa, ada warna putih mulai dari kaki paling bawah hingga belakang paha, pinggiran bibir atas, kaki, mempunyai gumba yang bentuknya khas serta terdapat garis hitam yang jelas di bagian atas punggung.
Kenaikan bobot badan sapi bali per harinya 0,35 – 0,66 Kg. Dengan manajemen pemeliharaan yang baik, pertambahan berat badan harian sapi bali bisa lebih besar dari 0,7 Kg/hari. Adapun persentase karkas berkisar 56 – 57%. Perbandingan daging dengan tulangnya adalah 4.44 : 1 Bobot sapi jantan dewasa dapat mencapai 375 – 400 Kg, sedangkan sapi betina dewasa berkisar 275 – 300 kg.
2. Sapi Ongole dan Peranakan Ongole (PO)
Sapi ongole merupakan keturunan sapi zebu dari India yang mulai diternakan secara murni di pulau Sumba, sehingga dikenal dengan nama sapi “Sumba” ongole. Ciri-ciri sapi ongole antara lain berpunuk besar, memiliki lipatan kulit di bawah leher dan perut, telinga panjang dan menggantung, kepala relatif pendek dengan posisi melengkung, mata besar menunjukkan ketenangan, serta bulunya berwarna putih.
Hasil persilangan sapi ongole dengan sapi lokal Indonesia (sapi Jawa) menghasilkan sapi yang mirip dengan sapi ongole dan dikenal dengan nama  sapi PO (peranakan ongole). Sapi PO murni sudah sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan dengan sapi brahman. Ukuran tubuh sapi PO lebih kecil dibandingkan dengan sapi ongole. Punuk dan gelambir juga kelihatan lebih kecil atau sangat sedikit. Warna bulunya bervariasi, tetapi kebanyakan berwarna putih atau putih keabu-abuan. Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mampu beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan, dan cepat bereproduksi.
Tinggi sapi ongole jantan berkisar 150 cm dengan berat badan mencapai 600 Kg. Sementara itu, sapi betina memiliki tinggi badan berkisar 135 cm dan berat badan 450 Kg. Pertambahan bobot badan sapi ongole dapat mencapai 0,9 Kg per hari dengan kualitas karkas mencapai 45 – 58%. Rasio daging dengan tulangnya adalah 1 : 423, sapi ongole termasuk lambat untuk mencapai dewasa, yaitu sekitar umur 4 – 5 tahun. Untuk sapi PO, bobot badan rataan sekitar 200 – 350 kg dengan pertambahan bobot badan 0,6 – 0,8 Kg per hari jika dipelihara dengan baik.
3. Sapi Brahman
Merupakan sapi keturunan zebu atau nellore (Bos Indicus) yang telah berkembang pesat di Amerika Serikat dengan iklim tropis. Di negara tersebut, sapi brahman diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Sapi brahman mempunyai ciri berpunuk besar, kulitnya longgar, gelambir dari bawah leher sampai perut dengan banyak lipatan, telinga panjang menggantung dengan ujung runcing,  serta bulunya berwarna abu-abu (ada yang berwarna merah kecoklatan).
Sapi brahman termasuk tipe sapi potong terbaik di daerah tropis karena tahan terhadap panas, serta resisten terhadap demam texas, gigitan caplak, dan nyamuk. Sapi brahman juga tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan. Bobot maksimun sapi brahman jantan dewasa mencapai 800 Kg, sedangkan sapi betina 550 Kg. Presentase karkas yang dihasilkan sapi ini 48,6 – 54,2%. Dengan pemeliharaan yang intensif, pertambahan berat badan sapi jantan dan betina brahman dewasa mencapai 0,83 – 1,5 kg per hari.
4. Sapi Madura
Sapi madura sangat terkenal dengan sebutan sapi karapan. Sapi ini merupakan hasil persilangan antara sapi jenis Bos indicus (zebu) dengan sapi jenis Bos sundaicus. Pada tubuh sapi madura masih terdapat tanda-tanda sebagai warisan dari kedua golongan sapi tersebut. Sapi madura merupakan tipe sapi penghasil daging dan tenaga kerja. Selain terdapat di Pulau Madura dan Jawa Timur, sapi ini juga menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Sapi madura merupakan tipe sapi potong yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan badan yang lebar, daging tebal, dan berkaki pendek. Selain itu, kualitas dagingnya lebih baik dan warnanya pun lebih menarik dibandingkan dengan daging sapi ongole dan sapi bali. Bobot sapi madura jantan 275 – 300 Kg dan sapi betina dewasa 180 – 250 Kg. Pertambahan bobot badan rata-rata mencapai 0,25 – 0,6 Kg per hari. Sementara itu, persentase karkas 48 – 63 % dan perbandingan daging dengan tulang 5,84 : 1
5. Sapi Limpo (Limousin PO)
Merupakan sapi bangsa Bos taurus yang dikembangkan pertama kali di Prancis. Sapi ini merupakan tipe sapi pedaging. Secara genetik, sapi limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, bertipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, mampu menambah konsumsi lebih tinggi di luar kebutuhan yang sebenarnya, serta memiliki metabolisme yang cepat sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.
Sapi limousin murni sulit ditemukan di Indonesia karena telah mengalami persilangan dengan sapi lokal. Kebanyakan sapi limousin yang ada di Indonesia adalah limousin cross yang telah disilangkan dengan sapi lokal. Persilangan sapi limousin dengan sapi ongole dikenal dengan nama sapi limousin ongole (limpo). Sapi limpo memiliki ciri tidak berpunuk dan tidak bergelambir, serta warna bulunya hanya cokelat tua kehitaman dan cokelat muda.
6. Sapi Simmental
Adalah sapi yang berasal dari bangsa Bos taurus. Sapi ini berasal dari daerah Simme di Switzerland. Namun, sapi ini berkembang lebih cepat di Benua Eropa dan Amerika. Sapi simmental merupakan tipe sapi perah dan pedaging. Warna bulunya cokelat kemerahan (merah bata), di bagian wajah dan lutut ke bawah sampai ujung ekor berwarna putih. Sapi simmental jantan dewasa mampu mencapai berat badan sekitar 1.150 Kg, sedangkan sapi betina dewasa mampu mencapai berat badan sekitar 800 kg.
Sapi simmental murni sulit ditemukan di Indonesia karena simmental jantan yang diimpor telah sering mengalami persilangan dengan sapi betina lokal. Kebanyakan sapi simmental yang ada di Indonesia adalah simmental cross. Salah satunya persilangan sapi simmental  dengan sapi ongole dikenal dengan nama sapi simmental ongole (simpo). Sapi simpo tidak memiliki gelambir dan bulunya berwarna merah bata, merah tua atau cokelat muda hingga putih kekuningan dan doreng. Ciri khas sapi simpo adalah ada warna bulu putih berbentuk segitiga diantara kedua tanduknya.
7. Sapi Frisian Holstein (FH)
Sapi jeni ini biasa dipelihara dengan tujuan untukk diambil susunya. Sapi ini merupakan sapi introduksi dari negeri Belanda. Warna belang hitam dan putih dengan segitiga putih di bagian berpunuk. Pertambahan berat badan sapi ini cukup tinggi, yakni mencapai 1,1 Kg per hari. Karena itu, sapi jantannya sering dipelihara untuk digemukkan dan dijadikan sapi potong.

Senin, 14 November 2011

SAPI TERBESAR DIDUNIA

Sapi terbesar di dunia dan di Indonesia 26 November 2009

Posted by masbloro in Artikel Umum.
Tags:
trackback
Ngomongin kurban tak bisa lepas dari sapi dan kambing. Seberapa besar sih sapi yang pernah ada di muka bumi ini?
Chilli adalah sapi jantan jenis FH terbesar di dunia dengan berat lebih dari 1 ton dan tingginya hampir mencapai 2 meter (+/- 197 cm) atau hampir sama dengan ukuran sebuah gajah kecil.
Sapi FH memang salah satu jenis sapi perah yang unggul dalam menghasilkan susu. Sapi FH terkenal dengan produksi susunya yang tinggi, bisa mencapai lebih dari 6350 kg/tahun dengan persentase kadar lemak susu 3-7%.
Bibit sapi FH yang unggul menjadi sangat penting karena akan menentukan hasil produksi susu di masa yang akan datang. Seekor sapi perah dara yang akan dijadian bibit unggul calon induk sebaiknya berasal dari induk dan pejantan yang menghasilkan produksi susu tinggi.
Bisa anda bayangkan bila semua ukuran sapi bisa dibuat sebesar ini maka satu sapi bisa untuk makan 1 kelurahan atau bahkan kabupaten.
Di Indonesia seekor sapi seberat 1,2 ton diklaim sebagai hewan kurban terberat di Indonesia akan disembelih pada Idul Adha 10 Dzulhijjah 1430 mendatang.
John Eric Kamadjaja, Direktur PT Agro Fauna Kertosari (AFK), perusahaan agribisnis sapi potong yang mengelola lebih dari seribu ekor sapi di Desa Kertosari mengatakan sapi ‘raksasa’ yang akan disembelih pada Idul Adha mendatang adalah maskot dari peternakan sapi potong AFK selama ini.
Rencananya, penyembelihan sapi ‘raksasa; ini akan dicatatkan di Museum Rekor Indonesia sebagai ‘Sapi kurban terberat’ di Indonesia.
sumber : duniasapi.com, solocybercity dan otakku.com

Sabtu, 12 November 2011

SAPI DI DEWAKAN DI NEGARA HINDIA

India � Negara yang Berkomitmen
Melindungi Sapi-sapi Suci
♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Oleh Grup Berita Singapura (Asal dalam bahasa Inggris)  
Surga Spiritual yang indah - India adalah rumah dari seperempat dari populasi sapi di dunia. Hewan yang dipuja ini diperkirakan berjumlah antara 200-400 juta, dan dipercaya sangat suci dan setara dengan kehidupan manusia dalam kitab suci Agama Hindu. Faktanya, sapi dianggap sebagai lambang kelimpahan, kesucian, dan sebagai �ibu kedua� manusia, karena mereka terus melayani umat manusia dengan tanpa pamrih. Dengan populasi Agama Hindu sebesar 82%, maka tidak mengherankan jika sapi yang rendah hati dan pemberi hidup bagi manusia ini sangat dihargai serta dihormati di India.

Nyatanya, sebagai sebuah Bangsa, India berkomitmen dalam hal perlindungan terhadap sapi. Kehidupan sapi secara sah dilindungi di seluruh daerah minoritas India di 28 negara bagian serta tercatat dalam Aksi Pencegahan Kekejaman terhadap Tindakan Binatang(PCA) 1960. Membunuh sapi bahkan dilarang dalam konstitusi nasional. Artikel 48 negara bagian: �Negara bagian mencoba atau megatur pertanian dan peternakan dengan kecanggihan ilmiah, khususnya mengambil langkah-langkah pemeliharaan, meningkatkan pengembangbiakan, serta melarang pembunuhan sapi, anak sapi, maupun pemberi susu lainnya saat terjadi kekeringan di peternakan.�
�Artikel 51 A(g) secara sah mengatakan: �Ini merupakan kewajiban mendasar dari setiap penduduk India untuk melindungi serta meningkatkan lingkungan alam termasuk hutan, danau, sungai, dan kehidupan liar lainnya untuk memberikan kasih sayang kepada semua makhluk hidup.� 
Belakangan ini, pejabat terhormat India meningkatkan perlindungan sapi dengan menegakkan undang-undang yang telah ada melalui kebijaksanaan ketat serta mengajukan hukum baru yang diperlukan.
Untuk menyampaikan rasa hormat Maha Guru Ching Hai kepada mereka yang melindungi nyawa dari hewan-hewan suci ini, Guru kita yang tercinta memberi Penghargaan Cinta Kasih Cemerlang Dunia dan Penghargaan Kepemimpinan Cemerlang Dunia. Semoga Tuhan Yang Maha Tinggi terus memberkati India, dan semoga ada lebih banyak Negara yang menemukan kebijaksanaan dan tercerahkan untuk melindungi para sapi yang sangat cantik dan penuh kedamaian.

Rabu, 09 November 2011

FERMENTASI JERAMI KERING UNTUK PAKAN HEWAN TERNAK

MENGUBAH JERAMI KERING MENJADI DAGING SAPI

Indonesia masih kekurangan daging sapi. Kekurangan tersebut selama ini dipenuhi dari impor daging beku, sapi siap potong maupun sapi bakalan untuk digemukkan. Kendala utama yang mengakibatkan adanya kekurangan daging sapi tersebut adalah jumlah induk betina sapi kita hanya tinggal sekitar 11 juta ekor. Idealnya kita memiliki induk betika sekitar 14 sd. 15 juta ekor. Namun di luar kendala kekurangan induk sapi tersebut, produktivitas sapi potong kita juga sangat rendah. Kalau sapi impor rata-rata mampu tumbuh dengan peningkatan bobot badan 1 kg per hari, maka sapi lokal kita hanya akan bertambah berat tara-rata 0,5 kg. per hari. Kendala produktivitas sapi potong kita antara lain disebabkan oleh kurangnya hijauan sebagai ransum, terutama pada musim kemarau. Di Jateng, DIY dan Jatim, limbah pertanian berupa tebon jagung dan jerami kering pun digunakan sebagai pakan sapi. Padahal nutrisi dari tebon dan jerami kering tersebut sudah sangat rendah. Makanan tambahan yang diberikan oleh peternak kepada sapi mereka hanyalah dedak (padi serta jagung), ampas tahu, tetes serta limbah pertanian lainnya. Namun di lain pihak, jerami padi banyak yang dibakar sia-sia. Di kawasan Karawang, Jawa Barat atau di sentra-sentra penghasil padi lainnya, sering kita saksikan pembakaran jerami kering di sawah-sawah. Padahal di lain pihak, para peternak sapi di Gunung Kidul (DIY) serta Wonogiri (Jateng) sedang kekurangan hijauan untuk pakan sapi mereka.
Pola peternakan sapi rakyat di Jawa, Bali dan Lampung, agak berbeda dengan di luar Jawa/Bali/Lampung. Di Jawa/Bali/Lampung, ternak sapi selalu dikandangkan. Sementara di luar kawasan tersebut, sapi diliarkan di ladang-ladang atau hutan. Di Jawa/Bali/Lampung, peternak bisa berfungsi sebagai breeder, namun bisa pula sebagai penggemuk sapi kereman. Yang dimaksud sebagai breeder adalah, yang mereka pelihara sapi betina. Hasil yang mereka harapkan adalah anak sapi. Biasanya untuk proses pembuntingan, mereka menggunakan cara inseminasi buatan (kawin suntik). Kalau anak yang diperoleh jantan, akan digemukkan sebagai sapi potong. Apabila betina akan dibesarkan sebagai calon induk. Keuntungan dari memelihara induk sapi betina ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan memelihara sapi bakalan untuk digemukkan sebagai sapi potong. Namun para peternak sapi di Jawa/Bali/Lampung biasanya tidak merasa dirugikan dengan memelihara sapi betina, sebab mereka juga sekaligus menggemukkan sapi jantan hasil peternakan mereka. Selain itu, di kawasan ini sapi betina tersebut juga bisa berfungsi sebagai tenaga kerja membajak sawah. Hingga di Jawa/Bali/Lampung, peternak tidak pernah membeda-bedakan fungsi peternakan mereka, apakah sebagai breeder atau sebagai penggemuk sapi kereman.
Jenis sapi lokal yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah sapi zebu, peranakan ongole (PO), sapi bali, sapi madura (silangan alami antara zebu, ongole dan bali), american brahman dan australian brahman. Kadang-kadang, di masyarakat juga kita jumpai jenis sapi yang tidak lagi ketahuan galur/rasnya. Sebab di kalangan masyarakat pedesaan, dulu ada kebiasaan untuk mengawinkan sapi betina mereka, tanpa pernah memperhitungkan jenis pejantannya. Akibatnya sapi PO bisa kawin dengan sapi madura, sapi brahman dan sebagainya. Keturunan yang diperoleh, tentu menjadi tidak murni lagi. Dulu, perkawinan sedarah (inbreeding) atau antar saudara, juga ikut pula memerosotkan kualitas sapi yang ada. Terjadi degradasi kualitas sapi yang ada di masyarakat. Upaya pemerintah dengan melakukan inseminasi buatan, berikut penyuluhan kepada para peternak, telah memperbaiki kualitas sapi rakyat. Hingga sekarang galur sapi yang dipelihara masyarakat kembali jelas. Di Jawa dan Lampung, rata-rata masyarakat memelihara sapi zebu, PO atau brahman. Di Madura tentu sapi madura sementara di Bali sapi bali. Sapi madura dan sapi bali ini banyak pula dipelihara di  NTP dan NTT. Di kawasan transmigran atau pemukiman lain di Luar Jawa, Madura, Bali dan Lampung, sapi yang dipelihara tergantung dari masyarakat pemukimnya. Meskipun sekarang ada kecenderungan masyarakat untuk lebih memilih sapi bali serta madura karena  daya tahanannya yang relatif tinggi terhadap kekurangan hijauan maupun serangan penyakit.    
Dengan harga sekitar Rp 12.500,- per kg. hidup, dengan bobot rata-rata sekitar 300 sd. 400 kg. maka harga beli sapi jantan bakalan untuk digemukkan sekitar Rp 3.750.000,- sd. Rp 5.000.000,- Sapi-sapi lokal kita rata-rata akan mencapai pertambahan bobot hidup 0,5 kg. per hari. Sementara bakalan impor mampu tumbuh 1 kg. bobot hidup per hari. Namun biaya pakan dan perawatan sapi impor juga lebih tinggi dari sapi lokal. Sementara harga per kg. bobot hidup sapi impor, justru lebih rendah dibanding sapi lokal. Ibaratnya harga ayam broiler dengan ayam kampung. Dengan pertambahan bobot hidup 0,5 kg. per hari, kalau harga per kg. bobot hidup Rp 12.500. maka akan diperoleh marjin kotor Rp 6.250,- per hari. Dengan menggunakan pola menggaduh (maro), maka 50% dari marjin tersebut merupakan hak bagi pemilik modal. Hingga hak bagi pemelihara hanyalah Rp 3.125,- per ekor per hari. Dri marjin tersebut, 50% untuk biaya pakan. terutama konsentrat. Sebab hijauan biasanya akan dicari sendiri oleh si pemelihara. Hingga nilai "upah" bagi pemelihara sapi potong adalah Rp 1.562,50 per hari. Dengan kemampuan menggemukkan rata-rata sekitar 4 ekor, maka nilai penghasilan tenaga buruh penggemukan sapi adalah Rp 6.250,- per hari, dengan jam kerja antara 2 sd. 3 jam. Jam kerja ini akan digunakan untuk mencari hijauan, membersihkan kandang, memberi minum, memandikan sapi dll. Nilai upah ini setelah jangka waktu penggemukan selesai, biasanya 3 bulan, adalah Rp 140.625,- per ekor atau Rp 562.500,- untuk 4 ekor sapi.
Kalau penggemukan sapi ini dilakukan secara bisnis, maka nilai biaya yang harus dikeluarkan oleh investor adalah Rp 3.125,- per ekor per hari untuk sapi lokal, dan Rp 6.250,- per ekor per hari untuk sapi impor. Nilai biaya tersebut akan dialokasikan untuk penyusutan kandang, peralatan, perijinan dll, untuk pakan, obat-obatan serta tenaga kerja, termasuk untuk biaya manajemen. Jumlah minimal sapi lokal yang bisa digemukkan boleh hanya satu ekor dan sudah menguntungkan. Namun pada sapi impor, ada batasan minimalnya. Sebab mendatangkan sapi bakalan dari Australia, minimal harus satu kapal sebanyak sekitar 2.000 ekor. Hingga angka minimal yang harus digemukkan per angkatan adalah 2.000 ekor. Meskipun sekarang sudah ada pola "nempil". Seorang investor yang hanya memiliki modal untuk menggemukkan 20 ekor, bisa patungan dengan dua atau tida investor lain hingga terkumpul 40 sd. 60 ekor. Jumlah ini diusahakan untuk nempil (membeli sebagian kecil) dari pengusaha feedlot yang melakukan impor sapi bakalan. Apabila investor kecil tersebut sudah dikenal baik oleh importir, biasanya akan diberi "tempilan" sejumlah yang dibutuhkannya. Bahkan importir yang biasanya juga pengusaha penggemukan tersebut, akan menjamin pula pemasarannya apabila usaha yang dilakukan oleh si investor kecil tersebut berhasil. Patokan keberhasilan ini ditandai dengan angka mortalitas nol dan laju pertumbuhan minimal 1 kg. per ekor per hari.
Komponen utama usaha penggemukan sapi potong adalah pakan. Dalam penggemukan berskala bisnis modern, pakan utama adalah konsentrat plus silase. Hijauan, baik segar maupun kering hanya diberikan sekadar untuk "lauk pauknya". Sementara dalam penggemukan secara tradisional, pakan utama adalah hijauan (juga segar maupun kering), sementara pakan tambahannya hanya berupa dedak, ampas tahu, ampas singkong, tetes tebu dan pakan lain sesuai dengan ketersediaan setempat. Karenanya pertambahan bobot hidup rata-rata pada penggemukan secara tradisional hanyalah 0,5 kg. per hari. Meskipun sapi yang digemukkan merupakan bakalan impor, dengan pola penggemukan tradisional, sulit untuk mencapai pertumbuhan bobot hidup 1 kg. per hari. Sementara sapi lokal pun, apabila digemukkan dengan pakan utama konsentrat dan silase, sementara hijauannya hanya merupakan pakan tambahan, akan mencapai pertumbuhan bobot hidup lebih dari 0,5 kg per hari. Pada akhirnya, yang akan menentukan untung ruginya penggemukan sapi potong adalah komponen biaya pakan ini. Apabila kita bisa menemukan pakan yang mampu meningkatkan bobot hidup tinggi namun harganya murah, maka tingkat keuntungannya akan bertambah. Sebaliknya, penggunaan konsentrat pabrik secara berlebihan, akan menelan biaya tinggi, hingga pertumbuhan bobot hidup yang dicapai tidak mampu lagi menutup biaya pakan.
Hijauan murah yang selama ini masih belum termanfaatkan dengan baik untuk usaha penggemukan sapi potong adalah jerami padi. Kalau kita lewat kawasan Pantura atau sentra penghasil padi lainnya selama musim panen raya, maka akan tampak jerami yang dihamparkan di tengah sawah dan setelah kering langsung dibakar. Api (panas) yang ditimbulkan akibat pembakaran jerami ini, sebenarnya merupakan energi yang masih bisa diubah menjadi protein melalui pencernakan sapi. Di Gunung Kidul, DIY, pada musim kemarau sapi hanya diberi pakan jerami dan tebon (batang jagung) kering. Selulosa ini tentu sangat rendah gizinya. Namun di tahun 1950an, ketika pupuk urea diperkenalkan ke masyarakat, peternak di Gunung Kidul punya gagasan unik. Kalau mes (urea) bisa menyuburkan tanaman, mestinya juga bisa menggemukkan sapi. Maka mereka pun memberi sapi mereka sedikit urea pada minumannya. Biasanya air minum sapi ini dicampur dengan tetes, ampas singkong atau dedak. Di luar dugaan, ternyata sapi yang hanya diberi jerami dan tebon kering ini setelah mendapat urea benar-benar jadi gemuk. Dalam rumen (lambung sapi), memang terdapat bakteri penghancur selulosa. Dengan adanya starter urea plus karbohidrat, bakteri tersebut akan tumbuh pesat dan menghancurkan selulosa. Karena penghancuran jerami dan tebon kering ini dibantu oleh jutaan bakteri, maka penyerapan nutrisinya menjadi lebih optimal. Sementara bangkai bakteri berupa protein itu, merupakan gizi tambahan yang

Selasa, 08 November 2011

HATI HATI MAKAN DAGING MATANG

Makan Daging Terlalu Matang Memicu Kanker

Desliana Carolina

Artikel Terkait

06/11/2011 23:25 | Info Kesehatan
Liputan6.com, Oslo: Mengonsumsi daging merah yang dimasak terlalu matang justru dapat memicu serangan berbagai kanker kandung kemih. Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Norwegian Institute of Public Health, Oslo, Norwegia, baru-baru ini.

Dalam penelitian ini ditemukan, risiko kanker 81% lebih besar pada orang yang gemar mengonsumsi daging yang dimasak matang, seperti digoreng, dipanggang, atau dibakar. Daging yang diolah terlalu matang (well-done) akan menghasilkan senyawa kimia karsinogen yang diyakini akan memicu kanker.

"Pengolahan daging sendiri akan mengaktifkan senyawa kimia. Karsinogen, zat penyebab kanker, yang juga disebut sebagai mutagen makanan, aktif saat daging diproses pada suhu tinggi saat menggoreng atau memanggang," tulis pimpinan penelitian dalam laporan penelitian, yang diterbitkan oleh Daily Express.

Zat penyebab kanker, yang disebut mutagen makanan, terjadi pada suhu tinggi saat menggoreng atau memanggang.

Para ahli menegaskan, bukan cuma daging sapi dan daging babi, melainkan ikan dan ayam pun bila diolah terlalu matang juga memiliki risiko kanker yang sama. Karena itu, disarankan untuk mengolah daging tidak terlalu matang dengan cara mengurangi temperatur api saat memasak. (Zeenews/Vin)

Sabtu, 05 November 2011

PENYEMBELIHAN KURABN DI AWASI PETUGAS

85 Petugas Awasi Penyembelihan Hewan Kurban

 
BERITAJAKARTA.COM — 05-11-2011 20:33
Untuk memastikan tata cara pemotongan hewan kurban baik dan benar serta higienis, Suku Dinas Pertanian dan Peternakan Jakarta Pusat akan melakukan sosialisasi dan mengawasi tempat-tempat pemotongan hewan kurban yang ada di wilayahnya. Rencananya, kegiatan itu akan berlangsung selama tiga hari, yaitu mulai hari H hingga H+3 Idul Adha 1432 Hijriah. Sebanyak 85 petugas diterjunkan ke lapangan.

"Petugas yang diterjunkan terdiri dari Dinas dan Sudin Pertanian dan Peternakan, dibantu mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dan dokter hewan dari Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI)," kata Sarjoni, Kasie Pengawasan dan Pengendalian Sudin Pertanian dan Peternakan Jakarta Pusat, kepada beritajakarta.com, Sabtu (5/11). Dikatakannya, yang menjadi target sosialisasi adalah para panitia pelaksana dan tempat-tempat pemotongan hewan kurban.

Sementara, lanjutnya, materi yang disampaikan antara lain adalah tata cara memilih ternak kurban yang sesuai dengan syarat yang telah ditentukan, yaitu berjenis kelamin jantan, tidak cacat dan cukup gemuk, serta berusia dewasa (berusia minimal 1 tahun untuk kambing/domba dan berusia minimal 2 tahun untuk sapi/kerbau). Selain itu, tambahnya, tempat pemotongan harus higienis, cukup air serta memisahkan daerah bersih yang menjadi tempat pencacahan, penimbangan dan pembungkusan, dengan daerah kotor yang menjadi tempat pemotongan.

"Selain itu, para panitia kurban juga harus memperhatikan hal-hal seperti tidak merokok, tidak meludah sembarangan, dan sebaiknya menggunakan masker dan sarung tangan," tambahnya. Dijelaskan Sarjoni, sosialisasi dan pemeriksaan itu nantinya akan melibatkan sebanyak 85 petugas yang terdiri dari 35 orang mahasiswa IPB dan beberapa dokter hewan, dibantu karyawan dari Dinas dan Sudin Peternakan dan Pertanian sebanyak 50 orang.

Dengan sosialisasi ini dia berharap perayaan hari raya Idul Adha dan proses pemotongan hewan kurban dapat berjalan dengan baik dan sesuai ketentuan yang dapat menjamin kebersihan dan kesehatan. "Dengan begitu, kualitas daging kurban yang akan dikonsumsi lebih baik dan lebih sehat," tandasnya.

HEWAN KURBAN BESUK SIAP DISEMBELIH

Hewan Kurban Jakarta Bebas Antraks

Kompas/Yulvianus Harjono Kondisi sapi kurban di Bandar Lampung, Selasa (1/11/2011) sedang diperiksa petugas.

TERKAIT:

JAKARTA, KOMPAS.com — Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta memastikan hewan kurban di Jakarta bebas penyakit antraks setelah dilakukan pemeriksaan di tempat-tempat penampungan hewan kurban di lima wilayah Jakarta sejak H-10.
Selain melakukan pemeriksaan fisik, kami juga mengambil sampel darah dari hewan kurban. Dari sampel yang diambil, semuanya aman dari antraks.
-- Ipih Ruyani
"Selain melakukan pemeriksaan fisik, kami juga mengambil sampel darah dari hewan kurban. Dari sampel yang diambil, semuanya aman dari antraks," kata Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Ipih Ruyani ketika dihubungi wartawan, Jumat (4/11/2011).
Sebanyak 318 kurban diambil sampel darah dan semuanya dinyatakan aman dari penyakit antraks. Sementara dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, pihaknya menemukan sejumlah hewan yang belum cukup umur.
Di Jakarta Timur ditemukan 36 sapi, 58 kambing, dan 1 kerbau belum cukup umur. Selanjutnya ditemukan juga 3 kambing sakit mata serta 22 kambing dan 7 sapi tidak nafsu makan.
Untuk Jakarta Utara terdapat 3 sapi dan 1 kambing yang belum cukup umur. Kemudian 1 kambing sakit mata dan 1 kambing mengalami luka.
"Tiga wilayah lainnya, yakni Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat, tidak ditemukan hewan yang bermasalah. Untuk hewan yang tidak cukup umur, kami beri tanda dengan piloks. Tetap boleh dijual, tetapi tidak untuk kurban," kata Ipih.
Hingga 2 November 2011, tercatat jumlah hewan yang masuk ke Jakarta sebanyak 62.801 hewan. Rinciannya 10.769 sapi, 964 kerbau, 47.618 kambing, dan 3.450 domba. Adapun tempat penampungan yang sudah tercatat yakni sebanyak 964 lokasi.
"Hari ini masih dilakukan pemeriksaan. Pada hari H, kami juga lakukan pemeriksaan di tempat pemotongan, bukan di penampungan lagi," kata Ipih.

Jumat, 04 November 2011

SEBELUM DIJUAL KAMBING KORBAN DIMASUKAN SALON DULU

Sebelum Dijual, Kambing Kurban Masuk Salon

DOKUMENTASI SURYA
Tidak perlu mengeluarkan dana terlalu besar, cukup membayar Rp 5.000 pemilik kambing sudah bisa mendapatkan hewan kambingnya tampil lebih bersih.
GRESIK, KOMPAS.com — Berawal dari keinginan untuk membuat laris penjualan hewan kurban, para pria warga Kepatihan Menganti, Gresik, Jawa Timur, secara spontan membuat salon kambing kurban.
Mereka membuka layanan membersihkan dan merapikan tampilan hewan kurban khususnya kambing yang akan dijual atau yang siap dikurbankan di Hari Raya Idul Adha. Tidak perlu mengeluarkan dana terlalu besar, cukup membayar Rp 5.000 pemilik kambing sudah bisa mendapatkan hewan kambingnya tampil lebih bersih.
Meski dijuluki salon kambing kurban, tempat pembersihan kambing ini bukanlah sebuah ruko atau rumah yang rapi layaknya salon kecantikan atau klinik hewan. Salon kambing kurban ini dapat ditemui di lokasi penjualan hewan kurban di Lapangan Kepatihan di Jalan Raya Kepatihan Gresik.
Ya, Salon Kambing Kurban Cak Anam hanyalah sebuah bilik di lapangan kosong di tepi jalan raya penghubung Surabaya-Benowo dan Gresik. Untuk memberikan layanan pembersihan dan perawatan hewan kurban, pekerja cukup menyediakan air, sampo, sisir, dan gunting.
Choirul Anam, pencetus ide salon hewan kurban, mengatakan, salon hewan kurban semula dilakukan untuk membantu rekannya yang berjualan hewan kurban di lokasi yang sama. "Biar harga jualnya terdongkrak kami membersihkan hewan-hewan kurban, khususnya kambing tapi akhirnya terpikir juga untuk mendapatkan masukan dari usaha ringan ini," ujar Anam, Selasa (1/11/2011) kemarin.
Bersama tiga rekannya yang membuka usaha penjualan hewan kurban di Lapangan Kepatihan, Anam lalu mulai menawarkan layanan salon hewan kurban kepada pembeli hewan kurban atau pedagang hewan kurban lain yang berada di sekitar lokasi Kepatihan.
"Supaya nilai layanannya bertambah, kami juga melayani jasa perawatan hewan kurban, jadi pembeli bisa menitipkan hewan kurbannya setelah dibeli dan nanti baru dibawa mendekati hari H dengan kondisi yang bersih dan rapi," ujar warga Glintung Menganti itu.

CONTOH PENGIRIMAN SAPI KE PT AGRISATWA










SAPI JUMBO AKHIRNYA DIBELI PRESIDEN SBY

Presiden serahkan kurban sapi jumbo


(istimewa)
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan kurban berupa sapi dengan kualitas super berukuran jumbo yang beratnya lebih dari satu ton.

"Saya serahkan, seekor sapi sebagai kewajiban kurban saya dan keluarga kepada mesjid Istiqlal untuk pada saatnya nanti dibagikan kepada para jamaah atau siapapun," ujar SBY saat menyerahkan langsung kepada pengurus Istiqlal, Rabu, pagi ini.

Presiden SBY juga menyerahkan hewan kurban milik Wakil Presiden Boediono. SBY menyerahkan langsung sapi tersebut usai melaksanakan salat Idul Adha.

Ketua panitia penerimaan dan penyaluran kurban Masjid Istiqlal, Jakarta, H Solihin mengatakan, kegiatan pembagi-bagian daging hewan kurban yang diterima masjid Istiqlal sendiri baru akan dilaksanakan besok setelah salat subuh.

Kamis, 03 November 2011

NAIKNYA HARGA HEWAN KURBAN TAHUN 2011

Harga Melambung, Pasar Hewan Kurban Lesu  


TEMPO Interaktif, Sumenep - Menjelang pelaksanaan hari raya Idul Adha, pasar hewan kurban di Kabupaten Sumenep, JawaTimur, lesu pembeli. Hingga tiga hari menjelang Hari Raya, pedagang hanya mampu menjual sekitar 10 persen dari total hewan kurban yang disediakan.

“Sejak H-7 baru 35 ekor kambing dan sapi yang terjual,” kata Muhamad Riyadi, peternak kambing di Kecamatan Kota Sumenep, Kamis 3 November 2011.

Dibanding dengan hari raya kurban tahun sebelumnya, penjualan tahun ini turun cukup drastis. Tahun lalu, kata Riyadi, pada H-7 dia mampu menjual 100 ekor hewan kurban.

Riyadi menduga penurunan daya beli ini karena naiknya harga hewan ternak pascapanen tembakau. “Harga kambing paling murah 800 ribu, sapi paling murah 4 juta," ujarnya.

Dari pantauan Tempo, lesunya pembelian hewan kurban di pedagang karena pola pembelian hewan kurban berubah. Harga yang melangit membuat warga yang ingin berkurban memilih membeli langsung ke peternak di perkampungan. "Kalau di pedagang harga sapi Rp 7 juta, di peternak lokal bisa dapat Rp 3 juta," kata Faik Rahman, warga Desa Ganding.

Harga hewan kurban yang murah di perkampungan Madura menarik banyak pembeli dari daerah lain di Jawa Timur.

Dinas Peternakan Sumenep memastikan seluruh hewan kurban yang beredar di pasaran layak kurban karena memenuhi syarat "asuh", yaitu aman sehat utuh dan halal.

"Seluruh hewan kurban di Sumenep hewan lokal, tidak boleh ada hewan luar madura," kata Kepala Bidang Kesehatan, Dinas Peternakan Sumenep, Kamarul Alam.

Tak hanya di Sumenep, pemeriksaan terhadap hewan kurban juga dilakukan di beberapa daerah. Di Tangerang, misalnya, setidaknya ada 12.546 hewan kurban yang diperiksa Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang. Hingga saat ini belum ditemukan adanya penyakit berbahaya yan menyerang hewan kurban.

Tim pemeriksa hewan kurban Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang, Febry Satyaningsih, mengatakan pemeriksaan hewan akan terus dilakukan sampai tiba Hari Raya. Pemeriksaan intensif akan dilakukan pada hewan yang berasal dari wilayah Bogor dan Purwakarta yang merupakan daerah rawan penyakit antrax.

Di Subang, puluhan ribu hewan ternak di 16 desa juga divaksinasi antrax secara massal. "Ada 20 ribuan hewan ternak berbagai jenis yang sudah kami vaksinasi," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Subang, Agus Sugama, saat dihubungi Tempo, Kamis, 3 November 2011.

Selain vaksinasi antrax juga dilakukan uji laboratorium dan sosialisasi lapangan. "Hasilnya, semua hewan ternak yang sudah divaksin dinyatakan bebas antrax," ucap Agus.

Ia juga memastikan 16 desa yang berada di wilayah Kecamatan Subang, Dawuan, Kalijati, Cipeundeuy, Cisalak, dan Ciater yang semula dinyatakan sebagai zona antrax kini sudah dinyatakan negatif.

"Sesuai dengan hasil uji laboratorium dan surveillance di 16 desa yang semua terdapat spora antrax, ternyata sekarang sudah negatif semuanya," ujarnya. Artinya, semua ternak yang berasal dari 16 desa itu yang dijual atau dipakai untuk hewan kurban dinyatakan aman dari penyakit.

Harga jual hewan kurban jenis domba atau kambing berkisar antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Sedangkan sapi mulai Rp 7 juta hingga Rp 9 juta per ekor.

Rabu, 02 November 2011

PENELITAN HEWAN KURBAN DARI PENYAKIT

Dinkes: Hewan Kurban di Surabaya Bebas Anthrax


SURABAYA-Sampai saat ini semua hewan kurban baik sapi ataupun kambing yang dijual para pedagang dadakan, masih terbebas dari penyakit anthrax ataupun penyakit berbahaya lainnya. Kendati demikian, masyarakat yang ingin membeli hewan kurban disarankan untuk memilih hewan berkualitas bagus.
Hal itu dikatakan Kepala Bidang Peternakan Distan Kota Surabaya, Meita Irene Wowor, di sela-sela pemeriksaan hewan kurban di Jl Barata Jaya Surabaya, Selasa (1/11).
Dinas Peternakan (Distan) Kota Surabaya mulai melakukan pemantauan terhadap para hewan kurban yang dijual para pedagang, sebagai langkah antisipasi dari adanya berbagai penyakit yang biasanya menjangkiti hewan, di antaranya anthrax.  Rencananya, pemeriksaan dilakukan sejak, Selasa (1/11) hingga H-2 hari raya Idul Adha 1432 H yang jatuh pada 6 November nanti.
Seperti diketahui, menjelang perayaan Idul Adha, pedagang hewan kurban di berbagai tempat di Surabaya mulai menjamur. Di sepanjang bantaran rel KA di sisi timur Jl. A Yani, Jl. Barata Jaya, Nginden, Jl. Raya Mastrip, Rungkut Madya penuh dengan deretan hewan kurban. “Tadi ada hewan yang kulitnya lecet, tapi itu tidak berbahaya. Mungkin empat hari lagi sudah sembuh atau lukanya mengering. Untuk sementara, hewan yang kita periksa semuanya terbebas dari penyakit berbahaya,” katanya.
Menurut Meita, pemeriksaan yang dilakukan Distan Kota Surabaya ini bertujuan mengawasi kesehatan ternak yang masuk di Surabaya. Sebab saat ini ternak dari Jawa Tengah, NTB dan NTT terindikasi ada yang terkena penyakit anthraks. Agar hewan tersebut tak masuk ke Surabaya, pihaknya melakukan pemeriksaan secara ketat.
Meita menjelaskan, ternak yang masuk ke Surabaya harus ada surat keterangan kesehatan hewan dari daerah asal. Jika tidak ada, hewan tersebut terpaksa dikembalikan. “Kita lihat persyaratan administrasinya. Semua hewan yang kita periksa masih berasal dari Jatim. Tak ada yang dari luar provinsi,” ungkapnya.
Ciri-ciri ternak yang terkena anthrax secara kasat mata sulit diketahui. Biasanya, hewan yang terserang penyakit itu tiba-tiba mati lalu keluar darah dari lubang-lubangnya, seperti lubang mata, hidung, telinga dan dubur. “Kalau masih hidup, ya seperti hewan sehat lainnya,” jelasnya.
Sedangkan ciri-ciri hewan yang terkena penyakit, bisa dilihat dari sinar matanya. Jika bersih dan tak ada kotoran di sekitar mata, berarti hewan itu sehat. Jika bulunya bersih tak ada gumpalan, mengkilat dan halus bisa dipastikan hewan itu sehat.
Bila gerakannya lincah, ketika didekati orang menghindar hewan itu sehat. “Namun jika hanya duduk, tampak lemas dan tak ada nafsu makan, hewan itu berarti terserang penyakit,” tuturnya.
Untuk melakukan pemeriksaan ini, Distan Surabaya menerjunkan 112 orang dari berbagai instansi. Seperti dari Distan Surabaya sebanyak 72 orang terdiri dari dokter hewan, paramedis dan penyuluh. Lalu dari Dinas Peternakan Jatim 10 orang dan 30 mahasiswa kedokteran hewan dari Unair dan UWK (Universitas Wijaya Kusuma).
Sementara itu, menurut salah seorang pedagang hewan kurban di Jl Barata Jaya, Munadi, hewan kurbannya khususnya sapi, dijamin tak ada yang terkena penyakit. “Sapi ini berasal dari hasil ternak saya. Jadi dijamin sehat. Harganya dari Rp 7 juta hingga Rp15 juta. Sampai saat ini sudah terjual 60 ekor. Rata-rata tiap hari terjual sebanyak 7 sampai 10 ekor per hari,” ungkap pria asli Kediri ini.
Hal yang sama juga dikatakan Muryad, pedagang kambing asal Trenggalek. Menurutnya, kambing-kambing yang ia jual semuanya sehat dan berasal dari pasar-pasar di Trenggalek. Hingga kemarin siang, hewannya belum ada yang laku, sebab baru kemarin pagi ia datang berjualan di Jl Barata Jaya. “Biasanya mendekati hari raya baru banyak yang beli. Harga kambing saya antara Rp1 juta hingga Rp 3 juta,” tandasnya. n pur

Tips: Ciri-2 Kena Anthrax
-Tiba-tiba mati
-Setelah mati, keluar darah dari lubang mata, hidung, telinga dan dubur.

Ciri-2 hewan sehat:
-Sinar matanya cerah/bersih
-Tak ada kotoran di sekitar mata.
-Bulunya bersih tak ada gumpalan, mengkilat dan halus.
-Gerakannya lincah (didekati orang menghindar)